27

16K 755 13
                                    

Hello!

Gimana kabar kalian hari ini?
Aku hari ini bawaannya kesel terus, gatau kenapa.

Pengen nangis (⁠〒⁠﹏⁠〒⁠)

HAPPY READING

*****

General Hospital, 08:22.

Zea mengerjabkan mata pelan saat cahaya lampu di ruangan ini menyilaukan retinanya. Ia kemudian menoleh, lalu matanya menemukan Galen yang sedang tidur di kursi dengan kepala yang di letakkan di atas brankar Zea.

Zea mencoba untuk melepaskan genggaman Galen pada tangannya, setelah terlepas ia kemudian mencoba untuk duduk. Gadis itu menatap kaki kanannya yang di perban kemudian menghela nafas panjang, sepertinya ia akan sedikit sulit untuk berjalan.

Zea mengalihkan atensinya pada Galen, tangannya bergerak untuk mengusap lembut kepala pemuda yang sedang terlelap itu. Entah sejak kapan tapi, Zea rasa dirinya mulai menaruh rasa pada Galen.

Perhatian yang pemuda itu berikan tanpa sadar dapat membuat Zea nyaman, walaupun di awal-awal Zea masih takut karena sesuai alur novel ia akan mati di tangan Galen. Namun, sejauh ini sepertinya alur novel sudah melenceng sangat jauh.

Mungkin itu terjadi karena kedatangan jiwanya yang menempati tubuh Zeanna. Ngomong-ngomong, bagaimana reaksi Galen saat tau jika ia bukanlah Zeanna yang asli? Apakah dirinya akan di campakkan?

Ia tidak ingin itu terjadi, Zea tidak mau kehilangan Galen, ia ingin selalu bersama Galen dan menikmati semua perhatian yang pemuda itu berikan untuknya. Bisakah sekali saja Zea egois? Karena pemuda itu, Zea dapat merasakan apa itu di cintai dan di sayangi untuk pertama kalinya.

Tetapi Zea tidak mau menjalani sebuah hubungan dengan dasar kebohongan, mungkin cepat atau lambat ia akan memberitahu Galen perihal dirinya yang bukan dari dunia ini. Dan apapun keputusan Galen nantinya, ia akan menerima dengan lapang dada.

Sibuk dengan pemikirannya sendiri, Zea sampai tidak menyadari jika Galen sudah bangun karena merasakan usapan Zea pada kepalanya. Ia memegang tangan Zea lalu di kecupnya pelan sehingga sang empunya terkejut.

Zea memandang Galen dengan mata yang melotot lucu karena kaget. Perlahan, semburat merah muncul di pipi pucat Zea. Ia segera melepaskan tangannya dari genggaman Galen kemudian memalingkan wajah dengan malu.

Tindakannya itu membuat Galen terkekeh kecil. Gadisnya memang begitu lucu, pikir Galen. Ia membawa tangannya untuk mengusap lembut kepala Zea sembari bertanya.

"Udah bangun, ya. Kamu butuh sesuatu, sayang?" Galen memandang Zea yang masih memalingkan wajah.

Perlahan, Zea mulai menatap Galen dengan wajah merahnya kemudian mencicit pelan. "Aku laper."

"Tunggu sebentar yaa." Jawab Galen sembari mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Ia kemudian mengetikkan beberapa kata kepada seseorang.

Setelah selesai Galen kembali menyimpan ponselnya dalam saku celana, ia kemudian menggenggam tangan mungil Zea lalu di usapnya pelan.

"Maaf ya." Ucap Galen tiba-tiba. Zea memiringkan kepalanya dengan ekspresi bingung. "Eum? Maaf untuk apa?" Tanyanya.

"Maaf belum bisa jagain kamu." Galen menatap Zea dengan penuh rasa bersalah, sudah berapa kali ia gagal menjaga Zea?

Zea menggenggam tangan besar Galen kemudian menggeleng ribut, "Enggak, kamu udah jagain Zea kok. Galen hebat!"

Galen terkekeh saat melihat Zea yang berusaha untuk menghiburnya, ia kemudian mendekat lalu mengecup pelan bibir pucat milik gadis itu.

Tunangan Antagonis Novel Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora