Bab 15 √

19.4K 1.2K 47
                                    

Sinar sang tata Surya sama sekali tak menganggu tidur nyenyak dari seorang gadis cantik di atas kasur. Wajah nya tampak damai dan tenang di tambah dengan adanya selimut tebal menutupi sebagian tubuhnya.

Dari arah kamar mandi, Alister baru saja keluar dari sana tersenyum saat melihat anak nya masih terlelap. Sejujurnya, Alister cukup heran. Tumben sekali anak nya itu belum bangun di saat langit sudah terang? Bisanya di pagi-pagi buta sekali bahkan di saat langit masih gelap Ruby lebih dulu bangun dari nya.

Sangat cocok untuk menjadi alarm.

Mungkinkah kelelahan bermain bersama Cakra tadi malam?.

Ya, Steven dan istrinya-Olivia serta Cakra mengunjungi mansion Alister tadi malam tepat di hari kepindahannya.

Bukan tamu tak di undang, Alister lah yang menyuruh mereka untuk datang. Kata nya untuk perayaan Ruby nanti malam.

Tungkai kaki Alister membawa nya menuju kasur. Netra nya menatap anak gadis nya itu intens.

"Happy birthday baby. Sorry I haven't been able to be a good daddy, tapi papa janji. Papa bakalan berusaha jadi papa yang terbaik buat baby kecil papa ini. Maafin papa karena kamu belum merasakan figur ibu..."

Alister membelai pipi chubby anak nya itu lembut. Tak terasa anak nya kini berusia dua tahun. Waktu ternyata sesingkat itu.

"Papa..." Bibir mungil itu memanggil peran Alister dengan mata yang masih terpejam. Sudut bibir Alister tertarik, mengusap rambut Ruby sayang.

"Papa, mama...mama jangan tinggalin luby..." Tampaknya anak itu tengah mengigau. Usapan lembut Alister terhenti, netra nya menatap sang anak intens.

"Mama"

"Mama"

"Mama"

Tubuh tenang Ruby kini bergerak tak nyaman dan gelisah. Pelipisnya tampak berkeringat. Alister segera menepuk pipi anak nya itu lembut.

"Sayang, ayo bangun" Kelopak mata Ruby terbuka lebar. Ruby menatap Alister dengan wajah pias.

"Papa?! papa mama, mama, mama..." Ruby menghentikan ucapannya. Mimpi itu, mimpi itu terasa nyata.

Alister memeluk tubuh mungil Ruby. Hati nya begitu sakit mendengar Ruby terus bergumam kata mama dengan raut cemas dan takut. Sebenarnya apa yang anak nya itu mimpikan?.

"Kenapa hm? kenapa sama mama?" Tanya Alister mengusap punggung Ruby.

"Mama, mama. Dia bunuh mama. Darah, banyak darah keluar dari mulut mama!" Gumam Ruby cepat dengan nada takut.

Mimpi ini cukup aneh namun terasa nyata. Ruby melihat dua orang sekaligus di sana. Aruna dan Vanness. Kedua nya sama-sama banyak menguarkan darah.

Ruby ketakutan. Ruby tau jika Aruna memang mengalami hal itu. Namun yang membuat Ruby semakin takut saat melihat tubuh penuh darah Vanness yang tergelatak di ruangan kosong.

Di akhir mimpinya, Ruby mendengar perkataan keduanya yang sama-sama mengatakan 'bahagia putri mama' bukan nya senang Ruby malah ketakutan. Bayangan tentang kematian mereka membuat Ruby cemas, takut, khawatir semua menjadi satu.

Alister mengusap punggung Ruby lembut. Hal nyata itu ternyata di mimpikan anak nya. Seharusnya mimpi itu tak perlu Ruby mimpikan. Menurutnya, cukup ia saja yang tau jangan anaknya.

"Anggap itu sebagai bunga tidur okey? kasihan banget putri papa sampai keringatan gini." Alister mengusap keringat di pelipis Ruby tanpa jijik sedikitpun.

Ruby mengangguk pelan. Ia harus melupakan mimpi itu, jika di ingat itu sangat tak sehat untuk kesehatan jantung.

"Mau mandi?" Tanya Alister di jawab gelengan oleh Ruby.

"Luby mau mam aja. Mandi nya habis mam" Gumam Ruby menyelusup wajah nya di dada bidang Alister. Usapan lembut dari Alister membuat Ruby nyaman, perlahan ketakutannya mulai menghilang.

Alister beranjak sambil menggendong Ruby ala koala. Tungkai kakinya membawa nya menuju lift. Di dalam lift, Alister mengusap kelopak mata bagian bawah Ruby yang memerah.

Pintu lift terbuka. Alister melangkah bersama Ruby di gendongan nya. Netra Ruby menatap para pekerja tampak terlihat sibuk.

"Papa meleka kok keliatan cibuk? ada acala ya?" Ruby memang tak mengetahui or mengingat jika hari ini dia berulang tahun.

Alister tersenyum tipis, mengecup kedua pipi chubby anak itu nya gemas. "Lupa? kemarin siapa ya yang antusias nunggu hari lahir nya?" Tanya Alister mengangkat alis kanan nya menatap Ruby.

Mata Ruby melebar. Bisa-bisa nya dia melupakan hal ini. Lalu ia menatap wajah Alister.

"Happy birthday baby" ujar Alister mengecup pipi chubby Ruby sayang.

"Makacih papa!"

"Tapi pah, luby kan gamau di buat acala kayak gini." Ujar Ruby yang memang sempat meminta Alister agar tak membuat acara dan mengudang orang banyak.

"Hanya kecil-kecil sayang. Jangan khawatir, hanya ada keluarga aja yang datang" Alister tersenyum yang mampu membuat Ruby tenang.

"Nenek tua itu datang?" Alister lantas mengangguk. Bibir Ruby mencabik, ide jahil terlintas di benak Ruby.

Ingatan tentang mimpi nya itu terlintas. Ruby tersenyum samar. Pertanyaan masa lalu nya kini terjawab. Kemudian netra nya kembali menatap Alister.

"Papa luby mau balas dendam" Langkah Alister terhenti. Ekspresi nya kaku sesaat sebelum menatap wajah putrinya penuh.

"A--" Alister tak mampu berkata-kata. Nafas nya tertahan. Entah kenapa Alister langsung mengingat Aruna.

Ruby mengangguk santai. "Iya luby mau balas dendam sama Cakla kalena udah habicin blownies luby!" Seru Ruby polos. Alister menghembuskan nafas nya lega. Kata dendam membuat Alister menjadi sensitif.

Karena... Alister selalu mengingat kematian tragis Aruna.

"Papa kenapa?" Tanya Ruby melihat gelagat aneh Alister saat ini menyebutkan kata balas dendam.

Alister menggeleng seraya tersenyum tipis. Alister kembali melanjutkan langkahnya, namun pikiran nya berkeliaran entah kemana.

"Eh, Ruby udah bangun sayang? mommy masak banyak loh, Ruby pasti laper!" Katak Olivia dengan nada semangat dan antusias.

Jika Cakra biasanya memanggil Olivia dengan sebutan mama maka lain hal nya dengan Ruby dan yang lain. Mereka akan memanggil Olivia dengan sebutan mommy.

Sama hal nya dengan Steven. Cakra memanggil Steven dengan sebutan papa namun yang lain akan memanggil nya dengan sebutan ayah.

Kalau kata Cakra, biar beda.

Ruby tersenyum, mengangguk. "Iya mommy luby lapel!" Olivia tersenyum lebar mendengar nya. "Papa tulunin luby. Luby udah lapel tau!" Seru Ruby. Alister mendudukkan dirinya sambil memangku Ruby.

"Ayah sama Cakla mana mom? Ish meleka ini ndak tau aja luby udah lapel" Tanya Ruby kesal.

"Oh mereka? mereka lagi belanja buat keperluan kamu nanti malam" kata mommy Olivia santai. Ruby melongo sebentar, wah Ruby baru sadar mommy Olivia ternyata keren. Karena,

Mommy Olivia bisa menyuruh dua orang angkuh dan menyebalkan seperti Steven dan Cakra!
.
.
.

TBC

RUBYWhere stories live. Discover now