Bab 10 √

24.8K 1.5K 95
                                    

Terkadang yang bikin galau itu bukan
cinta tapi karena memikirkan diri
yang belum jadi apa-apa.

.
.
.


Siang hari di ruangan Ruby di penuhi dengan tangisan anak itu. Bangun-bangun Ruby menangis karena merasakan sakit pada gigi nya. Terhitung setengah jam anak itu menangis histeris.

"Pah...hiks cakit hiks pah...hua cakit! cakit hiks!..." Ruby terus merengek dengan mata merem melek. Tangan nya beralih memukul mukul bantal, kasur maupun udara dan kaki yang di hentakan-hentakan di atas kasur brankar.

Alister sungguh bingung, dokter juga kenapa lama sekali datang! Untung ruangan ini kedap suara jadi orang-orang tidak akan terganggu.

"Sabar sayang tunggu dokter dulu ya?" Sontak Ruby menggeleng cepat, anak itu semakin menangis sejadi-jadinya.

"Ndak hiks ndak mau! ndak mau doktel hiks!!" Ruby mengambil selimut dan menutup diri nya sendiri. Ia memegang gigi depannya, "hiks kalau tau hiks kayak gini luby hiks ndak bakalan ngelakuin itu..." Gumam Ruby masih dapat di dengar Alister.

Pria itu mengusap wajah nya frustasi. Tangan nya memencet tombol merah di samping brankar berulang kali.

Tak...tak...tak

Ceklek

Dokter perempuan yang kemarin menangani Ruby memasuki ruangan dengan nafas memburu cepat. Dengan tergesa-gesa ia mendekati brankar Ruby.

"Maaf pak atas keterlambatan saya..." Kata nya tersenyum kaku. Alister menatap dokter perempuan itu sekilas namun terkesan tak suka.

"Cepat tangani anak saya!"

"I-iya pak" Dokter itu mendekati Ruby yang masih setia menutup dirinya dengan selimut.

"Nona manis, boleh di buka selimut nya?" Di balik selimut, tampak ada gerakan menggeleng dari Ruby. Dokter perempuan itu melirik Alister sejenak.

"Adek manis..."

Ruby abai. Di balik selimutnya, Ruby terus memegang gigi nya tidak lebih tepatnya menggoyangkan goyangkan giginya dengan hati-hati.

Ctak!

Ruby menatap nanar gigi kecil di tangannya. Benarkah ini giginya? God, Ruby sungguh tak ingin ompong!.

Ruby menarik selimutnya sehingga dirinya terlihat jelas di pandang dokter itu dan Alister. Anak itu menganga sehingga darah nya menetes mengenai selimut.

Alister dengan sigap mendekati sang anak, kemudian menggendong nya menuju toilet. Mungkin Alister melupakan jika ada dokter di sana.

"Pah...luby benelan ompong?!" Tanya Ruby saat melihat dirinya di depan cermin.

"Hm. Ambil air nya terus kumur-kumur, jangan di telen!" Ruby mengangguk. Tanpa di beri tau pun dia sudah tau sendiri. Anak itu meletakan gigi nya di dekat wastafel, kemudian melakukan sesuai perkataan papa nya.

"Udah..." Ruby menampakkan gigi nya yang telah bersih tepat di hadapan papa nya. Anggukan puas Alister membuat senyum Ruby mengembang.

RUBYWhere stories live. Discover now