Stupid Girl ! -22

6.1K 305 16
                                    

Temaram malam dengan semilir angin melambai pada helai anak rambut Kiara. Anak itu menatap langit legam menyimpan ribuan rahasia.

Sore tadi saat Kiara baru menginjakkan kaki di rumah Gibran. Sepasang suami istri itu langsung menyampaikan perihal pernikahan yang mereka rencanakan. Membujuk Kiara yang saat itu terkejut lantas dengan cepat menolak rencana keluarga Gibran.

Kiara sudah cukup merasa membebani mereka, bagaimana mungkin kini ia di minta masuk menjadi keluarga seutuhnya oleh mereka? Meski otaknya lambat berfikir, anak itu tau betapa hidupnya hanya akan menambah masalah demi masalah untuk orang lain.

"Kiara.." panggilan halus itu sukses menarik kesadaran Kiara.

Nabila mengusap rambut Kiara, wajah kecil itu pucat dan memerah di bagian hidungnya terlihat sangat menggemaskan bagaikan anak kucing yang terkena air dingin.

"Kenapa di luar? Malem ini dingin banget lho. Masuk aja yuk, angin malem gak baik buat perempuan hamil." ajaknya sembari menuntun Kiara masuk kedalam kamar mendudukan anak itu di pinggir ranjang.

Nabila meraih segelas susu yang tersimpan di atas nakas samping tempat tidur Kiara, susu untuk ibu hamil.

"Diminum dulu susunya ya." Kiara menerima segelas susu itu dengan sedikit ragu. Dulu, ia sangat jarang mengonsumsi minuman bernutrisi tersebut selain saat bersama Langit, kini ada seseorang yang menggantikan peran kakaknya.

"Terimakasih.." ucapnya pelan setelah meneguk setengah gelas.

"Kenapa gak di habisin, Sayang?"

Jemari kecil Kiara terpaut mencengkeram gelas dengan resah, perutnya sudah terasa penuh dan sudah tak lagi mampu menampung sisa susu tersebut.

Kiara yang tengah di landa cemas menjadi semakin gugup dan linglung, harusnya dengan eksistensi Nabila selama ini sudah cukup membuat anak itu merasa tenang untuk menyampaikan apa yang sedang ia rasakan. Nyatanya, Kiara masih terus di bayangi ketakutan atas apa yang selama ini ia terima dari keluarganya.

"Udah gak muat ya perutnya? Bunda juga gitu dulu waktu hamil, cepet kenyang tapi juga cepet laper," wanita itu terkekeh saat mengingat masa kehamilannya "Kamu kalo laper lagi bilang sama Bunda ya, ntar Bunda yang masakin." lanjutnya sembari mengambil alih gelas itu dan menyimpannya di atas nampan.
 
Kiara masih diam, anak itu berniat mengatakan apa yang tengah menggangu pikirannya. Tapi Kiara sendiri bingung merangkai kata supaya mudah di pahami dan tidak menyakiti kebaikan ibu dari sahabatnya tersebut.

"Kiara, ada apa? Ada yang mau kamu ceritain sama Bunda?" tanya wanita itu lembut, siapapun yang melihat Kiara pasti langsung bisa menebak apa yang tengah anak itu itu pikirkan. Raut wajah kecilnya bagaikan buku yang mudah dibaca orang lain.

"Kia.. Kiara itu.." anak itu semakin di landa gugup membuatnya kesulitan merangkai kata.

Nabila mengusap pipi halus Kiara, senyum teduh ia pancarkan guna membuat anak kecil itu merasa lebih tenang.

"Pelan-pelan aja, Sayang. Gak perlu takut buat bilang apa yang mau kamu sampein sama Bunda."

Kiara berusaha keras mengatur napasnya, merakit kembali kata perkata untuk menjadi sebuah pernyataan yang meyakinkan.

"Kia gak bisa menikah sama Kenn, bayi Kia.. bayi Kia bukan anak Kenn. Kenn bukan Ayahnya bayi, maaf Bunda.. Kia gak boleh menikah sama Kenn, nanti Kenn pasti sedih harus menikah sama Kia.." yang Kiara tau tentang pernikahan adalah suatu ikatan suci yang hanya bisa dilakukan oleh dua orang yang saling mencintai dan mampu menerima kekurangan dan kelebihan pasangannya.

Sedangkan Kenz? Meski temannya itu bersedia menikah dengannya, Kiara tau bahwa selama ini pemuda yang sering ia repotkan tak terlalu menyukai kehadirannya yang menyusahkan.

Stupid Girl !حيث تعيش القصص. اكتشف الآن