07

52K 2.9K 36
                                    

Ayo support cerita ini dengan cara follow akun wattpad Lily, vote dan comment di setiap chapter nya juga ya🧡

Untuk yang sudah vote dan comment terimakasih banyak.. itu sangat berharga untuk aku.

HAPPY READING

*****

Austen saat ini sedang berada di taman belakang sekolah bersama dengan Evelyn. Lalu dimana Aiden berada? Tentu saja ia sedang makan di kantin bersama dengan para pacarnya itu. Kalian tau kan jika Aiden itu spesies lelaki buaya yang pacarnya lebih dari lima.

"Itu apa?" Austen menunjuk paperbag yang dipegang oleh Evelyn.

Sekarang ini mereka sedang duduk di rerumputan hijau. Hanya ada mereka berdua disini. Rumornya taman belakang sekolah ini ada penunggunya, oleh karena itu sangat jarang sekali ada orang yang datang kesini.

Evelyn mengalihkan pandangannya ke paperbag yang ia bawa lalu kembali menatap Austen dengan senyum malu-malunya.

"Ini...sebagai tanda terimakasih karena kak Austen mau bantuin aku waktu dibully sama kakak kelas kemarin...aku buatin sandwich buat kakak, semoga suka ya!" Evelyn menyerahkan paperbag yang ia bawa kepada Austen.

Austen tersenyum lalu mengambil paperbag yang disodorkan oleh Evelyn, "Gue buka ya?"

Evelyn mengangguk riang dengan senyum manisnya.

Austen mulai membuka paperbag yang ia pegang lalu mengeluarkan kotak bekal berwarna camel, membuka penutupnya, Austen melihat tiga buah sandwich didalamnya.

"Ini lo sendiri yang buat?" Tanya Austen memastikan.

Evelyn mengangguk dengan semangat, "Um! itu aku sendiri yang buat. Ayo cobain terus bilang gimana rasanya."

Austen mengangguk, lalu mengambil satu buah sandwich yang berisi telur. Menggigitnya sedikit, Austen menikmati rasa kaya dari kuning telur dan sedikit rasa manis dari roti lembut dan empuk. Austen menyukainya! Apalagi jika ada susu yang mendampingi sebagai minumannya.

"Gimana? Enak nggak? Enak dong pastinya, kan aku yang buat." Evelyn tersenyum dengan bangga.

"Enak? Lo bilang ini enak?" Evelyn melunturkan senyumnya saat mendengar ucapan Austen. Ia jadi bertanya-tanya, apakah sandwich buatannya itu memang tidak enak?

Melihat Evelyn yang terdiam dengan ekspresi wajah yang rumit membuat Austen langsung meledakkan tawanya, menurutnya itu terlihat sangat lucu.

Evelyn menatap Austen yang sedang tertawa dengan bingung, apakah ada sesuatu yang lucu? Pikirnya.

Austen mulai berhenti tertawa lalu menatap Evelyn dengan senyum diwajahnya, ternyata menjahili Evelyn itu sangat menyenangkan. Mungkin sekarang menjahili Evelyn sudah menjadi salah satu hobinya.

"Gue cuma bercanda, sandwich nya enak kok, enak banget malah. Gue suka."

"Ih! Kak Austen jahat banget sih, aku kira sandwich nya beneran nggak enak tau!" Evelyn mengerucutkan bibirnya kesal.

Austen kembali tertawa, "Ahaha, komuk lo tadi lucu banget anjir."

"Ish, nyebelin!"

*****

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu, Zea sekarang sedang dalam perjalanan menuju rumahnya. Ia diantar oleh Galen, sebenarnya ia ingin menolak tapi lelaki itu memaksa, berangkat bareng pulangnya juga harus bareng. Begitu katanya.

Zea mengerutkan keningnya bingung saat menyadari jika ini bukan jalan menuju rumahnya, Zea panik, ia berpikir jika Galen akan menculik dan membunuhnya saat ini.

Tapi bukankah dalam novelnya diceritakan jika Zea dibunuh saat akan diadakan acara camping sekolah? Harusnya itu terjadi dua bulan lagi.

Zea menepuk pundak Galen dengan brutal, "Kita mau kemana?!"

Galen tidak menjawab dan itu membuat Zea menjadi semakin panik, "Ini bukan jalan rumah aku, turunin aku Galen!"

Galen diam, ia menambah kecepatan motornya agar segera sampai ditempat yang akan ia tuju.

Zea memejamkan matanya rapat dengan tangan yang memeluk perut Galen erat, Zea takut. Tangannya kini sedikit bergetar.

Setelah beberapa menit akhirnya motor Galen berhenti disebuah gedung apartemen, ia membawa motornya menuju basement untuk diparkirkan.

*****

"Duduk disini." Galen mendudukkan Zea di sofa panjang yang berada di apartemennya, lelaki itu kemudian merebahkan dirinya diatas sofa dengan paha Zea yang ia jadikan sebagai bantalan.

Mereka berdua masih memakai seragam sekolah, tas sekolah mereka juga hanya diletakkan diatas meja kaca yang berada didekat mereka.


"Galen, aku mau pulang." Zea mencoba untuk menyingkirkan kepala Galen dari pahanya.

Galen mengubah posisinya menjadi menyamping, ia membenamkan wajahnya di perut rata Zea, "Aku ngantuk nanti aja pulangnya."

"Aku bisa pulang sendiri, sekarang minggir." Zea masih berusaha untuk menyingkirkan kepala Galen dari pahanya.

Galen bangun lalu membawa tubuh mungil Zea di gendongan ala koalanya, "Aku bakal anterin kamu pulang, tapi nanti. Sekarang temenin aku tidur."

"Nggak mau, Galen...turunin.." Sekarang Zea kesal, Zea kira tadi ia akan diculik lalu dibunuh seperti yang tertulis dalam novel. Taunya malah disuruh nemenin tidur? Huh, kalau begitu percuma saja Zea tadi panik sampai setengah mati.

Galen berjalan menuju kamar apartemennya lalu membaringkan tubuhnya ke kasur dengan Zea yang ia jadikan sebagai guling.

"Jangan kayak gini..aku ga bisa gerak, Galen!" Zea menggeliat tidak nyaman.

Galen diam. Ia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Zea, menghirup dalam-dalam wangi gadis itu. Wangi strawberry manis yang begitu menenangkan.

"Galen, aku nggak bisa gerak!"

"Shut up babe, jangan gangu tidurku." Zea diam, ia dibuat meremang saat merasakan nafas hangat Galen yang menerpa lehernya.

"Usap kepalaku." Zea menurut, ia membawa tangannya untuk mengusap lembut kepala Galen. Hingga beberapa menit kemudian rasa kantuk tiba-tiba datang, tangan Zea yang mengusap kepala Galen mulai berhenti dengan matanya yang mulai tertutup. Zea tertidur tanpa sadar di pelukan hangat milik Galen.

*****

Jangan lupa tinggalkan jejak, vote dan komen sebanyak-banyaknya!

29, April 2023
See you.

Tunangan Antagonis Novel Where stories live. Discover now