Bab 35 √

7.2K 591 131
                                    

Datang dan pergi merupakan hal yang selalu terjadi, namun terkadang manusia tidak dapat menerima hal itu. Mereka selalu menyalahkan diri sendiri, orang lain, dan tuhan.

Seharusnya, sebagai manusia sudah seharusnya kita dapat menerima. Tidak ada namanya hidup kekal di dunia. Hidup dan mati, itulah takdir manusia.

Apa yang mau diharapkan di dunia? bahagia? sehat? kaya? cinta? abadi? atau yang lain? mungkin bisa saja kita dapatkan itu semua namun bukan berarti akan selamanya, sampai kitanya mati.

Sesungguhnya jangan banyak berharap dengan dunia. Hidup di dunia bukan mencari keabadian melainkan mengejar cinta tuhan agar mendapatkan ketenangan dunia.

Namun manusianya saja yang menganggap hal tersebut dengan sepele.

Hidup dan mati sudah kuasa nya tuhan.

Susah dan senang, sedih dan bahagia, sudah takdirnya hidup.

Maka terimalah apa yang terjadi, berlapang dada lah dengan takdir tuhan.

Kita sebagai manusia harus siap menerima.

"Jangan pernah menyakiti diri sendiri, terimalah apa yang dokter tadi katakan. Sebaiknya kita berdoa untuk keselamatan mereka" tutur dari wanita cantik menasehati mereka yang sedang menangis dan memukul-mukul dinding putih rumah sakit.

Dia Amora, ingat dia? ibunya Aruna.

"Bener apa yang mama katakan mas, jangan menyakiti diri sendiri" tegur Rosa kepada suaminya.

Razgav dengan mata merahnya meluruhkan tubuhnya pada dinding. Di antara kedua saudaranya, memang Razgav lah yang paling cengeng. Tidak peduli dengan kenyataan bahwa ia masih memiliki saudara lain di bawahnya.

Mendengar kabar jika sang abang sulung kecelakaan membuat Razgav sedih dan ketakutan. Trauma yang sudah ia pendam sedalam mungkin kembali muncul.

Dulu, ada suatu kejadian yang hampir merenggut nyawa Alister sewaktu kecil dan membuat Razgav trauma. Saat itu Alister menyelamatkan adiknya dari tabrakan mobil yang menyebabkan Alister koma dua bulan lamanya. Usianya saat itu masih 4 tahun, dan Alister yang baru masuk 8 tahun.

Selama dua bulan Alister koma, Razgav terus menyalahkan dirinya sendiri. Tidak ada satupun dari mereka yang dapat membujuk nya. Razgav yang ceria berubah pemurung, tidak ada lagi Razgav si manja, Razgav benar-benar berubah 80° dari sifat aslinya.

Barulah setelah Alister bangun Razgav mulai membuka diri kembali karena berkat bujukan dan nasehat sang abang.

Lalu mendengar kabar kecelakaan Alister, Razgav takut bukan main.

"Jangan menangis boy, doakan saja yang terbaik untuk abang mu" Andrian mengusap-usap bahu anak ketiganya bermaksud menyemangati. Andrian sendiri merasa Dejavu, mereka pernah di posisi ini sebelumnya.

"Pah? abang ga bakalan ninggalin kita kan? Keponakan Razgav ga kenapa-napa kan?" tutur Razgav memandang sang ayah sendu.

Andrian tak menjawab, namun tangan nya tampak menepuk-nepuk bahu Razgav pelan.

Disisi lain, Cakra dan Atha tampak melamun di tengah-tengah Angela dan Olivia. Mata sembab dengan hidung yang memerah menandakan jika keduanya baru usai menangis.

Sesekali mata mereka melirik ruang UGD yang menangani kondisi Rimba, Alister dan Ruby. Ya ketiganya sama-sama mendapatkan penanganan khusus. Tiga jam yang lalu, ada seorang perawat dan dokter yang keluar, meminta tanda tangan serta memberikan kabar tentang ketiganya yang harus di operasi.

"Dengan keluarga pasien?"

~oOo~

Kematian itu sudah takdirnya manusia. Terpaksa mengikhlaskan meski hati tidak menerima. Memaksa untuk tidak menangis namun berujung gagal, itulah yang sering kita lakukan bukan?.

RUBYWhere stories live. Discover now