Stupid Girl ! -18

6.1K 300 10
                                    

Angin semilir menerpa dedaunan taman, beberapa burung berkelana menikmati suasana sore yang tenang. Begitu pun dengan seorang pemuda 18 tahun tersebut kini tengah memainkan ponselnya.

"Abang Kenz..." seru gadis yang tak lain adalah kembaran pemuda itu.

"Geli banget lu manggil begitu."

"Apa sih, orang Bunda kok yang nyuruh belajar manggil kamu yang sopan." sungut gadis itu sembari menggigit apel merah diatas meja.

"Bagus sadar diri, lu emang kagak ada sopan santun sama gue."

"Cih gila hormat!"

"Berisik banget sih lu, pergi gak!" usir Kenz merasa jengah dengan suara kecapan yang di sengaja oleh Kenzy hingga mengganggunya.

"Kagak, gue mau ngomong serius." sontak Kenz langsung menatap aneh pada gadis di sebelahnya, sejak kapan anak itu bisa bicara serius. Ia tak yakin.

"Buruan.."

"Jadi gini.. pinjem duit seratus.." ucap Kenzy santai yang langsung mendapat sentilan di telinganya.

"Auu.. Sakit dasar anak setan."

"Gue aduin Bunda lu ngomong begitu."

Kenzy berdecak sembari menggosok telinganya, pasti telinga imutnya tengah memerah terkena tangan setan, "Cepu teros.."

"Lu kalo kagak penting mending pergi deh!"

Wajah Kenzy langsung mencibir, kembarannya itu memang terlalu kaku. Masa di ajak bercanda bawaannya emosi.

"Kali ini gue double rius, menurut lu Kiara itu gimana?"

"Cengeng, bodoh, nyebelin."

Kenzy melotot mendengar jawaban santai itu, tidak ada yang bagus dari penilaian Kenz.

"Mana bisa gitu!"

Kenz mengangkat bahu, "Bisalah, emang faktanya gitu.."

Oke tahan, Kenzy dalam mode membujuk anak setan untuk mau membantunya.

"Lu taukan kalo Kiara hamil? Lu taukan kalo dia lagi tengkar sama si Langsat? Lu taukan kalo selama ini Kiara dibenci orang tuanya sendiri? Lu tau-"

"Ngomong apasih lu hah!" suara dingin Kenz memotong ucapan kembarannya. Pemuda itu sungguh kesal mendengar ucapan Kenzy yang terlalu berbelit-belit.

Tonjokan kecil mendarat di lengan keras Kenz, "Mangkanya jangan lu potong dodol, dengerin gue sampe selesai!"

"Lu kebanyakan bacot, Zy.." pemuda itu tak lagi mau mendengarkan omong kosong Kenzy, ia pun memelih bangkit dan berniat masuk kedalam rumah.

"Gimana kalo lu nikahin Kiara.." sontak ucapan itu langsung membuat kaki Kenz membeku.

"Dengan lu nikah sama dia, Kiara gak bakal lagi tinggal dirumah neraka itu. Lu juga bisa bantuin Kiara yang lagi hamil-"

"GILA LU!"

"Santai bro, sini duduk dulu mangkanya." gadis itu tersenyum ramah tangannya menepuk kursi di sebelahnya guna meminta Kenz kembali duduk bersamanya.

Meski kesal bukan main pemuda itu justru kembali duduk, ia pun penasaran alasan bodoh apa yang membuat Kenzy berani memintanya menikahi anak kecil yang tengah hamil itu.

"Gue mau minta tolong buat lu nikahin Kiara, tenang aja ini cuma formalitas aja kok. Lu tau kan dia lagi hamil, dia juga gak mau ngasih tau siapa orangnya sekalipun udah gue bujuk seribu keyakinan dia malah nangis kejer. Jadi jalan pintasnya gue minta tolong sama lu Kenz.."

Pemuda itu tertawa sinis, "Lu numbalin gue demi anak gak tau diri itu?"

Kenzy menghela nafas, "Lu jangan ngomong gitu, bukan gue mau numbalin lu, disini cuma lu doang yang bisa gue percaya. Gue juga udah ngomong masalah ini sama Ayah Bunda dan mereka juga gak keberatan punya menantu yang hamil duluan, asalkan itu Kiara. Pliss.. Bantuin gue, sumpah Kenz kalo sendainya bisa udah gue sendiri yang nikah sama dia, sayangnya gue kagak bisa."

"Lu lesbi?"

"Bangsat! Kagak nyambung lu!" sambar Kenzy melotot mendengar ucapan Kenz, ia pikir pemuda itu akan meledak marah-marah atas permintaannya, jawabannya malah ngawor!

"Lu bisa pindah ke Kosta Rika kalo mau nikah sama Kiara.." pukulan langsung menyapa belakang kepala pemuda itu.

"Gila lu makin kagak jelas!"

"Lu yang kagak jelas, Zy.. Lu minta gue buat nikah sama Kiara atas dasar formalitas? Itu sama aja malah nyakitin tuh anak, alih-alih lu mau nyelametin dia malah ngedorong dia kejurang yang makin dalam. Lu gak mikir perasaan dia? saat lu dateng nawarin hubungan yang dia kira berkah malah gak lebih dari hubungan yang lebih toxic lagi."

Gadis itu mengangguk membenarkan jawaban kembarannya sembari menghabiskan apel merah miliknya.

"Lu gak ngerti dari konteks yang gue maksud, formalitas yang gue bilang itu cuma sekedar status yang bisa ngebungkam mulut orang julid, lu cukup ijab kobul dan lepas dari itu Kiara tanggung jawab kami bertiga yang tentunya gak ada lu didalemnya, pernikahan ini cuma jalan supaya gue bisa narik Kiara dari orang tua biadabnya," Kenzy menatap saudaranya yang kini tengah menatapnya juga.

"Tapi kalo lu gak mau, gue juga gak bisa maksa." lanjutnya membuat Kenz berhasil menghela nafas lega.

"Gue bisa minta tolong Arya, gue juga yakin dia gak bakal nolak sih. Orang dia sendiri yang punya fetish pasangan janda beranak atau hamidun, katanya sih biar untung." celetuk anak itu santai, "Lagi pula tuh anak bakal lanjutin kuliah disini, jadi bakal makin gampang. Lagian kalo dipikir-pikir Kiara juga cocok sama Arya."

Tentu saja ucapan itu berhasil membuat Kenz merasa tak nyaman, bagaimana bisa Kenzy berniat melempar anak cengeng itu pada sepupunya. Sialan!

"Bisa-bisanya lu ngelempar masalah Kiara keorang lain!" sungut pemuda itu kesal.

Kenzy hanya mengangkat bahu santai, jika Kenz tak mau maka jalan pintasnya adalah menjadikan sepupunya sebagai kompor, siapa tau ada yang kepanasan. Dan dilihat dari reaksi masam sepertinya ia berhasil.

....

Kiara termenung menatap langit sore yang mempesona dari balik jendela kamar tempatnya menginap dirumah besar Gibran, ada perasaan tak nyaman yang terus mengusiknya. Tangannya pun tanpa sadar mengusap bagian perutnya.

Banyak orang melihatnya sebagai gadis bodoh, dungu, lemah dan masih banyak hal buruk yang sudah melekat dalam dirinya. Tapi apakah salah jika bayi yang berada dalam perutnya lahir dari sosok seperti dirinya? 

Kiara sama sekali tak menyesali keputusannya untuk mempertahan bayi dalam perutnya, dengan adanya bayi itu ia bisa merasa seseorang telah bersamanya, sosok manusia yang kelak bisa ia ajak bicara, meski pikiran negatif terus merasuki pikirannya. Anak itu masih terus percaya bahwa, bayi kecil itu akan menjadi teman hidupnya di masa depan.

Tapi bagaimana ia hidup kedepannya bersama sang bayi? Bisakah ia menjaga bayinya dengan baik? Atau yang paling miris, di mana ia akan tinggal bersama bayinya?

Lamunan itu buyar saat mendengar ketukan pada pintu kamar, disusul dengan masuknya Nabila menghampiri tempatnya berada.

"Kiara sedang apa?"

"Kia.. melihat bunga.." tunjuknya pada beberapa tanaman bunga yang terlihat diluar sana.

Nabila tersenyum kecil, tangannya kontan membelai surai hitam pendek anak itu dengan lembut, "Kiara betah gak tinggal disini?"

Anak itu mengangguk lucu, "Kia suka.. di sini banyak yang mau main sama Kia. Ada Bunda, Ayah Gibran sama anak Bunda yang kembar, ada mbak-mbak baik juga.."

Nabila terkekeh mendengar jawaban panjang anak itu, wajahnya yang kecil dengan manik bening membuatnya sangat gemas pada Kiara.
Ia tak paham mengapa pria yang bernama Alvin bisa sebenci itu pada anak kecil yang menggemaskan ini.

"Kiara.. Bunda juga suka banget kalo Kia tinggal disini, tapi sekarang Kiara dijemput Papa di depan, Sayang.."

'Deg'

Bagaimana ini? Kemana ia akan pergi?











Stupid Girl !Where stories live. Discover now