34

9.5K 465 18
                                    

Halo readers!

Gimana kabar kalian hari ini? Semoga selalu sehat dan bahagia yaaa (⁠´⁠∩⁠。⁠•⁠ ⁠ᵕ⁠ ⁠•⁠。⁠∩⁠'⁠)

Tandai typo, jangan lupa vote dan komen!

HAPPY READING

*****

Zea dibawa menuju sebuah tempat dengan pilar-pilar yang tinggi dan besar berwarna putih. Ia kemudian di suruh untuk berbaring di tempat tidur yang juga berwarna putih.

Zea sudah tidak setakut itu dengan Zeanna, bahkan sekarang jiwa Zeanna tengah menggenggam tangannya erat memberi semangat.

Tahan ya, sakitnya cuma sebentar kok. Ucap Zeanna berniat menenangkan.

Wush!

Seorang lelaki dengan jubah hitam tiba-tiba saja muncul entah dari mana. Jangan lupakan sayap besar yang berada di balik punggungnya juga berwarna hitam legam.

Zea terdiam kaku di tempatnya, belum pernah dirinya bertemu sosok seperti itu. Apakah dia malaikat? Atau apa?

Manusia rendahan yang cukup beruntung karena bisa melakukan pembersihan racun. Harus ada harga yang dibayar untuk itu.

Sosok itu berbicara sembari melangkah mendekati Zea yang masih terdiam kaget di tempatnya berbaring. Suaranya yang berat nan tajam mampu membuat Zea tidak berkutik sedikitpun.

Wahai roh yang agung, bisakah pembersihan racun ini segera di mulai?

Jiwa Zeanna sedikit membungkuk di hadapan sosok besar nan gagah tersebut, Zea tidak bisa melihat wajahnya karena tertutup oleh tudung jubah yang lelaki itu kenakan.

Tanpa menjawab pertanyaan dari jiwa Zeanna, sosok tersebut langsung menggerakkan tangannya untuk memegang kepala Zea yang tengah terbaring, lalu mengucap sesuatu yang Zea yakini sebuah mantra atau semacamnya.

Secara perlahan rasa hangat mulai terasa menyebar di pembuluh darah Zea, lama-kelamaan menjadi semakin panas dan panas. Rasanya Zea seperti sedang di bakar hidup-hidup.

Tubuhnya terasa seperti di hantam dengan sebuah batu besar secara bertubi-tubi, tulang-tulangnya terasa remuk dengan rasa panas yang semakin membara.

Zea ingin menjerit sekeras-kerasnya, namun untuk mengeluarkan satu kata pun rasanya dia tidak mampu.

Zea merasa tubuhnya mulai lemas, mati rasa, pandangannya memburam, Zea bahkan sudah tidak bisa menggerakkan badannya karena rasa sakit yang menyiksa terus menghantam seluruh tubuh.

Tak lama kemudian, Zea merasa ingin memuntahkan sesuatu. Dan ketika dirinya melakukan, darah berwarna merah pekat keluar dari mulutnya hingga mengotori pakaiannya sendiri.

Bau amis dari darah yang ia muntahkan langsung menyeruk masuk ke indra penciumannya. Zea merasa mual, dan untuk sekali lagi dirinya terbatuk dengan darah yang kembali ia keluarkan.

Semua rasa sakit pada tubuhnya perlahan menghilang, meninggalkan rasa pusing dan lemas yang sangat menyiksa. Dengan samar dirinya mendengar percakapan jiwa Zeanna dengan sosok lelaki yang melakukan pembersihan racun padanya, sebelum kemudian pandangannya di kuasai oleh kegelapan.

Pembersihan racun berhasil di lakukan, dan kamu harus ikut denganku ke neraka, Zeanna.

Jangan buat pengorbananku sia-sia, Zea. Kamu harus bisa menghukum para badebah sialan itu.

Tunangan Antagonis Novel Where stories live. Discover now