Bab 3 √

42.7K 2.9K 11
                                    

"Papa! au papa huaa!!" Terlihat seorang gadis
kecil tengah berlarian sambil menyeret tas dengan motif princess sofia milik nya. Di tangan kirinya juga menenteng sebuah koas kaki yang sudah tak berupa. Di belakang gadis kecil itu juga tampak seorang wanita tua bersama bodyguard dan asisten dari tuan mereka ikut berlari dengan raut wajah panik.

Bruk

"Nona anda tidak apa-apa?" bodyguard yang tak sengaja di tabrak oleh gadis kecil itu pun berinisiatif membantu gadis kecil itu kembali berdiri.

"Igil!" pekik gadis itu mendorong bodyguard itu namun karena gadis itu tak memiliki tenaga yang kuat bodyguard itu hanya terdorong sedikit.

(Igil: minggir)

Gadis itu memilih jalan lain, dia kembali berlari kencang meninggalkan bodyguard, asisten, serta wanita tua yang tadi mengejar nya.

"Hiks papa ana cih?" gumam nya masih setia berlari padahal yang mengejar nya sudah berhenti.

(Papa mana sih?)

Bruk

Tas yang di seret nya terlepas dari genggaman membuat gadis kecil itu berhenti berlari. Gadis itu berbalik badan dan berjalan menghampiri tas milik nya.

Yang membuat heran sekarang adalah langkah kaki mungil dan penuh lemak itu tampak melangkah pelan padahal sebelum nya saat gadis itu berlari, larian nya begitu kencang hingga membuat wanita tua dan asisten ayah gadis itu kewalahan mengejarnya.

"Ck!" Gadis itu berdecak menyadari langkah kaki nya begitu lambat. Dengan kesal, gadis manis itu menyeret tas milik nya sampai berhenti di sebuah ruangan.

Ceklek

Tepat ketika anak itu sampai, pintu ruangan terbuka. Kaki panjang dengan balutan celana kantoran yang pertama kali gadis manis itu lihat. Gadis itu mendongak agar dapat melihat wajah orang di hadapannya.

"Papa!" pekik gadis itu girang. Kedua tangan gadis itu terangkat bermaksud untuk di gendong.

Hap

Cup

"Siapa yang buat putri manis papa nangis hm?" tanya Alister dengan alis kanan terangkat.

Dahi Ruby sedikit mengkerut memikirkan sesuatu. Setelah nya baru gadis manis itu mengangguk.

Ruby menunjukkan kaos kaki milik nya tepat di depan wajah alister. "Papa, hiks unya luby kotol hua!!" Mata sipit itu kembali mengeluarkan air mata bersamaan dengan tangisan kencang keluar dari mulut mungil nya.

Sejenak Alister memejamkan matanya ketika merasakan telinga kanan nya berdenging akibat tangisan Ruby.

"Kenapa bisa?" Tanya Alister kembali membuka pintu ruang kerja nya. Tungkai kaki nya melangkah menuju sebuah sofa besar yang terletak tak jauh dari pintu.

"Hiks telbang" Ruby membenamkan wajah di dada bidang Alister. "Adi kan hiks aos kaki luby acah, elus luby jemul di epan. Hiks, cambil unggu keling, luby pelgi tut bibi ngujak! btw ujak na enak pah, hehe. Elus pas dah celecai luby pelgi agi uat ambil aos kaki na, tapi hiks? telbang papah!! adahal tan hiks anin enda kecan tapi aos kaki na telbang elus atuh ke umpul!" tanpa di minta Ruby pun bercerita, raut wajah nya begitu sedih ketika menceritakan nya pada Alister.

(Tadi kan hiks kaos kaki Ruby basah, terus Ruby jemur di depan. Hiks, sambil nunggu kering, Ruby pergi ikut bibi ngerujak! btw rujak nya enak pah, hehe. Terus pas dah selesai Ruby pergi lagi buat ambil kaos kaki nya, tapi hiks? Terbang papah! Padahal kan hiks angin engga kencang tapi kaos kaki nya terbang terus jatuh ke lumpur)

Kekehan pelan keluar dari bibir Alister mendengar cerita berbelit anaknya. "Nanti kita beli lagi, sayang" ujar Alister mengusap rambut putri nya lembut.

RUBYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang