Bab 46

4.8K 432 41
                                    

"Non, di bawah ada Den Aska. Nona yakin tidak mau bangun?" Gina, masih ingat dia? sosok pelayan yang di tugaskan untuk mengurus Ruby bila Alister tidak ada.

"Ya ya" Ruby bergumam asal, tubuhnya meringkuk, dan tangannya bergerak sembarangan untuk mencari selimut yang saat ini di pegang oleh Gina.

Sang pelayan itu menghembuskan nafasnya lelah. Terhitung hampir setengah jam ia membangunkan sang nona muda, namun berbagai cara yang ia lakukan tampaknya tidak mempan untuk anak itu.

"Nona, ini sudah jam 10. Tuan bisa saja marah jika mengetahui nona belum juga bangun dan mengisi perut" kata Gina sembari menepuk-nepuk pelan pipi chubby Ruby.

Tubuh Ruby menggeliat. "Ish Ruby masih ngantuk!!!" seru nya merengek.

Gina menggaruk tengkuknya. Bagaimana ini? ia kebingungan. Dengan pikiran berkecamuk, Gina pada akhirnya mengalah dan bergegas untuk pergi. Gina merasa tidak enak dengan Aska yang menunggu di ruang tamu.

Gina tidak berbohong dengan keberadaan Aska di mansion ini.

"Maaf, den. Nona Ruby nya ga mau bangun, mungkin karena faktor begadang tadi malam" ungkap nya memberitahukan. Aska mengangguk paham, mata elangnya menatap perempuan di hadapannya.

"Dia tidur jam berapa?"

"Sekitar setengah 1, den"

Aska mengangguk-angguk. Sekarang sudah jam 10, sudah lebih dari cukup untuk Ruby berleha-leha di atas kasur empuknya.

"Biar saya saja yang membangunkan nya" ujarnya segera beranjak. Gina menatap kepergian anak itu, Gina sudah tidak heran dengan kelakuan Aska namun yang ia herankan dengan kata-kata anak itu. Tumben sekali anak itu mau berbicara? biasanya dia hanya akan diam atau langsung pergi tanpa kata.

"Mengapa aku menguruskan nya?" tanya nya terheran-heran. Mau anak itu berbicara atau apa, tidak seharusnya ia berkomentar. Lebih baik ia menjalani tugasnya saja untuk menyiram bunga di taman belakang serta melihat keadaan empat hewan yang sudah bebas itu.

Tok...tok...tok

Ketukan pintu itu di hiraukan oleh gadis yang asik menyelami mimpi sembari memeluk guling yang membuat nya nyaman.

Membuka pintu kamar, Aska di buat geleng-geleng dengan kondisi gadis yang gemar menganggu nya. Netra nya mengedar untuk melihat kamar Ruby, mencari sesuatu yang bisa membuat gadis itu bangun.

Ya, kali ini Ruby tidur di kamarnya.

"Hm?" Aska mengambil sesuatu yang menyerupai bulu ayam namun dengan warna silver dan sedikit warna merah di atasnya.

Apakah benda ini mainan Ruby? tapi untuk apa? mengapa bulu ayam? dan fungsinya apa? Aska terheran-heran sendiri dengan benda yang Aska kira mainan Ruby. Tanpa Aska ketahui, benda itu adalah sesuatu yang selalu Ruby pakai untuk mengerjai Cakra dan Atha bila tertidur di rumahnya.

Aska berjalan mendekati kasur bersama bulu ayam di tangannya. Tatapan Aska menatap benda itu dan Ruby secara bergantian. "Mungkin dia akan bangun dengan ini" gumam Aska mengusap-usap bulu ayam itu di setiap permukaan wajah Ruby.

Ruby menggeliat geli. Ruby menggaruk-garuk wajahnya yang terasa menggelikan juga gatal. Namun semakin ia menggaruk nya maka semakin menjadi Aska menggerak-gerakkan benda itu.

Karena tidak tahan, Ruby pun terpaksa membuka kelopak matanya. Matanya menyipit saat sebuah bayangan wajah buram berada di atasnya.

"Hum? Aska?" tanya Ruby memastikan.

Aska mengangguk pelan sembari meletakan bulu ayam itu di meja nakas. "Bangun. Katanya mau main"

Kemarin sore, sesampainya di mansion, Ruby langsung menghubungi Aska untuk mengajaknya bermain di kompleks sebelah. Aska sih menurut saja namun Ruby dengan tak tau dirinya malah enak-enakan tertidur sekarang.

RUBYWhere stories live. Discover now