Bab 11 √

22.1K 1.6K 84
                                    

Sebagai anak kecil, Ruby bisa melakukan apapun yang ia mau tanpa takut di marahi. Berbeda jika flash back ke masa lalu, apa-apa hidup nya serba di atur.

Ingin tau apa yang di lakukan anak itu sekarang? Belum genap dua hari anak itu pulang dari rumah sakit, anak itu malah diam-diam bermain hujan di dekat kolam renang.

Tak ada yang tau dengan kelakukan anak itu sekarang. Setiap maid maupun bodyguard lewat Ruby selalu bersembunyi.

"Duh, apa ini yang di namakan tamu ndak di undang?" Ruby merasakan sesuatu yang ingin keluar, sontak anak itu berlari menuju toilet yang terletak di dekat dapur dengan tubuh basah kuyup.

Ana yang ingin pergi ke dapur tak sengaja melihat nona muda nya, lantas ia memanggil Ruby namun anak itu lebih dulu memasuki toilet.

Ana menghela nafas kasar, melihat tubuh basah kuyup sang nona Ana tentu tau apa yang di lakukan anak itu.

Di sisi lain, Ruby yang telah selesai menuntaskan panggilan alam menghela nafas lega. Anak itu segera keluar dari toilet dan menemukan Ana yang sedang mengepel lantai.

Ia pun tersenyum kaku sebab merasa bersalah. "Bi Ana, maafin luby ya? hehe..." kata Ruby seraya cengengesan.

"Tidak apa nona. Lebih baik nona segera mandi, saya sudah menyuruh kakak Gina menyiapkan air hangat untuk nona"

"Baik. Telimakacih..." Ruby melangkah meninggalkan Ana yang menatap punggung Ruby dengan senyuman hangat.

"Em kila-kila papa ada di kamal ndak ya? semoga aja ndak ada" Gumam Ruby mengigit ibu jari nya gugup. Ruby hanya takut Alister marah karena mengetahui jika ia mandi hujan. Bukan hanya itu, Ruby juga takut maid yang ia kerjain tadi pagi mengadu pada Alister.

Ting!

Ruby melangkah keluar lift, ia dengan was-was menatap sekeliling. Hela nafas lega nya pun terdengar. Lorong menuju kamar ternyata sepi, bodyguard yang biasanya berkeliling pun tidak terlihat.

"Tapi kalau papa ada di kamal gimana?" Gumam Ruby berhenti melangkah. "Tapi kan bilang na mau ke luang kelja. Ga mungkinlah papa ada di kamal cecepat itu!" Gumam nya lagi dengan senyum lebar. Ruby melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.

Ceklek

Senyum lebar Ruby seketika luntur. Di sofa yang menghadap pintu, terdapat Alister yang menatapnya datar. Ada maid juga yang berdiri di depan kamar mandi.

"Puas hm?"

Kepala Ruby menunduk. Alister beranjak mendekati anak nya itu. "Siapa yang izinin mandi hujan?" Ruby memainkan jari jemari takut, kepala nya semakin menunduk.

"Tatap wajah papa Ruby..." Dengan perasaan takut Ruby mendongak menatap Alister dengan mimik wajah polos.

"Jawab papa. Siapa yang izinin kamu mandi hujan?"

Ruby menggeleng pelan, "ndak ada...maap luby calah" Ruby menyentuh tangan Alister, lalu tersenyum hingga menampakkan gigi. Alister dapat merasakan tangan dingin sang anak, menghela nafas berat Alister tanpa kata menggendong Ruby menuju kamar mandi.

"Biar saya saja yang mandikan. Kamu keluar" titah Alister kepada Gina.

"Baik tuan" Gina dengan segera beranjak pergi. Setelah kepergian Gina, Alister memasuki kamar mandi dengan Ruby yang berada di gendongan nya.

Alister meletakan Ruby pada bathtub yang sudah terisi dengan air hangat. Lalu, Alister mengambil peralatan mandi khusus milik sang anak.

Ruby hanya mampu melihat apa saja yang di lakukan papa nya itu tanpa berani mengeluarkan suara.

"Papa kalau malah selem juga..." Selama hidup di tubuh Ruby baru kali ia melihat Alister marah. Ya meskipun hanya diam tanpa ekspresi.

Apa mungkin kali ini Ruby kelewatan batas? tapi masa Alister marah hanya karena ia mandi hujan? batin Ruby bertanya-tanya.

Selesai memandikan anak nya, Alister menggendong Ruby keluar dari bathtub. Alister mengambil handuk dan meletakkan nya di tubuh Ruby. Kemudian beranjak dengan Ruby di gendongan nya.

"Muka papa datar terus! I don't like!" Batin Ruby ketika menatap wajah Alister.

Alister mendudukkan Ruby di atas kasur. Kemudian beranjak guna mengambil kebutuhan Ruby. Sambil menunggu Alister kembali, Ruby menopang dagu nya.

Di diamkan dan di acuhkan oleh Alister membuat Ruby tak terbiasa.

Alister berjalan mendekati kasur. Di tangan nya sudah ada minyak telon dan bedak bayi serta baju piyama coklat.

"Papa..." Ruby menatap papa nya itu cemberut. Alister hanya mengangkat sebelah alis nya bertanya dan fokus mengusapkan tubuh Ruby dengan minyak telon.

"Maapin luby..." Tak ada jawaban apapun dari Alister. "Papa maapin luby" Ruby kembali mengulang perkataannya namun tetap saja, Alister tetap diam.

"Papa hiks jangan diemin luby huaa. Luby minta maap" pecah sudah tangisan anak itu. Alister menghela nafas kasar, melihat anaknya menangis Alister menjadi tak tega.

"Sini" Alister menepuk-nepuk paha nya membuat Ruby lantas mendekati Alister. Alister mengangkat tubuh Ruby dan meletakkan nya di atas paha nya.

"Tau apa kesalahan kamu?"

"Hiks iya..."

"Apa?"

"Hiks itu...hiks luby mandi ujan"

"Apa lagi?"

Ruby terdiam sambil mengusap ingus nya. Jadi benar, maid itu telah mengadu pada Alister? Ruby mencabik bibirnya kesal.

"Maap..." Gumam Ruby dengan kepala menunduk.

"Jangan minta maaf sama papa. Coba minta maaf sama maid itu" Ujar Alister mengusap rambut putrinya sayang.

Ruby mengangguk kemudian menggeleng. "Luby ndak mau. Muka dia ngecelin! Penuh make up juga, pelsis kayak badut!" Seru Ruby tak suka.

"Masalah nya dimana?" Tanya Alister mengangkat sebelah alis nya bingung. Seingat Alister, ia tidak pernah melarang maid untuk berdandan.

Ruby mencabik kesal, "ih papa ga lisih apa? maid yang lain aja dandan na ndak ada yang kayak gitu..." ujar Ruby menatap papa nya aneh. "Telus maca luby ketemu alon utih di bawa meja. Dia kan udah gede, maca main alon?

(Alon: balon)

"Balon putih?" Monolog Alister bingung. Ruby mengangguk sambil menaikkan jari jemari Alister.

"Shit! maid sialan!" Maki Alister dalam hati setelah paham maksud dari balon putih yang di maksudkan Ruby. "Sayang, kamu ga megang itu kan?"

Ruby menggeleng, "Ndak, pas luby pen megang alon na kayak ada lendil, jadi luby ndak jadi ambil deh. Kayak na maid itu buang ingus naa di citu deh pah" Ujar Ruby dengan ekspresi polos.

(Engga. Pas Ruby pengen pegang balon nya kayak ada lendir, jadi Ruby ndak jadi ambil deh. Kayak nya maid itu buang ingus nya di situ deh pah)

Alister mengehala nafas lega. "Kamu diam di sini, jangan kemana-mana. Papa mau keluar bentar" Alister berencana akan memberi pelajaran pada maid itu. Secara tak sengaja maid itu telah membuat mata anak nya ternoda.

"Iya. Papa cekalian suruh bi Ana ya bawa bubu ke cini" Kata Ruby setelah merebahkan tubuhnya. Alister mengangguk beranjak meninggalkan kamar.

"Cambil nunggu bubu cama papa, luby nonton tv aja deh"

.
.
.

TBC

RUBYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang