Bab 12 √

21.1K 1.4K 17
                                    

Keributan kecil terjadi di dapur. Bak kapal pecah, dapur itu di kotori dengan tepung. Pelaku hanya tertawa tanpa dosa melihat wajah frustasi para maid.

Tidak cukup dengan penderita para maid, pelaku juga mengelap mulut penuh dengan coklat nya ke baju salah satu maid paling muda di sana.

"Astaga nona..." Maid muda itu hanya bisa bergumam pasrah. Jika saja tubuh nya tinggi mungkin nona nya itu tak akan bisa mengelap mulut penuh coklat itu ke baju nya melainkan celana hitam yang ia pakai.

"Apa akak?" Tanya nya menatap maid muda itu polos. Maid muda itu hanya menggeleng sambil tersenyum manis.

"Ke taman kayak na selu." Gumam nya berpikir sejenak. Ia menatap tiga maid di sana, "bibi dan akak cemua, luby mau ke taman dulu ya. Dan jangan lupa bawain luby cake oke?" Ujar Ruby tersenyum manis.

Tampak nya anak itu melupakan kelakuan yang ia perbuat sebelumnya. Beberapa bahan telah ia jatuhkan, tepung juga telah berserakan di lantai. Butuh puluhan menit untuk menyiapkan semua nya lagi.

Ruby melangkah riang meninggalkan ketiga maid itu. "Papa udah celecai cholat belum ya? luby jadi pengen alan-alan." Ruby memberhentikan langkah nya kemudian menatap lantai atas.

"Tapikan ini masih cubuh, hali ini juga kan papa bakalan ke kantol" Ruby mengingat kapan saja Alister akan pergi ke kantor. Senin dan kamis. Dan hari ini adalah hari kamis. Jika bukan hari itu, biasanya ada meeting mendadak.

Jangan heran saat subuh Ruby sudah bangun dan membuat kekacauan. Dulu ia memang susah untuk bangun subuh berbeda untuk di kehidupan ini, entah dapat hidayah dari mana selama di tubuh ini Ruby selalu bangun subuh.

Untuk sholat? tiga bulan yang lalu Alister mengajari anak nya itu sholat dan dalam tiga bulan itu juga Ruby menjalaninya. Hanya saja, beberapa kali saat sholat anak itu kadang diam-diam kabur seperti saat ini contohnya.

Kalau kata orang tua jaman sekarang, 'nama nya juga anak-anak'.

Ruby kembali melangkah, gadis itu memutuskan untuk pergi ke kamar menghampiri Alister.

Ruby tidak memakai lift melainkan menaiki tangga. Di saat menaiki tangga ke sepuluh pelipis anak itu telah berkeringat.

"Balu tangga cepuluh kok udah capek? ihh bukan anak papa Alistel nama na!!!" Ruby menepuk-nepuk dada nya pelan bermaksud untuk menyemangati, lalu menaiki anak tangga satu persatu.

"Luby bica kok!!!"

"Luby ndak capek!!!"

"Luby haus...ih tangga nya kok banyak?"

"Luby bica, kalau ga bica apa kata olang nanti?"

"Halus sampe, kalau ndak sampe luby tendang om limba ke got!!"

"Pokok nya habis ini luby minta hadiah cama papa!!"

"Haus..."

"Luby bica, lima tangga lagi itu!"

"Yey..." Gumam nya menghela nafas lega. Ruby mendudukkan dirinya di lantai menuju tangga. Nafas nya memburu cepat dengan mata terpejam.

"Sayang ngapain di situ?" Alister baru saja keluar kamar merasa heran melihat anak nya di sana. Ruby menggeleng tanpa melihat Alister sebab ia tak mampu.

"Baby kenapa hm?" Alister menggendongnya Ruby sambil mengusap pelipis anak nya itu.

"Capek..." Gumam Ruby menyenderkan kepala nya di dada bidang Alister.

"Capek kenapa?" Tanya Alister membuka pintu kamar.

"Papa halus kacih luby hadiah! luby abis naik tangga hehe" Alister menghela nafas mendengar anak nya itu rupa nya menaiki tangga.

RUBYWhere stories live. Discover now