28

12.3K 714 102
                                    

Hallo para readers ku yang tercintahh (⁠^⁠∇⁠^⁠)⁠ノ

Hari ini entah kenapa aku merasa senang sekali yaa, jadi kalau tembus 300 vote dan 200 komen dalam sehari, malemnya aku bakal update chapter 29!!

Jadi ayok vote dulu sebelum baca!

HAPPY READING

*****

The Fullerton Bay Hotel Singapore.

Pukul satu dini hari, Shaka memasuki kamar Hotelnya dengan tergesa, matanya menajam, kedua tangannya terkepal erat menahan amarah. Namun raut khawatir tampak terlihat jelas di wajahnya.

Ia menghampiri Arista yang tampak tertidur lelap, kemudian membangunkannya. Shaka dengan perlahan menggoyangkan tubuh Arista agar sang empunya segera bangun. “Arista, cepat bangun kita harus segera kembali.”

Arista menggeliat kecil kemudian mulai membuka mata, ia menatap Shaka dengan mata kantuknya. “Kenapa membangunkanku?” Tanyanya.

Shaka berdiri, “Cepat bersiap, kita akan segera kembali. Aku mendapat kabar jika Zea baru saja di culik dan sekarang sedang berada di rumah sakit.” Ucapnya sembari membereskan berkas-berkas penting yang harus dirinya bawa.

Mata Arista membola saat mendengar penjelasan dari suaminya, “A-apa? Bagaimana itu bisa ter—” Sebelum menyelesaikan ucapannya, Shaka lebih dulu memotong.

“Jangan banyak bertanya dan cepatlah bersiap!” Shaka menatap istrinya tajam.

“B-baik, tolong tunggu sebentar.” Mata Arista sedikit berkaca-kaca, sebagai seorang ibu ia merasa sangat khawatir kepada Zea. Arista kemudian segera bersiap-siap.

*****

General Hospital, 06:12.

Zea sekarang ini sedang memainkan game di ponselnya dengan tidak semangat. Dirinya sangat bosan, Zea belum boleh pulang karena Galen yang melarang. Katanya, ia harus tetap disini sampai luka di kakinya benar-benar pulih.

Sebenarnya luka di kaki Zea tidak terlalu dalam, namun karena Delion yang dengan teganya memukul luka Zea menggunakan tongkal baseball mengakibatkan luka di kaki Zea menjadi semakin parah.

Zea sendirian di ruangan ini, hanya ada beberapa pengawal yang ditugaskan Galen untuk berjaga di luar ruangan. Ia jadi merasa kembali ke tubuh aslinya dulu. Berbaring di brankar rumah sakit tanpa ada seorang pun yang menunggu.

Biasanya jika ada waktu luang, Aleena akan menemani dirinya. Menceritakan banyak hal, menghibur Zea, dan memberikan semangat agar Zea tidak mudah menyerah dengan hidup.

Rasanya sudah lama sekali tidak bertemu perempuan itu, Zea jadi merindukannya. Saat sedang asik dengan dunianya sendiri, Zea tidak menyadari jika pintu ruangannya di buka oleh seseorang.

Galen datang dengan kantong kresek di tangannya. Ia membawakan Zea makanan, sekalian menemani gadis itu agar tidak mati kebosanan. Austen dan Evelyn akan menjenguk Zea nanti siang sepulang sekolah.

“Galen, kok kesini? Kamu nggak ke sekolah?” Tanya Zea saat melihat Galen yang menghampiri dirinya dengan membawa bubur ayam dalam sebuah mika.

“Bolos sehari dua hari nggak bakal jadi masalah sayang, lagipula aku mau nemenin kamu di sini.” Galen duduk di kursi yang berada di samping brankar Zea, tangannya kemudian bergerak untuk menyuapi gadis itu. “Nih, makan dulu.”

Dengan patuh Zea melahap sesendok bubur yang pemuda itu berikan padanya. Dengan mulut yang masih penuh, Zea berusaha untuk berbicara. “Tapi tetep aja gaboleh gitu, kan masih bisa kesini pas pulang sekolah- Uhuk,” Kemudian tersedak setelah menyelesaikan ucapannya.

“Telen dulu makanannya, habis itu baru ngomong.” Galen mengambilkan air minum untuk Zea, membantunya minum sembari menepuk pelan punggung gadis itu.

*****

International High School, 09:55.

Taman belakang sekolah menjadi tempat yang sangat pas untuk murid-muridnya bersantai, sama halnya dengan Evelyn yang menikmati waktu istirahatnya bersama Austen dan Aiden di taman belakang sekolah ini.

Mereka memakan beberapa snack sembari mengobrol santai, mengalihkan pikiran mereka dari tugas-tugas sekolah yang menumpuk dan tidak mereka pahami.

Evelyn meminum es jeruknya kemudian mulai bertanya kepada Austen, “Kak Austen nanti kita jadikan jenguk Zea di rumah sakit?”

Tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel, Austen lekas menjawab. “Jadi. Lo mau ikut juga nggak, Den?” Jawab Austen di akhiri dengan pertanyaan untuk Aiden.

“Hm? Kalian mau jenguk Zea? Boleh deh nanti gue ikut ya.” Jawabnya kemudian kembali menatap ponselnya yang menampilkan nomor seseorang.

'Kak Delion nggak ada kabar sampai sekarang, apa dia ketangkep ya sama Galen?' Batin Aiden termenung.

“Austen.” Panggil Aiden tiba-tiba, Austen menatapnya dengan ekspresi bertanya, “Ya?”

“Lo waktu itu ikut nyelametin Zea kan? Penculiknya berhasil di tangkep nggak?” Tanya Aiden dengan ekspresi wajah yang sangat penasaran. Evelyn juga menatap Austen menunggu jawaban.

Austen memasukkan keripik kentang pada mulutnya kemudian menjawab, “Nggak, kita nemuin Zea di jalan. Kondisinya nggak tau deh, yang jelas kakinya berdarah-darah gitu sampai pincang.”

“Aduh, kasian banget besti gue pasti kesakitan. Lagian mereka punya masalah apasih sama Zea? Kok sampai culik-culik segala.” Gerutu Evelyn.

'Syukur deh kak Delion nggak ketangkep sama mereka.' Aiden menghela nafas lega kemudian mengubah ekspresi wajahnya menjadi kesal. “Awas aja kalau ketangkep, gue bejek-bejek mukanya. Berani banget nyulik bu bos gue.”

“Bener tuh! Awas aja kalau ketangkep, nanti gue potong anunya!” Sahut Evelyn. Gadis itu terlihat menyeramkan dengan ekspresinya. Tanpa sadar Austen dan Aiden memegang milik mereka yang tertutup celana masing-masing, seakan sedang melindungi barang pusaka yang sangat berharga.

*****

Chapter ini emang pendek. Apa, nggak terima?

Note: Kalau dalam sehari komen sama vote nya nggak tembus target, tungguin aja chapter 29 yang bakal di update tahun depan.

Sebenarnya buat dapet 300 vote dan 200 komen itu mudah, asal kalian nggak jadi silent readers.

Bye, bye (⁠^⁠∇⁠^⁠)⁠ノ

18, Desember 2023
See you.

Tunangan Antagonis Novel Where stories live. Discover now