Bab 45

5.4K 536 97
                                    

"Maka nya dengerin kata Ruby! papa sih!" Ruby terus saja mengomel tanpa henti membuat kepala Alister rasa nya ingin pecah saat itu juga. Namun meskipun begitu, Alister hanya diam dan menikmati pijitan yang sedikit berasa dari anak nya.

"Lain kali kalau pusing jangan ke kantor lagi! Ruby ga bakalan ngizinin!" Seru nya menekan.

Alister mengangguk tak berdaya. "Udah ya ngomelnya? Ruby tidur aja gih, udah waktunya bobo siang" kata Alister sembari mengangkat tubuh sang anak dari meja lalu mendudukkan nya di pangkuan.

Ruby menggeleng tak setuju. "Papa gimana? nanti kalau Ruby bobo papa pasti lanjut kerja"

Alister tersenyum kecil. Jari jemari nya memainkan rambut Ruby dan memutar-mutar nya pelan. "Papa cuman meriksa data-data ini aja, sayang. Udah ya? sekarang tidur. Sini papa peluk" dengan wajah tak rela Ruby memeluk perut sang ayah, wajahnya mendongak guna dapat melihat wajah tampan ayahnya.

"Jangan di paksa ya pah?" Alister mengangguk mengiyakan. Alister mengusap-usap punggung Ruby agar sang putri cepat tidur.

Menarik nafas dalam-dalam, Ruby pun memejamkan mata. Perlu waktu lama untuknya terlelap karena rasa khawatir yang menyerang.

Alister yang paham berusaha menenangkan dengan memberi kecupan singkat di puncak kepala Ruby. "Papa gapapa, Ruby udah ngerawat papa dengan baik"

Ruby tersenyum. Hati nya kini tenang mendengar ucapan tersebut. Kesadarannya pun perlahan-lahan terenggut dan siap menjelajahi dunia mimpi di siang bolong.

"Cerewet" gumam Alister sembari menghirup wangi vanila dari rambut coklat sang anak.

~oOo~

Langit kemerah-merahan menghiasi langit, menambah keindahan yang menuju sempurna. Pencinta langit sudah pasti menyukainya dan merelakan memori yang semakin penuh.

Dari dalam mobil, Ruby tampak antusias melihat langit melalui kaca mobil. Anak itu terus mengoceh dan mengatakan kalimat pujian serta menunjuk-nunjuk arah langit.

"Cantik! papa lihat!" Ruby menunjuk awan yang membentuk dua naga berputar. Mulutnya bahkan menganga, menunjukkan betapa kagumnya anak itu.

"Iya cantik, sayang. Mau di foto?" Ruby mengangguk antusias. Alister lantas mengambil handphonenya dan memberikannya kepada Ruby.

Hal ini memang sudah biasa terjadi. Bila ada yang menarik di matanya, Ruby pasti akan meminjam benda pipih itu kepada sang ayah lalu memfoto nya.

"Hehe" Ruby cengengesan sendiri melihat hasil jepretannya. Bukan karena jelek namun sebaliknya. Ruby cengengesan lantaran bangga dengan dirinya yang dapat memfoto dengan aesthetic.

Hasil yang aesthetic adalah keinginan semua orang namun jarang di dapatkan. Bahkan yang pecinta aesthetic saja belum tentu dapat menghasilkan hal yang serupa. Istilahnya seperti suka bukan berarti bisa.

"Udah?"

Ruby mengangguk. Tidak ada percakapan lagi. Alister yang sibuk menyetir dan Ruby yang memperhatikan kemacetan jalan pada sore hari.

Ngomong-ngomong Alister tak jadi lembur karena larangan dari Ruby dengan alasan nanti papa sakit. Alister yang malas memperpanjang hanya mengiyakan. Tugas nya pun terpaksa diberikan kepada Satria yang jelas-jelas menjabat sebagai asisten.

"Papa, mau itu!" Ruby menunjuk toko penjual es cendol yang tampak ramai pengunjung. Sudah lama Ruby tidak merasakan nya.

"Iya" Alister menepikan mobilnya terlebih dahulu. "Tunggu disini!" Titah Alister setelah melepaskan seat belt nya. Ruby mengangguk mengiyakan. Tatapannya mengikuti setiap gerakan Alister hingga terhalang oleh beberapa motor.

RUBYWhere stories live. Discover now