Bab 21 √

13.9K 848 13
                                    

Sinar rembulan menjadi satu-satunya penerang alami dalam permukaan bumi. Dengan ribuan bintang-bintang menjadi pelengkap nya.

Netra gelap yang menghanyutkan itu memandang rembulan lurus. Ekspresi wajah nya tampak tak terbaca, tubuh nya tetap berdiri bak patung.

"Betrayal..." suara nya begitu lirih hingga terdengar seperti bisikan.

Sehabis membawa sang anak ke tempat tidur, pria itu mendapatkan telfon dari sekertaris nya, Dev.

"Ha-"

"Gue dapat bukti, tapi lo jangan kaget" ujar seorang di sebrang sana memotong perkataan Alister.

"Cek email, di sana udah gue kirim bukti lengkap" lanjut nya dengan suara cemas bercampur takut. Tanpa kata, Alister mematikan sambungan telfon.

Alister membuka email, dan saat itu juga Alister merasakan seribu jarum menancap ulu hati nya. Alister sudah menduga ini sadari awal, namun tetap saja hati nya sakit.

"Aruna, maafkan aku" bisik nya lirih, merasa bersalah.

"Papa" tubuh bak patung Alister langsung bergerak mendengar suara lirih sang anak. Netra nya menatap Ruby yang ingin berdiri namun lebih dulu terjatuh di kasur.

"Papa di sini, sayang" Alister berjalan mendekati kasur. Lalu membantu Ruby membenarkan posisinya.

"Papa dari mana? kok Ruby di tinggalin" ujar anak itu dengan wajah cemberut. Ruby merangkak mendekati Alister yang tengah duduk di tepi kasur.

"Papa ga ninggalin kamu. Papa tadi di balkon sayang" ujar nya sembari menarik tubuh buntal sang anak, dan memangku nya.

Ruby mengangguk paham. "Tidur lagi ya? masih jam 1" Ruby menggeleng pelan, menyelusup kan wajah nya di dada bidang Alister.

"Ruby udah ga ngantuk" mendengar itu Alister hanya tersenyum, tapi tangan nya mengusap-usap punggung Ruby.

Usapan lembut itu membuat mata Ruby terpejam. Tak memerlukan banyak waktu, anak itu kembali tertidur. Alister terkekeh pelan, "kata nya ga ngantuk" Alister merebahkan dirinya tanpa memindahkan tubuh Ruby.

Memejamkan kedu kelopak matanya, tangan Alister setia menepuk-nepuk punggung Ruby.

~oOo~

Baru saja membuka mata, Alister sudah tak melihat keberadaan Ruby. Alister menatap jam yang terletak di atas nakas. Pukul 07.27, untung saja hari ini hari minggu.

Alister beranjak ke walk in closet untuk membersihkan tubuhnya.

Di ruang tamu, Ruby asik memakan Snack namun mata nya menatap pria yang sekilas mirip dengan Alister tengah duduk santai sambil menyilangkan kedua kakinya, dengan mata yang tertuju pada Ruby.

"Apa yang kau lihat dari wajah ku? fokus saja dengan makanan mu sebelum aku ambil" ujar nya seraya terkekeh melihat wajah belepotan Ruby. Dia, Andrian Kalael Clovis, ayah nya Alister.

Ruby nyengir, menampakkan deretan gigi nya. "Oh ya, kakek mau ketemu papa ya? papa kayak nya masih tidur kek"

Andrian menggeleng. "Tidak. Kakek ke sini untuk bertemu dengan mu. Kau tak senang bertemu dengan kakek?" Tanya Andrian seraya mengangkat alis kanan nya.

Ini memang untuk pertama kali nya Andrian melihat Ruby secara langsung. Karena biasanya ia hanya melihat dari ponsel saja. Waktu kelahiran maupun ulang tahun Ruby, Andrian tak sempat datang karena sedang di perjalanan bisnis. Sebab itu, ia hanya menitipkan hadiah saja yang berupa kalung liontin yang sampai sekarang belum di pakai Ruby.

RUBYWhere stories live. Discover now