14

36.9K 1.7K 35
                                    

Halo!

Yang belum follow akun wattpad Lily buruan follow yaa, sekarang! Aku maksa nih, kalau nggak follow siap-siap aja aku santet online (⁠◡⁠ ⁠ω⁠ ⁠◡⁠)

WARNING! 18+

HAPPY READING

*****

Ini hari kelima Zea dirawat di rumah sakit. Keadaannya sudah membaik, mungkin besok ia sudah boleh pulang. Berada disini membuat Zea kurang nyaman karena mengingat masa lalunya.

Ia yang dulu selalu terbaring lemah ditempat ini, tanpa adanya satu orangpun yang menemani. Keluarganya sibuk dengan kebahagiaannya sendiri sampai lupa jika mereka masih memiliki Zea yang sedang berjuang untuk melawan penyakit ganasnya.

Tidak boleh makan ini itu karena dapat mempengaruhi kesehatannya, tidak bisa menghirup udara segar karena terhalang bau obat-obatan.

Betapa malangnya hidup Zea dulu, bahkan ia dianggap aib oleh keluarganya sendiri. Sungguh, sangat tidak berperasaan! Walaupun Zea penyakitan tapi bukankah Zea tetap anak mereka? Kenapa mereka jahat sekali.

Zea jadi penasaran, bagaimana perasaan mereka waktu tahu jika ia telah meninggal? Apakah mereka sedih dan menyesal karena sudah menelantarkannya? Atau mereka merasa senang karena tidak perlu mengeluarkan uang untuk biaya pengobatannya lagi?

Zea berdecak dengan kesal, kenapa ia memikirkan orang-orang dungu seperti mereka? Tidak ada gunanya! Lebih baik ia kembali memakan buah-buahan yang sudah dikupas dan dipotong menjadi beberapa bagian oleh Galen.

Zea menghentikan kunyahannya saat mengingat sesuatu, ia kemudian menatap Galen yang sedang sibuk dengan game di ponselnya.

"Galen."

Galen mendongak saat mendengar panggilan dari Zea, ia kemudian meletakkan ponselnya diatas nakas lalu menatap Zea dengan senyum tipis diwajahnya.

"Kenapa, hm?"

Zea tiba-tiba berdebar saat mendengar suara lelaki itu, ia mengalihkan pandangan ke segala arah kemudian berdehem singkat untuk menutupi kegugupannya.

"Handphone aku dimana?" Tanya Zea pelan.

Galen mengusap lembut kepala Zea, "Handphone kamu masih di rumah."

Zea menyingkirkan tangan Galen yang mengusap kepalanya, perlakuan Galen yang seperti itu membuat jantung Zea menjadi semakin berdetak kencang.

"Aku mau pulang, disini nggak enak." Zea menunduk dengan bibir mengerucut.

"Iya, besok kamu udah boleh pulang." Galen tersenyum lembut.

Zea mendongak untuk menatap lelaki itu, "Nggak bisa sekarang aja ya? Aku udah nggak betah disini."

"Sabar, besok kamu baru boleh pulang."

Wajah Zea menjadi muram saat mendengar ucapan Galen, ia kemudian mengangguk dengan lesu.

*****

"Kapan kamu cerai sama suami kamu yang bodoh itu?" Tanya seorang lelaki berumur 44 tahun kepada wanita yang duduk dihadapannya.

"Sabar, sayang. Aku harus bisa rebut hartanya dulu supaya kita nanti nggak kekurangan uang."

"Aku cemburu setiap kali lihat kamu sama dia." Lelaki itu berdecak kesal, sedangkan si wanita hanya tersenyum dengan anggun.

"Bersabarlah, hanya tinggal menunggu beberapa Minggu lagi."

*****

Disebuah kamar hotel, terdapat dua manusia berbeda gender sedang bercumbu mesra, dengan si wanita yang duduk dipangkuan si pria.

Tangan si pria tidak tinggal diam, ia meremas payudara wanitanya dengan kasar tanpa melepas ciuman mereka.

"Shh..ahh, kamu terlalu kasar, Ar." Wanita itu meringis kecil saat merasakan nyeri di payudaranya.

"Dia sudah mulai berani, Reina." Pria yang bernama Ar itu mencoba melepaskan mini dress yang dipakai wanitanya.

"Kenapa tidak kamu ancam saja seperti biasanya?" Reina membantu Ar untuk melepaskan mini dress yang dipakainya.

Ar dibuat meneguk ludah dengan susah saat melihat payudara bulat dan kenyal dihadapannya, ia dengan rakus melahap salah satu putingnya.

"Ahh.." Reina mendesah panjang saat merasakan hisapan kuat pada dadanya, ia mendongak dengan mata terpejam dan mulut yang sesekali mengeluarkan desahan.

Ar menghentikan aktivitasnya sejenak, ia kemudian menatap keadaan Reina yang berantakan.

"Jangan membahas gadis bodoh itu sekarang, ini waktunya kita untuk bersenang-senang." Ar menggendong Reina menuju tempat tidur.

Membaringkan Reina dengan hati-hati, Ar kemudian melepaskan semua pakaiannya hingga menyisakan celana dalamnya saja.

"Dia masih masuk sekolah beberapa hari yang lalu, apakah racunnya tidak bekerja?" Tanya Reina kepada Ar yang sekarang ini sedang menindih tubuhnya.

"Mungkin karena aku memberinya racun dengan dosis kecil, lain kali aku akan menambahkan dosisnya." Ucap Ar kemudian mencium payudara Reina dengan penuh gairah.

"Eumhh..rebut hartanya dulu."

Ar menggigit kecil puting payudara Reina, "Anything for you, honey."

*****

Aku masih sangat polos, hehe^^

17, Juni 2023
See you.

Tunangan Antagonis Novel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang