22

18.4K 984 11
                                    

Aku pengen makan yang kenyel-kenyel terus rasanya manis, apa yaa?

Tapi bukan yang manis bikin eneghh, pengennya yang manis asem bikin mata melek (⁠〒⁠﹏⁠〒⁠)

Aku harus makan apa!!?

HAPPY READING

*****

Aiden dengan tergesa memasuki rumah berlantai dua yang terlihat sunyi, menaiki satu persatu anak tangga dengan terburu-buru agar segera sampai di kamar kakaknya.

Saat sampai di anak tangga terakhir, Aiden bertemu kakaknya yang sepertinya ingin turun ke bawah.

"Kak, dia ngga–" Ucapan Aiden terpotong karena kakaknya yang langsung turun ke bawah tanpa ingin mendengar kata-katanya.

"Kak! Tunggu, dia–"

"Stop! Berenti bicara, dia aman sama gue." Potongnya cepat kemudian segera pergi meninggalkan Aiden yang terdiam di tempat.

Sebelum benar-benar pergi, pemuda itu menyempatkan diri untuk mengatakan sesuatu yang terdengar tidak mengenakkan di telinga Aiden.

"Ingat Al, membunuh atau dibunuh." Setelah mengatakan kalimat tersebut, pemuda itu benar-benar pergi meninggalkan Aiden yang mulai terlihat gelisah.

Aiden memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri, tengilanya berdengung dan suara-suara aneh mulai muncul.

Membunuh atau dibunuh.

Bunuh dia!

Bunuh semua keluarganya!

Jangan biarkan mereka bahagia!

"Arghh!" Erang Aiden saat merasakan kepalanya semakin terasa sakit, suara-suara aneh itu semakin keras meneriaki dirinya.

Bunuh!

Jangan sampai bahagia!

Hancurkan!

"Berisik anjing! Berhenti, arghh.." Aiden menjambak rambutnya sendiri berharap jika rasa sakit di kepalanya akan segera menghilang.

Aiden kembali menaiki anak tangga, ia ingin pergi menuju kamarnya dengan segera. Saat Aiden sampai di depan pintu kamarnya, ia langsung masuk ke dalam dengan tergesa.

Meraih sesuatu dalam laci nakas di samping tempat tidurnya, Aiden membuka tutup botol obat miliknya dengan terburu-buru.

Keringat dingin membasahi tubuhnya, matanya memerah hampir mengeluarkan air mata. Dengan tangan yang sedikit bergetar Aiden langsung memasukkan beberapa butir obat dalam mulutnya.

Air matanya menetes bersamaan dengan tubuhnya yang ikut meruluh terduduk di lantai kamar yang dingin, batinnya berteriak histeris.

"Hiks.." Satu isakan kecil lolos dari bibirnya yang bergetar. Apa ini? Mengapa ia menangis? Ia seorang lelaki, harusnya tidak boleh menangis seperti ini!

Rasa sakit di kepalanya sudah sedikit mereda, suara-suara aneh yang sebelumnya terdengar kini menghilang. Aiden menyandarkan kepalanya di sisi kasur kemudian menutup matanya, tak lama setelahnya dengkuran halus terdengar dari bibir pucat Aiden.

*****

Zea menghela nafas lelah. Setelah kedatangan Delion beberapa jam yang lalu, ia memberontak meminta untuk dibebaskan. Namun kini, tangan dan kakinya malah diikat dengan kuat menggunakan tali.

Sekarang hari sudah malam, tepatnya pukul 20:19 WIB. Perutnya terasa sangat lapar, tenggorokannya juga terasa kering.

Dasar Delion anjing! Setidaknya jika ingin menculik dirinya maka sediakan banyak makanan dan minuman agar ia tidak mati kelaparan.

Kkruggrrhh~

Perutnya sedari tadi tidak bisa diam, para cacing peliharaannya sudah demo meminta makanan.

"Aku harus bisa keluar dari sini, kalau nggak nanti bisa mati kelaperan aku." Monolog Zea.

Zea mengamati sekeliling lalu atensinya terkunci pada pisau buah yang berada di atas meja nakas. "Ayo Zea, kamu pasti bisa! Demi anak-anak kamu yang udah kelaperan."

Zea menggerakkan sedikit demi sedikit badannya menuju meja nakas kemudian dengan hati-hati meraih pisau buah yang dibiarkan tergeletak di sana.

Zea mengarahkan pisau buah tersebut pada tangganya, kemudian dengan hati-hati mulai mengiris tali yang mengikat pergelangannya.

Zea menangis di dalam hati, talinya sangat susah untuk dipotong menggunakan pisau buah. Tapi Zea tidak menyerah, ia terus mencoba hingga tiba-tiba tangannya kesleo mengakibatkan pisau buah yang dipegangnya jatuh ke lantai kamar.

Zea menarik nafas dalam-dalam mencoba memendam amarahnya yang sebentar lagi akan meledak. Sungguh, ia sekarang sudah sangat lapar tapi mengapa cobaannya banyak sekali ya Tuhan.

"Tenang, tenang.. pisaunya cuma jatuh, tinggal di ambil habis itu dah beres." Ucap Zea mencoba menyemangati dirinya sendiri.

Zea mencoba menahan sesuatu yang akan keluar dari matanya, namun terlambat. Air matanya sudah berjatuhan melewati pipi mulus Zea. Isakan-isakan kecil mulai terdengar dari bibir mungil Zea.

"Galen, hiks.."

"Aku laper, pengen makaan.. uhuhu." Malam itu, Zea menangis dengan sangat keras karena tidak mendapat makanan.

*****

"Gimana?" Tanya Galen kepada Austen. Penampilan pemuda itu sangat kacau, rambutnya berantakan dengan tangan yang berlumuran darahnya sendiri.

"Lokasinya udah di temuin, posisi Zea sekarang ada di jalan kenanga rumah nomor 09." Jawab Austen.

Galen menghembuskan asap rokok miliknya, ia sudah menghabiskan satu bungkus rokok batangan dalam beberapa jam terakhir.

"Kita kesana sekarang, jangan lupa bawa anggota inti juga buat jaga-jaga." Ucap Galen kemudian kembali menghisap rokok terakhirnya yang masih sisa setengah.

"Lo nggak mau bersih-bersih dulu? Keadaan lo berantakan banget, bau rokok lagi. Gue nggak yakin sih kalau Zea bakal suka liat keadaan lo yang kayak begini." Ucap Austen.

Galen terdiam sesaat kemudian mengangguk, "Tunggu, gue siap-siap dulu 15 menit."

Austen tersenyum kemudian mengangguk, "Oke, kita tunggu. Jangan lama-lama, gue keluar dulu." Ucap Austen lalu berjalan keluar dari kamar Galen.

Galen membuang putung rokoknya ke tempat sampah kemudian berdiri lalu berjalan menuju kamar mandi sembari bergumam sesuatu.

"Wait for me, babe."

*****

AAAAAA, AYANG GALEN MAU NYELAMETIN ZEA!!!

Berhasil nggak ya kira-kira?

Berhasil atau nggak nya itu ada di tangan aku, mwehehe (⁠๑⁠¯⁠◡⁠¯⁠๑⁠)

28, September 2023
See you.

Tunangan Antagonis Novel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang