Bab 29 √

11.4K 802 25
                                    

Penyesalan terbesar bagi seorang ayah adalah ketika telat menyelamatkan sang anak dari marabahaya. Alister menyesal. Kenapa lagi dan lagi ia gagal menjaga sang anak? mengapa marabahaya selalu menghampiri anak nya? Alister ingin marah tapi ia sadar semua ini bermula dari diri nya.


Menatap sendu brankar yang membawa sang putri menuju UGD, Alister dengan terpaksa mendudukkan diri nya di kursi tunggu terdekat.

Alister mengusap wajah nya kasar. Sejujurnya ia lelah, mengahadapi coba bertubi-tubi seperti sekarang sungguh memang luar biasa rasa nya. Terlebih putrinya yang menjadi korban.

"Bang!"

Merasa tak asing dengan suara itu, spontan Alister menoleh. Tampak Razgav dan Steven dengan Cakra di gendongan nya bergegas menghampiri Alister bersamaan dengan dua brankar yang melewati nya. Olivia dan Rosa, kedua nya terbaring di brankar dengan kondisi cukup memprihatinkan.

Alister baru ingat dengan mereka, saking khawatirnya dengan kondisi Ruby.

"Ruby gimana bang?" Tanya Steven khawatir. Sebelum pergi ke rumah sakit Steven sempat mendapatkan laporan dari Deka yang mengatakan Alister lebih dulu pergi ke rumah sakit bersama Ruby yang tak sadarkan diri. Deka juga memberi tau nama rumah sakit yang Alister kunjungi.

Alister hanya menggeleng pelan. Netra Alister menatap Cakra di gendongan Steven.

"Cuman tidur bang" ujar Steven paham maksud tatapan sang abang. Alister mengangguk paham, mendengar pintu ruang ICU terbuka kotan membuat pria itu menoleh.

"Dengan keluarga pasien bernama Vanessa Ruby?" Mendengar nama putri nya di sebut, Alister langsung bangkit dan bergegas menghampiri dokter lelaki itu.

"Saya ayah nya" ujar Alister cepat.

"Kondisi putri anda baik-baik saja. Tidak ada gejala serius. Tapi di mohon untuk tetap menjaga kesehatan pasien dan perbanyak kan meminum air putih" jelas dokter itu membuat Alister mengangguk paham.

"Pasien akan segera kami pindahkan ke ruang inap"

"VIP?!" balas Alister di anggukan dokter lelaki itu.

"Saya permisi" ujar dokter itu. Alister diam membiarkan dokter lelaki itu pergi. Manik hitam legam nya menatap sebuah brankar yang baru saja keluar dari ruang UGD.

~oOo~

Manik biru laut itu mengerjab menyesuaikan cahaya yang seolah memaksa masuk ke retina matanya. Kening nya tampak mengerut seraya meneliti ruangan yang tampak asing bagi nya.

"Sayang?" Suara berat yang tak lagi asing di pendengaran nya membuat anak itu menoleh.

"P papa?" Katanya dengan suara serak. Alister tersenyum tipis, lalu mengecup kening sang anak lembut. Kemudian ia menekan tombol merah di samping brankar.

"Iya ini papa. Perlu sesuatu?"

"Air pah"

Alister lantas mengambil air di meja nakas lalu memberikan nya kepada Ruby, sebelum itu ia membenarkan posisi anak nya dulu. Menyerahkan kembali gelas berbahan kaca itu, mata Ruby mengerjab pelan.

"Ruby kenapa pah?" Tanya anak itu dengan raut wajah penasaran.

"Lupa hm?" Tanya balik pria itu. Ruby terdiam menerka-nerka apa yang membuat ia bisa berada di sini. Mata anak itu membulat setelah mengingat nya.

"Yang lain gapapa kan pah? terus Bubu? dia gapapa kan?"

Alister terkekeh sejenak, tangan nya mengusap rambut putrinya itu lembut. "Mereka gapapa, Bubu ada di mansion, dia baik-baik aja"

RUBYWhere stories live. Discover now