30

10.8K 550 17
                                    

Halo!

Kalian apa kabar? Semoga kalian selalu dalam keadaan baik yaa \⁠(⁠๑⁠╹⁠◡⁠╹⁠๑⁠)⁠ノ

Aku sih agak kesel sedikit, karena si doi nggak peka (⁠ー⁠_⁠ー⁠゛⁠)

Tandai typo, enjoy!

HAPPY READING

*****

Ruang Rawat Delion, 17:43.

“Kasih ini ke Reina, bilang padanya kalau aku sedang di rawat.” Ucap Delion pada Aiden sembari memberikan sebuah botol putih polos berisikan obat kepada adiknya.

Aiden menerima botol obat itu dengan dahi yang mengkerut samar, “Ini apa kak? Terus Reina itu siapa?” Tanya Aiden sembari melihat-lihat botol obat tersebut.

Alis Delion menukik tajam saat mendengar pertanyaan dari adiknya. “Berikan saja itu pada gadis yang aku bawa pulang beberapa minggu yang lalu. Reina Demora Gely, dia satu kelas dengan Zea.”

Maksudnya Rere? Jadi yang dibawa kak Delion ke rumah waktu itu Rere? Mereka pacaran, atau cuma partner di atas ranjang?’  Batin Aiden bertanya-tanya.

'Waktu denger desahan kak Delion kelihatannya enak banget, jadi pengen nyoba. Tapi kata bunda gaboleh kalau belum nikah.'  Aiden membatin saat ingat ia yang tidak sengaja mendengar desahan kakaknya bersama Rere.

Walaupun pacar Aiden ini berserakan di mana-mana, namun ia belum pernah melakukan hal yang tidak senonoh bersama salah satu pacarnya. Paling mentok ya cuma cium bibir.

“Hm, akan aku berikan. Ngomong-ngomong, keadaan kakak bagaimana?” Tanya Aiden pada Delion.

“Aku baik, mungkin beberapa hari lagi kepalaku akan sembuh. Dan kamu sebaiknya pulang ke Apartment.” Jawab Delion. Rumah itu sudah tidak aman lagi karena Galen bisa sewaktu-waktu datang kesana untuk mencari pelaku dari penculikan Zea.

Aiden mengangguk, ia juga berpikir seperti itu. Mungkin nanti ia akan kembali kesana untuk mengambil barang-barang miliknya serta milik Delion lalu membawanya ke Appartment agar jejak mereka tidak diketahui oleh Galen.

Aiden sangat mengenal sosok Galen, pemuda itu tidak akan pernah melepaskan seseorang yang sudah berani mengusik miliknya. Oleh karena itu, lebih baik berjaga-jaga agar tidak tertangkap oleh Galen.

Karena jika sampai mereka berdua tertangkap, maka Galen tidak akan pernah melepaskan. Galen akan menjadikan mereka berdua sebagai mainan, yang akan dimainkan ketika sedang bosan. Lalu akan dikirimkan kepada sang pencipta ketika pemuda itu mendapatkan mainan yang baru.

“Ya, rumah kita udah nggak aman.”

*****

International High School, waktu istirahat.

Keesokan harinya, Aiden benar-benar menemui Reina untuk memberikan barang titipan kakaknya. Ia sekarang sedang berada di koridor sekolah yang tampak sepi karena kebanyakan murid sedang makan di kantin atau sedang bersantai di taman belakang sekolah.

“Lo adiknya A—” Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Aiden lebih dulu memotong.

“Ya, gue adiknya Delion. Dia di rawat di rumah sakit karena ulah Zea, dia juga nyuruh gue buat kasih ini ke lo.” Ucap Aiden sembari memberikan barang titipan Kakaknya.

“Pacar gue masuk rumah sakit karena jalang itu? Heh, kayaknya dia emang harus diberi sedikit pelajaran.” Ucap Reina dengan tatapan mata tajam, ia kemudian menerima botol obat yang diberikan Aiden.

Satu alis milik Aiden terangkat saat mendengar ucapan Reina, ia kemudian menatap Reina datar, “Ngaca, yang pantes di sebut jalang itu Zea atau lo. Reina Demora Gely, lo pernah ngangkang di depan kakak gue kan? Lacur.” Ucapnya sebelum kemudian pergi meninggalkan Reina yang terbakar amarah.

Entah kenapa, Aiden merasakan perasaan tidak nyaman dan marah saat seseorang menyebut Zea sebagai jalang. Ia juga tidak mengerti dengan perasaannya sendiri.

Kadang kala ia merasa senang saat melihat Zea bahagia, namun tidak lama kemudian ia merasakan perasaan marah dan kecewa yang sangat mendalam sampai-sampai ia ingin melenyapkan Zea disaat itu juga.

Sebenarnya Aiden ini kenapa?!

Mendengar ucapan Aiden sebelum ditinggalkan begitu saja membuat Reina marah. Ia mencengkram kuat botol obat yang berada di tangannya dengan rahang mengetat dan tatapan tajam ia layangkan pada punggung Aiden yang sedang berjalan.

Lihat saja, ia akan membuat perhitungan pada Aiden! Memangnya dia itu siapa, hanya pemuda dengan mental terganggu. Pemuda cacat sepertinya tak pantas mengucapkan kata-kata kotor pada dirinya yang diagung-agungkan oleh para lelaki.

“Lo bakal nyesel karena udah berani ngomong kayak gitu ke gue, Aiden!”

*****

General Hospital, 14:24.

Lagi-lagi Galen membolos hanya untuk menemani Zea di rumah sakit. Dan sekarang Evelyn, Austen serta Aiden kembali menjenguk dirinya saat pulang sekolah. Bahkan tanpa berganti pakaian, mereka masih mengenakan seragam sekolah lengkap.

Kali ini mereka tidak membawa martabak manis, melainkan satu kotak donat lembut dengan toping yang beragam. Aromanya yang manis mampu membuat Zea menelan ludah karena lapar.

Sebenarnya kaki Zea sudah membaik, mungkin satu atau dua hari lagi dirinya akan di perbolehkan untuk pulang. Zea sudah tidak sabar, berdiam diri di rumah sakit hanya membuatnya merasa bosan.

Walaupun sudah ada Galen yang menemani, namun Zea masih merasa kurang nyaman jika hanya tiduran di atas brankar. Apalagi dengan bau obat-obatan yang membuatnya muak.

Zea ingin melihat ayam rainbownya yang tinggal dua biji, ia juga ingin melihat keadaan Milo, apakah kakinya sudah membaik? Zea rindu kucing manis itu, dan anak ayamnya.

“Galen ayam rainbowku gimana? Belum mati semua kan?” Tanya Zea kepada Galen setelah menelan potongan donat terakhirnya.

Evelyn menoleh dengan mata yang mengerjab lucu, ia menatap Zea dan Galen secara bergantian kemudian berkata. “Zea punya ayam warna-warni ya, dulu aku juga punya dua tapi mati tenggelam, yang satunya di tabrak sama papi.”

Zea menatap Evelyn dengan sedikit membulatkan mata, “Ah, kasian banget ayamnya. Terus Galen, ayam aku gimana? Masih hidup kan?” Tanya Zea kemudian.

“Aku nggak tau, nanti aku coba tanya sama bibi.” Balas Galen dengan mata yang masih tertuju pada game di ponselnya.

“Yaudah deh,” Mendengar jawaban dari Galen membuat Zea kembali menatap wajah cantik Evelyn. “Di sekolah gimana? Ada yang spesial nggak?” Tanyanya.

“Nggak ada yang spesial sih, tapi..” Evelyn menjeda ucapannya lalu mulai mendekat ke arah Zea, “Gue akhir-akhir ini mulai deket sama kak Austen,” Lanjutnya dengan berbisik.

Sedikit menjauh, Evelyn kemudian memekik tertahan, “Gue seneng banget Zee.” Ucapnya dengan wajah yang berbunga-bunga dan rona merah di sekitar pipinya.

*****

Jangan lupa tinggalkan jejak, dan nantikan chapter selanjutnya yaa!

Bye, bye (⁠^⁠∇⁠^⁠)⁠ノ

29, Desember 2023
See you.

Tunangan Antagonis Novel Where stories live. Discover now