Stupid Girl !-17

6.2K 305 2
                                    


"Kenapa gak mau pulang? Takut sama Kakak?" tanya Gibran mengusap pucuk kepala Kiara. Anak itu duduk sembari memeluk ayah Kenzy tersebut.

Kiara mengangguk kecil, kelopak matanya masih setia terpejam meresapi kehangatan seorang Ayah. Sendainya Alvin bisa menurunkan sedikit egonya untuk memberi Kiara pelukan, maka anak itu tak perlu mengais pada keluarga orang lain.

"Tapi Kak Langit udah minta maaf, Sayang." tutur Nabila turut mengusap sisi kepala anak itu.

"Kiara takut, Kak Langit kalo marah serem, Bunda.." cicit anak itu menatap Nabila.

Baik lah, Nabila dan Gibran berhenti membujuk anak itu. Biarkan saja Langit mendapatkan hukuman atas tindakan cerobohnya. Lagi pula sepasang suami istri itu senang saat Kiara berada dirumahnya, itu artinya ada seorang gadis manis yang bisa keduanya manja, berbeda dengan Kenzy yang selelau kabur saat Nabila berniat memanjakan putrinya tersebut.

...

Kini Langit berada di kediaman sahabatnya, wajahnya yang kalut tak lagi mampu ia sembunyikan. Ia bingung harus bagaimana menghadapi permasalahan ini, bagaimana pun Langit tak pernah memiliki problem dengan Kiara.

Salsa, seorang gadis yang kini genap berusia 25 tahun itu menatap tak percaya pada sahabatnya. Mendengar cerita dari Langit ia semakin tak habis pikir, bagaimana bisa pria itu memarahi adiknya sendiri, padahal selama ini Langit selalu menceritakan semua penderita yang telah di terima oleh Kiara.

"Wajar sih kalo dia takut sama lu, secara dia gak bakal pernah mikir kalo lu bakal marahin dia separah itu, gue bukan mau nyalahin lu ya Ang, tapi kan lu sendiri yang bilang kalo Kiara punya trauma dan dari sekian banyak orang, Kakaknya sendiri yang ngebuat enxity dalam dirinya keluar." benar yang gadis itu bilang, bahwa memang sikap yang Kiara tunjukan padanya sangat wajar ia dapatkan.

"Lain kali kalo emosi lu dalam kondisi gak stabil, mending gak usah deketin Kiara buat sementara waktu. Lu yang paling tau gimana penderitaan dia, gue saranin lu belajar lagi deh buat kontrol diri. Kasian Kiara kalo terus hidup sama orang toxic kayak kaluarga kalian." saran gadis itu tenang tak berniat menghakimi Langit.

"Gue harus gimana?" tanya pria itu linglung.

Melihat kondisi Langit yang cukup mengenaskan, kemeja kusut dengan mata yang memerah membuat Salsa menghela nafas iba. Langit adalah sosok pria tegar, itulah yang selama ini ia lihat. Meski banyak beban yang pria itu himpun tak sekalipun terlihat lemah, hanya Kiara yang mampu membuat Langit semenyedihkan ini.

Salsa membuka kedua lengannya lebar, menawarkan pelukan untuk sahabatnya yang tengah terpuruk bimbang. Langit yang melihat itu tentu langsung merengkuh tubuh langsing Salsa, tenggelam ia dalam dekapan yang ia butuhkan.

Gadis itu membelai rambut Langit berharap pria itu bisa sedikit tenang, bahu yang bergetar cukup membuatnya tau jika Langit tengah menumpahkan sesak dalam dadanya, "It's okay Ang, gue yakin Kiara gak bakal lama pergi dari lu."

Langit benar-benar menyesal, terbayang dalam benaknya raut pias ketakutan Kiara oleh sikapnya sendiri. Adik manisnya tak pernah sekali pun menolak keberadaannya, tapi apa yang terjadi tadi siang cukup membuatnya kehilangan sosok manis itu.

...

Pagi ini kediaman Kenz sedang kalang-kabut melihat Kiara memuntahkan semua sarapannya, padahal anak itu dengan riang memasukkan berbagai jenis hidangan di meja namun semenit setelah meneguk air putih perutnya langsung bergejolak dan akhirnya anak itu berlari menuju washtafel guna memuntahkan semua isi perutnya.

"Sayang, udah ya jangan dipaksa nanti perutnya makin sakit." ucap Nabila sembari menyeka anak rambut yang mencuat dari tempatnya.

Wajah Kiara terlihat pucat, mata bening itu memerah siap meluncurkan air mata. Perutanya terasa benar-benar sakit, sedangkan tubuhnya sangat lemas.

"Ugh.. Bunda..." ringisnya menyengkram bagian perutnya yang melilit.

"Iya sayang Bunda disini, ayo kita pindah ya.." wanita itu segera meminta anak laki-lakinya untuk mengangkat Kiara menuju sofa panjang dekat pintu.

"Bun, Kiara kenapa?" tanya Kenzy yang baru saja menyusul "Muntah lagi?" tanya anak itu melihat sahabatnya lemas dan pucat.

Emang orang hamil bisa semengenaskan ini? tanya anak itu dalam benaknya meringis kasihan.

"Kenz tolong minta air hangat sama mbak di belakang ya, jangan lupa sama handuk kecil." pinta Nabila yang tentu dibalas dengusan malas dari pemuda itu, tapi tentunya tetap melangkah sesuai permintaan ibu negara tersebut.

"Maaf.. Kia minta maaf.." matanya terpejam sembari bergumam lirih.

"Sstt.. gapapa sayang, gak usah minta maaf,"

"Atur nafasnya yang bener ya.." lanjutnya saat melihat nafas anak kecil itu mulai tersedat, tangannya masih setia mengusap lembut perut Kiara yang terasa sangat keras.

Sepertinya Kiara tengah mengalami kram pada rahimnya, mungkin karna terlalu keras memuntahkan isi perutnya. Nabila sendiri sudah mengetahui fakta mengejutkan bahwa Kiara tengah berbadan dua dari putrinya.

"Sakit banget ya?" tanya Kenzy yang langsung mendapat anggukan dari Bundanya.

Kenz datang sembari membawa sebaskom air hangat lengkap dengan handuk kecil sesuai perintah Bundanya, lagi-lagi pemuda itu berdecak merasa ia kini telah menjadi pelayan anak kecil yang tengah hamil tersebut.

Wanita itu memberi senyuman kecil pada putranya tak lupa mengucapkan terimakasih lantaran mau membantunya.

Kenz langsung berbalik siap untuk meninggalkan ketiga perempuan itu, tapi kakinya dibuat terhenti saat mendengar suara Nabila kembali memberi intruksi.

"Kenz, Bunda minta tolong sekalian hubungi dokter Naura, minta dia kesini segera ya, Nak."

"Bunda...?"

Wanita itu tersenyum, "Sekalian bang, nanggung kalo bantuinnya setengah-setangah."

"Kenapa gak nyuruh Kenzy aja sih.." dengusnya kesal sembari melanjutkan langkahnya, tangan pemuda itu tetap meraih ponsel yang berada disaku celana pendeknya tersebut.

Kenzy dan Nabila tertawa pelan melihat tingkah pemuda itu, Kenz memang sering mengomel tapi tindakannya sungguh berbeda dengan mulutnya yang cerewet.

"Bunda.. Kiara gak mau bayi.. bayinya hilang Kia gak mau, tapi Kia juga gak suka sakit.." rengek anak itu saat merasakan perutnya lagi-lagi terasa ditarik kuat oleh sesuatu yang tak kasat mata.

Kiara memang berniat mempertahankan bayinya, tapi sungguh ia tak tau jika hamil bisa semenyakitkan ini.

"Sstt.. tahan sebentar ya.. ini perutnya sakit  pasti karna rahimnya kram, tunggu bentar ya Nak, sebentar lagi dokter dateng buat bantuin Kiara." wanita itu dengan lembut menenangkan Kiara, tentu ia tau bahwa ini tak mudah, terlebih mengingat Kiara yang masih diusia remaja seperti ini.

Dalam hati Kiara ia terus merapalkan kalimat syukur telah bertemu wanita sebaik Nabila, sosok ibu yang tak membencinya lantaran memiliki bayi dalam perutnya sebelum ikrar pernikahan ia lakukan. Wanita baik itu masih dengan sangat lembut memperlakukannya, merawatnya menjaga dirinya, betapa sempurnanya keluarga ini, memiliki seorang kepala keluarga yang bijaksana, sosok ratu dalam rumah yang begitu lembut dan perhatian. Dan anak-anak yang hidup dalam didikan yang seharusnya.

Tidak salahkan jika Kiara berharap lebih pada keluarga ini?

Anak itu iri pada keluarga ini, tapi juga tak pernah berniat untuk merusak keluarga sempurna milik sahabat baiknya. Berada ditengah mereka seperti ini saja ia sudah sangat berterimakasih pada Tuhan telah mengirim mereka semua untuk menjadi pelipur laranya.

_______

IG: maharanimaharani99

Stupid Girl !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang