Bab 19 √

14.8K 896 9
                                    

Ruby terbengong melihat layar handphone yang tengah memperlihatkan vidio seorang gadis tengah melakukan senam arsitek.

"Ga bisa nih. Pokoknya Ruby harus coba!" Melihat gadis di layar itu melakukan semua gerakan senam arsitek dengan tubuh yang sangat lentur Ruby jadi ingin. Namun terjadi masalah, senam itu menggunakan banyak alat. Juga Ruby melupakan tubuh nya yang pendek dan berisi atau orang sering menyebut nya buntal.

Ekspresi nya berubah cemberut. Bibir nya mencabik serta tangan nya mengepal, menunjukkan betapa kesal nya anak itu.

"Ruby bukan buntal! Ruby harus bisa biar tubuh Ruby ga buntal lagi!" Mengangguk membenarkan perkataan nya sendiri, Ruby pun mengetik sesuatu.

Terpampang sebuah video dengan kata senam lantai. Jika ia tak bisa melakukan senam arsitek yang di karenakan menggunakan banyak alat ada senam lantai yang bisa di lakukan tanpa menggunakan alat. Masalah tubuh? tak masalah. Bukan nya kebanyakan orang melakukan senam dan olahraga di mulai dari masalah tubuh?.

Lantas Ruby turun dari sofa. Kemudian ia meletakkan handphone milik Alister di atas meja, menyanggah nya di pot bunga.

Ruby pun beranjak sedikit jauh dari meja. Dengan wajah semangat ia pun memperagakan gerakan sesuai dengan vidio yang sudah di putar itu.

Awal nya tak ada masalah. Ruby juga cepat belajar biarpun kesusahan karena faktor tubuhnya. Namun setelah memperagakan gerakan guling ke belakang atau backward roll tubuh Ruby terjengkang lantaran tubuh tak seimbang ketika jongkok.

"Aduh!!!" leher Ruby terasa sakit dan panas. Untung nya ada karpet tebal yang melindungi jika tidak bisa saja leher anak itu patah.

Bertepatan dengan itu seorang maid memasuki kamar. Mata nya melotot melihat anak majikan terbaring lemas di karpet tebal. Ia berjalan cepat menghampiri Ruby.

"Ya ampun nona? anda kenapa?" Ruby tak menjawab. Kepala nya mendadak pusing mendengar suara membahana itu.

Maid itu mengangkat tubuh Ruby membuat Ruby mengumpat dalam hati. "Sial nih orang pengen leher Ruby patah ya? minimal di pegang ke!"

"Ughhh shht"

"Anda kenapa nona? ada yang sakit?"

"Sakit..." Ruby memegang leher nya. Dengan hati-hati maid itu menggeser rambut Ruby, "ya ampun nona! leher anda merah sekali! saya akan memanggil tuan Alister!" Kata maid itu bergegas pergi untuk memanggil majikan.

Ruby menarik nafas nya dalam. Tangan nya mengusap leher nya itu agar rasa perih nya berkurang.

"Sayang kamu kenapa?" Alister berlari panik ke arah Ruby. Jantung nya terasa ingin copot saat mendapatkan laporan dari maid.

"Ugh sakit pah" adu Ruby senantiasa mengusap leher nya itu. Alister duduk di samping Ruby, memindahkan tangan Ruby, Alister langsung menggeser rambut panjang itu.

"Kenapa?"

"Tadi Ruby mau guling ke belakang tapi ugh jatuh" ungkap nya jujur. Alister menggeleng tak habis pikir dengan kelakuan Ruby yang akhir-akhir begitu random. Tangan nya pun mengusap leher atau tengkuk Ruby.

"Lain kali hati-hati. Kenapa ngelakuin itu?"

"Senam pah. Biar tubuh Ruby kurus" Jawab nya dengan wajah polos. Alister menghela nafas berat, "sayang kamu itu masih kecil, lebih bagus badan nya besar dari pada kurus. Emang mau di katain kurang gizi hm? tubuh kamu besar karena sehat lagian kamu lucu dan manis ga jelek" ujar Alister mengundang senyum lebar Ruby.

"Untung leher kamu gapapa" gumam Alister setelah memeriksa kondisi leher anak nya baik-baik saja. Ruby nyengir, lalu memeluk Alister.

"Pah beli martabak yuk?"

"Masih siang bolong. Malam aja"

"Oke. Tapi beli makanan lain juga ya?" Alister mengangguk mengusap rambut panjang Ruby. Setelah dua hari berlalu mereka akhirnya pulang ke rumah sewaktu tengah malam.

"Waktu nya kamu tidur siang, tidur gih papa temenin" Ruby mengangguk dan menepuk-nepuk kasur di sebelahnya. "Papa juga tidur ya? Ruby mau peluk papa"

~oOo~

Malam telah tiba. Matahari telah berganti bulan serta bintang yang menjadi pelengkap malam ini. Malam ini malam minggu, malam dimana banyak orang yang keluar terutama para anak muda.

Di tengah ramai nya manusia yang berlalu lalang Alister berusaha menjaga sang anak yang tak pandai diam. Alister maklum mungkin Ruby bosan menunggu pesanan mereka yang belum jadi.

"Papa Ruby mau cake" ujar Ruby menggoyang goyangkan tangan Alister.

"Sabar ya? tunggu ini dulu"

"Mas ini pesanan nya" Alister mengambil dua kresek itu, menyerahkan dua lebar uang merah pada pemuda di hadapannya.

"Ambil saja" Ujar nya menarik tangan Ruby menjauhi kerumunan di sana.

"Papa mau itu" Ruby menunjuk warung sate di seberang sana. Alister menghela nafas pelan. Tanpa kata ia membawa Ruby melewati jalan raya.

Sesampainya di sana, Alister langsung memesan. "Di bungkus atau makan sini?" Tanya pelayan itu, Alister menoleh ke arah Ruby.

"Makan sini aja pah" Alister melirik pelayan itu, kemudian membawa Ruby duduk di bangku yang kosong.

"Habis ini mau kemana lagi?"

"Mau beli cake pah. Emm yang brownies" Alister mengangguk pelan mengusap keringat di pelipis Ruby.

Cukup lama mereka menunggu, Ruby mulai menguap bosan. Alister yang peka menyerahkan handphone nya dan di terima baik oleh Ruby.

"Permisi boleh kita duduk di sini?"

Alister berdehem singkat sebagai jawaban. Lantas mereka pun duduk dengan salah satu dari mereka yang mengambil menu. Netra Ruby menatap mereka lengket, entah perasaannya atau apa, salah satu dari mereka tampak mirip dengan seseorang.

"Abang nya kah?"

.
.
.

TBC

RUBYWhere stories live. Discover now