Stupid Girl ! -14

6.8K 289 20
                                    

Denting jam terdengar kencang dalam keheningan malam, jarum waktu itu menunjuk pukul satu dini hari. Malam semakin dingin berhembus menyelinap dalam celah ventilasi.

Kiara masih terjaga dalam lamunannya. Ia tak bisa memejamkan mata barang sebentar saja. Suara keras yang saling menyaut berputar dalam otaknya, membuat mata bening itu kian segar tanpa disapa rasa kantuk.

Lagi-lagi kakaknya, Langit. Bertengkar dengan sang Papa hanya untuk membelanya, ditambah dengan kejadian pagi tadi dengan Angkasa membuat ia semakin diselimuti rasa bersalah. Seberapa banyak ia berusaha itu tetap tak mampu membuatnya berhenti menjadi anak pembawa sial. Benar kata anggota keluarganya, bahwa ia hanya anak bodoh yang selalu merepotkan. Kehadirannya yang tak pernah diharapkan hanya membuat keluarganya semakin kacau.

Anak itu tau pertengkarang Langit dan Angkasa, dia pun tau perihal perseteruan antara Langit dan Alvin, dan itu semua tak jauh karna ulahnya.

Kiara tidak bodoh! Berapa kali harus di ulang bahwa anak itu sebenarnya tidak bodoh. Ia hanya sedikit lebih lambat dalam berfikir, pertahanan tubuh yang lemah dengan tubuh kecil berkulit pucat sukses membuat semua orang berfikir ia bodoh, dungu atau bisa jadi disabilitas. Tekanan yang sejak dulu ia dapatkan dari kedua orang tuanya juga berhasil membuat kepercayaan diri itu kian luruh menyisakan jiwa rapuh yang sangat mudah dikoyak oleh orang lain.

"Loh adek kenapa belom tidur?" pertanyaan itu spontan Langit ucapkan saat ia membuka pintu kamar adiknya dan mendapati anak kecil itu meringkuk bersandar diantara ranjang dan dinding kamar.

Ia hanya berniat mengecek keadaan Kiara, tapi apa yang ia dapati membuat rasa sesak berbondong-bondong menyeruak dadanya. Apa yang anak itu lakukan ditengah suasana kamar gelap dengan waktu tengah malam, cukup membuat ia paham Kiara tidak baik-baik saja. 

"Adek kenapa, hm?" tanya Langit lembut megusap lengan kecil Kiara.

Lengan kurus itu terasa begitu dingin tak tertutup kain sedikit pun, membuat suhu dingin diserap olehnya.

"Adek bisa cerita ke kakak apa yang ganggu pikiran Kia. Ini udah malem banget, ibu hamil gak boleh begadang, Sayang." bujuknya halus, ia tidak tau apa yang terjadi pada Kiara.

Tak kunjung mendapatkan respon Langit dengan segera meraih tubuh kecil itu untuk ia rengkuh. Tangan kekarnya membelit tubuh Kiara. Anak itu masih saja diam, Padahal Langit tau Kiara tidak tidur.

"Gapapa, Sayang. Tenang ya semua bakalan tetep baik-baik aja. Ada kakak disini." dengan lembut ia bisikan kalimat penenang untuk adik kesayangannya ini.

Tak sampai lima menit terdengar isak tangis pilu yang menyayat hati Langit. Kali ini apa yang ia lewatkan hingga tak tau apa yang membuat Kiara menangis begitu pedih.

"Maaf.."

"M-maaf karna Kia.. Kia nyusahin Kakak.."

"Maaf gara-gara Kia, keluarga kita.. keluarga kita bertengkar lagi. Kiara minta maaf Kak.. Maaf.." ucap anak itu berulang kali melontarkan permohonan maaf dari abangnya.

Suara lirih disetai isak tangis itu seolah telah membelahnya menjadi bagian-bagian kecil, dengan fakta tadi ia sempat merasa ketidak hadiran Kiara di dunia ini akan menjadi lebih baik. Oh betapa ia sangat kejam pada adiknya sendiri. Rupanya ia tak jauh berbeda dari keluarga lainnya, ia sama-sama sempat merasa kehadiran Kiara hanya membuat semua keadaan semakin runyam.

"Kia.. Kia harus gimana biar gak nyusahin Kakak? Biar Papa gak marah-marah lagi.."

"Kak Langit, Kia minta maaf.." isaknya lirih penuh rasa bersalah.

Ia ingin berhenti menyusahkan keluarganya, sayang anak itu tidak tau bagaimana caranya ia bisa berhenti.

"Maaf.." kali ini bukan suara Kiara melainkan Langit yang berkata penuh penyesalan.

Stupid Girl !Where stories live. Discover now