Bab 18 √

15.6K 823 24
                                    

Bagaikan putri di musim salju gadis itu tampak mempesona. Wajah mulus tanpa pori-pori itu terlihat bersinar saat wajah nya mendongak melihat salju yang berjatuhan di langit.

Senyuman manis menjadi pelengkap dari kecantikan gadis berusia lima tahun itu.

Tak menyia-nyiakan momen ini. Si seberang sana, tak jauh dari keberadaan gadis itu sosok pria yang menyandang sebagai ayah dari gadis tersebut segera memotret wajah putrinya.

Netra nya menelisik setiap inci foto. Perfect bibir nya lantas membentuk senyuman tipis.

"Sayang, ayo pulang"

"Iya pah!" Gadis itu lantas berlari menuju keberadaan sang ayah.

"Ayo pah!" Wajah nya mendongak guna bisa melihat wajah sepenuhnya sang ayah, terkesan polos dan antusias.

Menggendong tubuh anak nya ala koala, kemudian tungkai kaki nya membawa nya melangkah ke tempat tujuan.

"Besok ke sini lagi ya pah, Ruby pengen main salju" kata anak itu tersenyum polos. Alister menggeleng membuat wajah semangat itu menghilang di gantikan dengan wajah cemberut.

"Dingin sayang. Besok suhu nya bakalan naik ga baik buat kamu" Jelas Alister tak membuat ekspersi wajah itu berubah.

Alister tersenyum tak berdaya. Bagaimana pun ini demi kesehatan Ruby. Tiga hari mereka di Eropa bertepatan dengan musim dingin, tubuh Ruby menjadi lemah. Hal itu bisa terjadi karena Ruby belum beradaptasi dengan cuaca kali ini.

Tapi bukan nya Ruby sebelumnya tinggal di luar negeri? selama musim dingin terjadi, Alister pasti tidak mengijinkan Ruby keluar rumah biarpun hanya melihat saja. Mansion juga di beri penghangat ruangan.

Hari ini Alister mengijinkan karena Ruby yang menangis meraung-raung ingin keluar, tentu saja sebagai orang tua ia tak tega.

Alister mengusap surai rambut coklat itu lembut. "Jangan sedih ya?" bujuk nya membuat Ruby terpaksa mengangguk. Tangan mungil Ruby memeluk leher Alister, menenggelamkan wajahnya di dada bidang pria itu.

~oOo~

Menjahili para pekerja di mansion merupakan kesenangan tersendiri bagi Ruby. Kini Ruby menambah list orang yang wajib di jahilin. Seperti menjahili sekertaris Alister- Dev contohnya.

Tawa penuh kebahagiaan memenuhi kamar apartemen. Seakan tidak cukup meminta Dev untuk mengambilkan baju nya di atas lemari yang memang sengaja Ruby lempar, kini anak itu kembali kumat saat melihat Dev tertidur.

Entah Keberuntungan dari mana, Ruby menemukan sebuah lipstik di depan kawasan apartemen saat sedang jalan-jalan bersama Dev dan kebetulan Ruby menemukan nya saat Dev mendapatkan panggilan telfon.

"Hehe" Ruby cengar-cengir sendiri melihat hasil mahakarya nya. Ruby membuang lipstik yang tersisa setengah itu ke sembarang arah. Dengan santainya, anak itu menepuk wajah pria itu pelan.

"Udah bagus muka om kayak gini. Kalau yang biasa jelek" kata Ruby tersenyum kecil. Anak itu menurunkan diri pada sofa, lalu melangkahkan kakinya menuju kamar.

Ruby berencana akan tidur sembari menunggu Alister pulang dari urusan nya.

"Eh? apaan tuh?" gumam Ruby bertanya. Kakinya pun melangkah menuju sesuatu yang ia lihat. Tatapan Ruby berubah aneh, mengapa bisa makhluk ini berada di apartemen Alister? masuk lewat mana hewan itu?

 Tatapan Ruby berubah aneh, mengapa bisa makhluk ini berada di apartemen Alister? masuk lewat mana hewan itu?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Cantik sih, tapi iuh!" Ruby bergidik jijik. Dengan tubuh merinding Ruby berlari cepat ke arah sofa membatalkan niatnya untuk ke kamar. Ruby hanya takut jika ia pergi ke kamar, ia akan menemui hewan serangga satu itu lagi. Entahlah darimana pemikiran itu datang.

Sesampainya di sofa. Ruby mengusap-usap tubuhnya. Rasa merinding itu masih terasa. Netra Ruby menatap Dev, nyenyak sekali pria itu tidur. Apakah pria itu lupa dengan perintah Alister untuk menjaga dan menemani nya? hm, sepertinya pria itu tidak sayang gaji. Ruby terkekeh pelan.

"Coba aja ada om Satria" gumam Ruby mendesah kecewa. Jika pria itu juga ada, betapa bahagianya Ruby mendapatkan dua mangsa sekaligus.

Tangan Ruby kini beralih mengambil buah anggur yang masih tersisa di atas meja. Ruby mendudukkan dirinya di bawah sofa dan mengambil boneka beruang yang tergelatak tak berdaya di sampingnya.

"Kalau Ruby tidur dia ga bakalan datang kan?" Tanya Ruby yang masih mengingat hewan serangga itu. Ruby bergidik ngeri, jangan sampai dia datang! Ruby berharap Alister cepat kembali. Mengharapkan Dev tidak ada gunanya. Dia yang di tugaskan untuk menjaganya kini malah asik tiduran. Benar-benar sekertaris tidak berguna!.

Ruby merebahkan tubuhnya pada lantai keramik. Tenang saja, Ruby sudah memeriksa dingin atau tidaknya dari keramik tersebut. Boneka beruang nya Ruby jadikan sebagai bantal.

Bibir mungil Ruby mulai menguap. Ruby pun memejamkan kelopak matanya guna dapat menyelami alam mimpi. Namun suara serak bercampur panik menganggu acara tidurnya.

"Nona?!" Setelah kesadarannya kembali, dev berteriak panik memanggil nona nya. Sial, mengapa ia malah tertidur di sini? bagaimana dengan kondisi Ruby? Dev mulai cemas.

"Apa om?" Sahut Ruby malas. Tidak serangga, tidak Dev, mengapa menganggu sekali?

Tatapan Dev langsung beralih ke bawah. Mata nya membelalak kaget. Dev baru menyadari ada mahluk mungil di bawahnya.

"Nona, mengapa anda di sini? mari kita ke kamar saja" kata Dev berancang-ancang ingin mengendong Ruby namun segera Ruby tolak.

"Ruby mau di sini aja. Udah sana pergi, jangan ganggu Ruby mau bobo!" Kata anak itu menggerakkan satu tangannya bermaksud mengusir Dev.

"Mengapa anda mengusir saya, nona? lebih baik nona tidur di kamar saja. Jika tuan tau, dia akan marah besar nanti"

Ruby menghela nafas kasar. "Kata-kata om terlalu berlebihan. Papa tidak seperti itu" sahutnya memutar bola mata malas.

Dev hanya dapat tersenyum kaku. Ruby belum tau ternyata. "Baiklah, jangan salahkan saya jika tuan akan memerahi anda"

Sialan. Ruby jadi takut ucapan Dev benar-benar terjadi. Ruby akan memilih jalan aman saja. Dengan malas, Ruby bangkit dari posisi rebahannya yang menurut Ruby nyaman.

"Gendong Ruby ke sofa. Ruby mau tidur di situ aja" kata Ruby di laksanakan langsung oleh Dev.

Setelah kembali rebahan, Ruby mencari posisi nyaman. Netra Ruby menatap Dev, hm...apa Ruby minta tolong saja dengan pria itu untuk membuang serangga itu? sepertinya hewan itu juga belum pergi.

"Om, boleh minta tolong?"

Dahi Dev mengerut. "Tentu saja. Nona mau apa?" Tangan Ruby menunjuk arah dapur lebih tepatnya ke arah dinding dapur.

"Maksudnya?" Tanya pria itu tak mengerti.

"Tolong buang serangga itu ke luar" kata Ruby membuat pria itu terdiam sejenak. Serangga? bagaimana bisa hewan itu masuk ke dalam? apakah dari jendela dapur? Dev ingat jendela dapur memang sengaja tak di kunci.

"Oke" setuju Dev langsung berlalu pergi. Ruby menatap punggung pria itu aneh, Ruby kira Dev akan menolak karena dari tampangnya saja Ruby menebak pria itu takut serangga. Tapi apa ini? wah, Ruby tak percaya ini.

Tebak kan nya kali ini meleset jauh.

"Akh, pergi sialan!"

Oke, sepertinya tebakan Ruby memang bener.

.
.
.

TBC

Bab ini ada perubahan.

RUBYWhere stories live. Discover now