Bab 33 √

7.8K 608 46
                                    

Seharian ini Ruby habiskan untuk bermain bersama kedua sepupu tampan nya, Atha dan Cakra. Oh ya, ada kabar baik. Besok, Ruby sudah di perbolehkan pulang, sedang kan Rosa dan Olivia sudah diperbolehkan pulang hari ini.

"Ini salah! harus nya disini" saat ini ketiga sepupu itu sedang bermain puzzle yang sengaja Steven beli agar ketiga nya tidak bermain game di ponsel. Sangat bahaya anak kecil bermain game lama-lama di ponsel.

"Iya iya" Cakra menggerutu pelan, perasaan sedari tadi ia selalu salah terus. Padahal ia rasa itu sudah benar kok.

Sedangkan Atha hanya diam dengan tenang menyusun bagian puzzle yang menurutnya benar.

"Anak-anak, ayo makan dulu. Kalian dari tadi main terus loh, makan siang nya di lupain. Coba lihat, ini udah mau sore" Olivia berjalan santai menghampiri ketiga nya dengan membawa kresek merah di tangan nya.

"Eh, mommy. Kebetulan nih, Ruby udah laper. Mommy bawa makanan?" Kata nya sembari membetulkan posisi tubuhnya yang semula nya tiarap.

"Kamu kira ini apa?" ujar Olivia seraya mengangkat kresek itu di depan mata Ruby.

Sang empunya cengengesan. "Buka dong mom, laper nih Ruby" kata nya sambil menepuk-nepuk perut buncit nya itu.

"Cakra juga laper, ma. Mana punya Cakra?"

"Atha juga"

Sahut dua laki-laki itu.

Olivia memandang ketiga nya dengan tangan yang ia letakan di pinggang. "Siapa suruh ga mau makan tadi siang? udah di beliin tapi ga kalian makan, ujung-ujungnya di kasih orang juga kan! kalau papa papa kalian itu tau gimana nasib kalian?"

Mereka meringis serentak. Deretan gigi putih pun terlihat bersamaan.

Olivia mendengus melihat nya, bagaimana ia bisa berlama-lama memarahi ketiganya sedang wajah-wajah mereka terlihat menggemaskan ketika menatapnya.

Wanita itu pun memberikan kresek itu kepada mereka. Ada tiga kotak sedang di dalam nya. Ketiga nya mengambil satu-satu, kemudian membukanya.

"Makasih mom" ujar Ruby tanpa melihat Olivia karena anak itu tengah membuka kotak makanan nya.

"Makasih mom"

"Makasih ma"

Kata dua lelaki itu bersamaan.

"Iya, yang bener makan nya. Cuci tangan juga biarpun pake sendok" ujar Olivia mendudukkan dirinya di samping Cakra.

"Siap mom!" sahut Ruby segera berjalan ke toilet, di ikuti Cakra dan Atha.

"Ruby, tante mu yang cantik ini berkunjung kembali!" Teriak Angela saat pintu ruang rawat keponakannya itu terbuka.

"Loh, mana Ruby nya kak?" Tanya Angela saat tidak melihat keponakan cantik nya. Perempuan itu berjalan menuju Olivia.

"Jangan teriak-teriak, Angel. Ruby di toilet sama Cakra Atha. Nyuci tangan"

Angela mengangguk paham. Dengan santai ia mendudukkan dirinya di samping Olivia tanpa rasa canggung.

"Bawa apa kamu?" Tanya Olivia melihat Angela meletakkan beberapa paper bag di samping nya.

"Buka aja kak, yang tiga itu buat Ruby, nah yang biru itu buat Cakra yang putih itu buat Atha" jelas Angela tanpa melihat Olivia, karena gadis itu fokus membalas pesan teman nya.

Olivia mengangguk mengerti. Ia juga membuka satu persatu paper bag itu.

"Makasih loh udah ngasih ini ke anak-anak. Pasti mereka suka" tutur Olivia seraya tersenyum. Angela mengangguk sembari mengacungkan jempolnya.

"Tante?" Angela mengalihkan pandangannya ketika mendengar suara sang keponakan.

"Ruby! sini" Angela menepuk-nepuk tempat kosong di samping nya. Ruby menurut, mendudukkan diri nya di samping sang tante sambil menarik kotak makan nya.

"Kenapa datang lagi tan? kata nya tadi mau shopping sama temen tante sampai malam" tutur Ruby memandang tante nya itu penasaran.

"Ga jadi. Nih, tante bawa ini buat kamu" Angela meletakan paper bag itu di tengah-tengah keduanya.

Ruby melirik sekilas seraya mengangguk. Ada satu paper bag yang Ruby tau isi nya, boneka Doraemon. Sebab boneka itu menyembul keluar.

"Makasih ya tan, nanti Ruby buka. Tante udah makan?"

"Udah dong. Ruby makan aja gih"

"Cakra, Atha itu buat kalian. Tante ga tau selera kalian, tapi semoga aja kalian suka" ujar Angela menatap dua laki-laki itu yang asik makan.

Mendengar perkataan Angela, kedua nya mendongak. "Oke, makasih tan"

"Iya"

~oOo~

"Papa, lihat! tante ngasih Ruby ini tadi" Ruby menunjukan sebuah kalung yang terdapat lumba-lumba di tengahnya sebagai liontin. Di lihat-lihat sih, kalung itu mahal. Mungkin lebih mahal dari mobil? karena desain nya sangat cantik dan unik.

"Mau pakai?" Tanya Alister mengusap rambut anaknya lembut, penuh kasih sayang.

Ruby mendongak, "nanti aja, pah. Ruby masih mau pakai kalung yang papa kasih" tutur anak itu sembari memegang kalung liontin dengan nama Ruby, pemberian Alister sewaktu ulang tahunnya yang ke-3 tahun.

Karena kalung pemberian Alister sewaktu ulang tahun Ruby yang kedua tahun itu entah hilang kemana. Jadilah Alister membeli kalung liontin baru kepada sang anak.

A

lister tersenyum lembut. Terlihat jelas kedua mata nya memancarkan kasih sayang yang besar kepada anak satu-satunya itu. Jari jemari Alister menyisir rambut sang putri dengan lembut.

"Kalau semisalnya papa udah ga ada, tetap jadi putri papa yang ceria ya?" Ujar Alister lembut, sangat-sangat lembut.

Ruby langsung menatap papa nya. Mengapa Alister tiba-tiba berkata seperti itu? perasaan nya jadi tak enak.

"Papa kenapa ngomong gitu? papa udah ga sayang Ruby?" Tanya anak itu dengan mata berkaca-kaca.

Alister tersenyum dalam. "Siapa bilang papa ga sayang Ruby, hm? bahkan kasih sayang papa begitu besar untuk kamu. Ingat pesan papa ya? jangan terlarut dalam kesedihan bila kehilangan sesuatu. Percaya aja sama Allah. Ingat ya, putri papa ini cantik, putri papa juga pinter. Kamu pasti bisa berpikir dewasa kan nanti? yang sayang kamu itu banyak, yang cinta sama kamu juga banyak. Kelak bila papa ga ada, kamu bisa merasakan kasih sayang dan cinta papa kepada mereka"

"Pah?" Suara Ruby tercekat, air mata nya meluruh, tubuh nya bergetar, dada nya sesak. Dengan erat ia memeluk tubuh sang ayah, menumpahkan tangisan nya di sana.

"Sayang, kali ini kamu boleh cengeng. Nangis aja sepenuhnya sama papa, tapi tolong ya? kelak, papa ga mau kamu nangis sedih kayak gini, papa ga ridho sayang. Papa sayang Ruby, selama nya kamu tetap jadi putri kecil papa. Maaf ya kalau papa banyak kurangnya buat kamu? tapi yakinlah sayang, papa udah seberusaha mungkin jadi seorang ayah yang putri papa ini inginkan"

Tangisan Ruby semakin menjadi, anak itu mengais tersedu-sedu di pelukan sang ayah. Sungguh, hati nya sakit mendengar semua ucapan yang Alister kata kan.

"Engga! Ruby ga mau papa pergi, hiks Ruby ga mau. Papa ga boleh ninggalin Ruby!! ga boleh! hiks ga boleh! hiks hiks, papa ga boleh pergi. Ga boleh pergi, hiks hiks"

Air mata Alister meluruh melihat tangisan sang anak.

"Maaf"
.
.
.

TBC

Kurang sad ya? mau tambah ga?

RUBYDonde viven las historias. Descúbrelo ahora