Stupid Girl ! -12

6.8K 279 13
                                    

Langit dan Senja datang disambut rasa terkejut melihat satu keluarga kaya-raya berada di kamar inap adiknya, ditambah dengan posisi Kenz yang kini masih memeluk tubuh kecil Kiara.

Sebenarnya apa yang terjadi? Pikir keduanya bingung.

Setelah melihat eksistensi Langit dengan segera Kenz melepas pelukan yang membelit diperutnya. Ia merasa malu berpelukan dihadapan banyak mata yang melihat keduanya.

"Noh liat, kakak lu udah dateng." Kenz dengan tak berperasaan menarik kepala Kiara yang bersandar didadanya untuk melihat keberadaan Langit.

"Adek kenapa?"

"Kakak.." rengeknya dengan tangan yang terangkat berharap mendapatkan pelukan Langit.

Dengan segera pria itu mendekat menggantikan posisi Kenz, memeluk erat penuh kasih sayang. Kiara memang akan sangat manja saat anak itu sedang sakit.

Kenz, pemuda itu akhirnya bernapas lega.

"Kia cariin kakak dari tadi, kenapa lama?" tanya anak itu lirih lantaran suaranya tenggelam dalam dada bidang Langit.

Aroma tubuh Langit adalah suatu hal yang menenangkan, seolah bersembunyi dibalik dada bidang itu akan tetap aman. Anak itu sangat suka memeluk tubuh saudaranya.

"Kakak masih nyiapin barang-barang yang kita butuhkan disini, mangkanya lama. Maaf ya.."

"Kita? gak cepet pulang?" tanya anak itu yang mendapatkan gelengan dari Langit.

"Kenapa? Kia udah sehat kok."

"Masih manja banget ini, berarti belum seratus persen sembuh." ucapnya terkekeh gemas.

Interaksi manis itu menciptakan senyuman bagi yang melihat. Langit, tidak pernah gagal dalam mehandle Kiara dan itu sekali lagi menjadi bagian luka dari Senja.

Setelah memastikan pasien kecil itu terlelap dalam damainya, barulah Nabila mengajak anggota keluarganya untuk segera pulang sebulum malam semakin larut.

Sejak tadi Senja terlalu banyak diam, bukan Langit tak paham. Melainkan tidak ada pilihan untuk menahan perhatiannya untuk Kiara. Sejak si bungsu bayi, hanya dirinya lah yang memberi kan cinta dan kasih sayang. Perhatian-perhatian itu mengalir sejak dulu, Langit tak sekedar mampu untuk mengontrol dirinya saat bersama Kiara. Bukan berniat pilih kasih, atau pun mengabaikan Senja sebagai adiknya juga. Tapi ini tentang kebiasaan yang melekat sejak ia remaja, dimana dalam kesehariannya hanya Kiara sebagai prioritas hidupnya.

"Adek nginep disini atau mau pulang?" tanya Langit setelah memastikan Kiara dalam keadaan nyaman.

"Kalo mau pulang biar abang telfon supir dek."

"Abang ngusir aku?"

Tentu jawaban itu mengejutkan Langit, adakah kalimat ia mengusir Senja?

"Siapa yang ngusir, hm? Abang cuma nanya siapa tau kamu mau pulang."

"Aku mau disini." ucapnya singkat.

"Oke, kamu bisa tidur disofa itu." ucap Langit langsung setuju.

Senja menatap abangnya yang kini sibuk membongkar koper bawaannya tadi.

"Abang bawa selimut dari rumah, bisa kamu pake." pria itu menyodorkan selimut pada Senja.

"Kenapa? Kamu butuh sesuatu?" tanya Langit saat tak mendapat jawaban.

"Abang tidur dimana?"

Langit tersenyum kecil mengacak pucuk kepala Senja. "Abang bisa tidur disitu." tunjuknya kearah single sofa.

Stupid Girl !Onde histórias criam vida. Descubra agora