Beruntung saat Langit tiba di rumahnya semua anggota telah masuk kedalam kamar masing-masing. Ia terlalu malas menghadapi pertanyaan demi pertanyaan dari mereka.Kiara masih pulas dengan tidurnya, tidak seperti Kiara biasanya yang sensitif dengan suara. Gadis itu bisa terbangun hanya dengan suara atau pergerakan kecil dari orang lain. Tapi yang sekarang dalam gendongan Langit benar-benar adik bungsunya yang kecil pulas dengan tidurnya tak terganggu barang sedikit pun.
Setelah keluar dari lift dengan sedikit kesulitan membuka pintu berwarna biru tersebut. Langit meletakkan tubuh ringan itu dengan pelan diatas ranjang. Sangat ringan untuk ukuran gadis 18 tahun.
Langit menatap lekat wajah manis yang pucat tersebut. Tangannya mengusap lemput pelipis Kiara, gadis ini adiknya yang terus di abaikan oleh kedua orang tuanya. Bagaimana bisa mereka selalu melupakan anak semanis ini, hanya karna Kiara berbeda bukan berarti mereka pantas memperlakukannya seperti itu.
"Kakak, harap kamu mendapatkan kebahagian di masa depan." lirihnya pelan bersama kecupan ringan di kening kecil tersebut.
Putra sulung itu bangkit memasangkan selimut bermotif sakura kemudian menutup pintu dengan perlahan. Hari ini cukup melelahkan, banyak emosi yang ia rasakan mempersulit pikiran.
Saat Langit menuju kamarnya ia berpapasan dengan Angkasa yang terlihat baru kembali dari luar.
"Baru pulang kamu?" tanya Langit.
Yang ditanya mengangguk "Banyak kegiatan diluar, Bang."
"Istirahat udah malem." ucap Langit sebelum melanjutkan langkah menuju kamarnya.
Semua kamar putra-putri Aditama berada dilantai dua. Milik Angkasa dan Senja saling berhadapan, sedangkan milik Kiara tepat berada di sudut ruangan dengan diameter lebih kecil dari kamar yang lain dan milik Langit berada di bagian depan lantai dua tersebut.
Langit baru saja selesai membersihkan tubuhnya, rambut hitam legam miliknya masih meneteskan air menambah kesan maskulin.Tiba-tiba terdengar ketukan kecil dari pintunya. Pria itu segera memakai t-shirt sebelum membuka pintu.
"Temani Kia makan." bisik gadis kecil dengan menatap ragu.
Astaga mata bening yang penuh harap itu sangat menggemaskan, rasanya Langit ingin memakan adik bungsunya itu.
"Yaudah ayo kebawah." ajak putra sulung itu tanpa ragu.
Kiara menghadiahi abang-nya dengan senyum cerah. Ia terbangun karna sangat lapar, pergi ke dapur sendiri juga takut. Gadis itu sudah mengintip lantai bawah benar saja disana semua lampu sudah dimatikan. Sangat menyeramkan.
"Mau makan masakan, Bibi? Atau mau yang lain, Dek?"
"Hm.. Bibi masak apa?" tanya Kiara dengan tatapan bingung.
YOU ARE READING
Stupid Girl !
Teen FictionGadis itu hanya diam tapi tangannya meraba perut rata miliknya dengan gemetar Mata indah itu berkaca-kaca, hidungnya pun memerah dengan desakan air mata yang keluar sangat menyakitkan baginya. Kiara memang gadis bodoh yang mudah ditipu, tapi bukan...