Bab 44

5.3K 508 19
                                    

Pagi hari pun menyambut bersama aktivitas baru untuk para makhluk hidup. Terpaan angin pagi begitu menyejukkan dan menyegarkan. Mereka, para pekerja pun bersiap memulai aktivitasnya, menyiapkan cerita baru yang mungkin dapat di ceritakan oleh seseorang.

"Papa. Papa jangan kerja ya? istirahat aja" kata Ruby yang sadari memperhatikan kerutan dari dahi Alister.

Alister yang tengah mengancing kemeja itu pun mengalihkan atensi nya untuk menatap Ruby. Kaki nya melangkah mendekati sang anak, kemudian berjongkok di depannya.

"Papa harus kerja, sayang" sahut Alister mengusap-usap pipi chubby gadis manis itu.

Tangan mungil Ruby menyentuh tangan besar yang memegang pipinya. "Papa capek kan? ini lihat, disini panas" ujar Ruby menyentuh kening Alister yang terasa hangat.

Alister tersenyum kecil. Di angkatnya tubuh buntal itu dan mendudukkannya di salah satu paha nya. "Em, jujur sih papa emang lagi capek. Tapi dengan adanya putri manis papa ini, rasa capek nya langsung hilang tau"

Netra Ruby menelisik wajah yang terlihat sekali kelelahan. Ruby jadi berpikir mengapa ia bisa egois semalam, di saat ia sendiri tau Alister tengah kelelahan.

"Maaf ya pah karena Ruby ngajak papa ke pasar malam tadi malam" kata nya dengan raut wajah bersalah.

Alister mengecup kedua pipi chubby itu dengan gemas. Bibirnya mengukir senyuman kecil, "ga perlu minta maaf, sayang. Itu udah kemauan papa juga kok, senyum dulu dong"

"Sayang, senyum dong jangan cemberut gitu" ujar Alister melihat putrinya belum juga menunjukkan senyuman manis terbaiknya. Manik biru laut itu menelisik wajah sang ayah, melihat senyuman penuh ketenangan itu tanpa dapat di cegah sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman manis.

Alister tersenyum lega. Telapak tangannya pun terarah di atas kepala putrinya dan mengusapnya lembut.

"Cantik banget kalau senyum gini" puji Alister di balas senyuman malu anak itu. Ruby langsung saja memeluk tubuh kekar Alister dan memukul dada itu dengan tangan mungilnya.

"Jangan gitu lah, pah. Ruby malu tau" ungkap nya lirih. Alister terkekeh geli, di kecupannya pipi chubby itu berkali-kali.

"Lucu nya. Udah mirip sama Bubu nih" goda Alister membuat mata sipit itu melotot.

"Ih papa! Bubu emang lucu tapi Ruby di samain sama Bubu sih?" protesnya tak terima.

"Loh kenapa sayang? kan Bubu lucu kayak kamu" sahut Alister semakin gencar menggoda nya.

"Ih papah!!"

Suara tawa merdu yang membuat candu itu pun terdengar memenuhi kamar. Bibir Ruby mencabik kesal, kedua tangannya terlipat di dada, menunjukkan jika anak itu tengah merajuk.

Alister mengacak-acak rambut putrinya menyalurkan rasa gemasnya di sana.

"Maaf, sayang. Jangan cemberut gitu dong"

Ruby melengos, tak mau menatap wajah tampan ayahnya. Alister tentu tak tinggal diam, bibirnya mengecup pipi chubby itu kembali.

"Sayang, ga cocok tau kamu marah gini. Senyum doang" ungkap Alister jujur. Sesungguhnya Alister bukan nya merasa takut namun malah merasa gemas karena wajah manis yang menampilkan ekspresi marah itu malah terlihat menggemaskan dengan bibir yang di majukan itu.

"Ga mau!"

Alister tersenyum kecil. Dia bangkit dari posisi duduknya menyebabkan Ruby kini beralih ke gendongan nya. "Papa harus apa biar kamu ga merajuk gini, hm?"

Otak Ruby mulai bekerja. Apa ya? Ruby pun tidak tau jawabannya. "Papa jangan ke kantor ya?" ujarnya mengingat kondisi Alister sekarang.

Alister menggaruk kepalanya pelan. Mengapa itu lagi? Alister bisa saja mengiyakan permintaan putrinya namun mengingat meeting yang tidak dapat di tunda itu Alister tidak dapat berbuat apapun. Alister sudah terlanjur berjanji.

"Ga mau ya pah?" Melihat raut bingung itu Ruby jelas tau jawabannya.

Alister mengangguk tak berdaya.

"Ruby mau ikut papa ke kantor aja mau?" Tawar Alister yang tak tega melihat wajah melas itu. Netra Ruby berbinar, dengan cepat ia mengangguk. Dengan dirinya yang ikut pergi ke kantor, dengan itu juga Ruby dapat memastikan kondisi Alister nantinya. Ruby hanya takut, kening hangat itu malah berubah panas nantinya yang membuat Alister berkahir demam.

"Ya udah, sini papa bantu ganti bajunya" kata Alister membawa putrinya menuju walk in closet. Ruby diam menurut. Sesampainya di sana Alister tanpa basa-basi mengambil pakaian yang cocok untuk anaknya dan memasangkannya di tubuh buntal itu.

"Rambutnya mau di gitu aja?" Tanya Alister begitu selesai memasangkan anaknya baju.

"Mau kayak biasa pah" ujar Ruby sembari melihat wajahnya di kaca cermin. Alister mengangguk pelan, ia tanpa kata mengambil sisir kemudian membawa tubuh putrinya untuk berdiri di depan sofa dengan dirinya yang duduk di belakang Ruby.

Tangan Alister dengan segera meraih rambut-rambut putrinya yang lurus, lalu membentuknya seperti half ponytail model rambut yang kebanyakan orang suka.

Model itu jugalah yang suka Ruby pakai dengan Alister sebagai penata nya. Ya, hidup bersama putrinya itu membuat hampir semua pekerjaan dan keperluan anak Alister lakukan, membuat Alister tau kebiasaan dan kesukaan putrinya.

Alister tidak terlalu menyukai baby sitter dan pelayan yang membantu putrinya yang membuat nya seperti sosok ayah tak berguna. Paling-paling ketika waktu mendesak saja Alister akan meminta bantuan pelayan untuk mengurus putrinya itu.

"Bagus, papa. Terimakasih!" Ruby bertepuk tangan pertanda anak itu puas dengan hasilnya. "Papa sini, wajah nya deketan" katanya di turutin Alister.

Ruby lantas mengecup pipi pria itu berkali-kali, lalu tersenyum manis. Alister tersenyum kecil, tangannya mengacak-acak rambut itu membuat sang empu nya cemberut.

"Yahh papa, jadi acak-acakan nih rambut Ruby" protes anak itu malas.

"Maaf sayang, sini papa benerin lagi" Alister pun membernarkan rambut yang sedikit berantakan itu menjadi kembali seperti semula. Ruby tersenyum puas.

"Ayo ke dapur, sarapan dulu" ajak Alister sembari menggendong putrinya. Ruby mengangguk-angguk lalu menyembunyikan wajahnya di balik lipatan leher Alister.

"Papa bakalan lembur ya hari ini?" Semalam, Ruby tak sengaja mendengar pembicaraan Alister lewat telepon bersama Dev.

Alister mengangguk mengiyakan. "Tau dari mana?"

"Dari telepon papa semalam. Kan papa ngangkatnya di dekat Ruby, jadi Ruby denger" jelas Ruby mendapatkan anggukan paham dari Alister.

"Karena papa bakalan lembur, nanti papa antar kamu pulang mungkin siang atau sore"

Ruby dengan segera menggeleng. "Engga mau! Ruby mau nemenin papa lembur" kata nya sembari menatap sang ayah melotot, berharap permintaan nya tidak di tolak.

"Engga bisa, sayang"

"Ga mau tau! Ruby tetap mau nemenin papa pokoknya!" ujarnya keras kepala. Alister menggeleng pasrah, terserah tuan putri saja.

Ruby hanya cengar-cengir saja. Dia dengan semangat menunjuk ayam goreng di atas meja kepada sang maid.

"Mau apalagi nona?" Ruby menggeleng. Dengan ayam goreng saja dia sudah cukup. Netra nya beralih menatap Alister.

"Ambilkan papa soup aja, bi. Papa kurang sehat hari ini. Terus buatkan papa teh hangat juga ya" ujar Ruby kepada sang maid. Melihat keperdulian anaknya, Alister tersenyum lembut. Telapak tangannya mengusap puncak kepala Ruby.

"Baik, non"

"Terimakasih, sayang"

"Iya, papa"
.
.
.

TBC

Hai readers, aku mau ngucapin minal aidin wal faizin mohon maaf lahir dan batin. Aku mau ngucapin sekarang aja, karena kedepannya (untuk beberapa hari) kemungkinan ga bisa up.

Semoga puasa dan ibadah kita semua di terima oleh Allah Swt. Jika aku ada salah aku sebesar-besarnya memohon maaf dengan kalian.

Terimakasih karena telah membaca cerita ini. Mohon 350+ vote dan 250+ komen nya readers.

See you next chapter!

RUBYWhere stories live. Discover now