BW17

644 68 25
                                    

"Hia, bangun." ujar Nunew sambil menguncangkan sedikit tangan Zee.

Zee akhirnya membuka matanya dan menatap Nunew lalu tersenyum dan Nunew pun membalas senyuman Zee.

Zee segera bangkit dan mengusap kedua matanya.
Sementara Nunew sedang mempersiapkan tasnya.

"Nhu, Hia pergi dulu. Kau bisa pergi sendiri ke kantor? Hia pulang dulu dan mengganti pakaian Hia." ujar Zee sambil melangkah ke kamar mandi.

"Khap Hia." ujar Nunew.

Tak lama kemudian Zee keluar dari kamar mandi dan Nunew segera menghampiri Zee.

"Ayo kita berangkat sekarang! Nhu takut ketinggalan bus." ujar Nunew dan Zee pun mengangguk.

Nunew berjalan mendahului Zee, namun tiba2 tangan Zee menarik tangan Nunew dan memeluk pinggang Nunew.

"Tidak ada ciuman selamat pagi?" ujar Zee dan Nunew pun tersenyum lalu menundukkan kepalanya.

Tak lama Nunew kembali menatap Zee dan mencium pipi Zee.

"Humm." ujar Zee sambil mengetuk2 bibirnya dengan jari telunjuknya.

Nunew tersenyum lalu mencium bibir Zee.

"Nhu, nanti malam, bolehkah Hia menginap kembali?" ujar Zee dan Nunew pun membelalakkan matanya.

"Hia, nanti Hia repot sendiri di pagi hari seperti sekarang." ujar Nunew.

"Hia akan membawa baju ganti. Naaa?" rajuk Zee dan membuat Nunew tertawa kecil.
Dan Nunew pun menganggukkan kepalanya, Zee pun tersenyum lebar dan melepaskan pelukannya.
.
.

Nunew tiba terlebih dahulu di kantor dan langsung memasuki kantor Zee.
Tak lama kemudian sekretaris Zee, Poppy tiba masuk dengan seorang wanita yang cukup berumur namun tetap terlihat cantik.

"Silahkan masuk Nyonya." ujar Poppy dan wanita itu pun masuk ke dalam dan terkejut melihat Nunew yang berada di mejanya.

"Siapa dia, Pop?" tanya wanita itu dan Poppy pun melihat pada Nunew.

Nunew pun membungkukkan badannya lalu memberi wai pada wanita itu.

"Oh. Itu Nunew, Nyonya, dia sekretaris pribadi Tuan Zee." ujar Poppy.

"Sawadikhap." ujar Nunew.

Dan wanita itupun menganggukkan kepalanya lalu duduk di sofa tamu kantor Zee.
Nunew pun segera mengambil teh dan menempatkannya di meja.

"Silahkan Nyonya." ujar Nunew.
Wanita itu mengangguk dan mengambil gelas itu dan meneguknya.

Poppy mendekati Nunew dan berbisik pada Nunew.

"New. Tolong jaga dia na. Dia ibunya Tuan Zee." ujar Poppy yang membuat Nunew membelalakkan matanya.

Poppy pun segera keluar kembali dan meninggalkan Nunew dan wanita itu sendiri.

"Sudah lama kau bekerja disini, nak? Aku baru melihatmu." ujar wanita itu.

"Khap, Nyonya. Saya baru bekerja sebagai sekretaris tuan Zee baru beberapa hari." ujar Nunew dan wanita itu kembali mengganggukkan kepalanya dan meminum kembali teh di tangannya.

Tak lama kemudian pintu terbuka dan Zee berjalan dengan cepat masuk.

"Mae, kapan Mae datang ke Thai?" tanya Zee sambil menghampiri wanita itu dan wanita itu pun berdiri dan mereka pun saling berpelukan.

"Kemarin. Mae kerumahmu namun kau tidak pulang semalam. Kemana saja kau?" ujar Mae.

"Zee menginap dirumah kekasih Zee, Mae." ujar Zee dan Nunew kembali menatap Zee sambil membelalakkan matanya.

"Ouhh. Kekasih kampusmu?" ujar Mae dengan santai.

"Khap Mae." ujar Zee lagi.

"Mae masih bingung apa spesialnya pria itu dibandingkan Selene sampai kau tergila2 padanya dan menunggunya?" ujar Mae sambil menggeleng2kan kepalanya.

"Kenapa tidak Mae lihat saja sendiri!" ujar Zee dan Nunew pun kembali terkejut luar biasa mendengar itu.

"Apa? Maksudmu dia disini?" ujar Mae sedikit berteriak.

"Hmm. Nhu kemari." ujar Zee dan Nunew segera berdiri dengan jantung yang seperti jatuh dari tempatnya.

"Diaa?" teriak Mae sambil menunjuk Nunew.

"Hmm." ujar Zee santai.

"Dan Selene pun sudah bertemu dengannya." ujar Zee lagi.

Mae terus menatap Nunew dan membuat Nunew menundukkan kepalanya.

"Kemari Nhu." ujar Zee lagi dan melambaikan tangannya pada Nunew.

Nunew pun melangkah, walaupun kakinya terasa begitu berat melangkah.

"Nunew?" ujar Mae dan Nunew pun mengganggukkan kepalanya.

Mae menatap Nunew dari bawah keatas dan kembali lagi ke bawah membuat Nunew salah tingkah.

"Haahh, kau benar2 sudah gila, Zee." ujar Mae.

DEG..
Sakit sekali hati Nunew mendengar itu.

"Maksud Mae apa?" tanya Zee dengan mata yang kesal pada Maenya.
Dan Mae pun menatap Zee dengan mata yang sama kesalnya.

"Kau bandingkan dia dengan Selene? Dia sangat jauh di bawah Selene dan kau lebih memilih dia dibandingkan Selene, kau sudah gila Zee." ujar Mae dengan nada yang meninggi.

"Mae." teriak Zee dan menatap Nunew yang terlihat menahan airmatanya dan menunduk semakin bawah.

"Ahh sudahlah. Terserah kau, Zee. Asal kau tidak mengingkari janjimu. Jika kau berpacaran dengannya maka kau harus terus bertunangan dengan Selene dan jika kau mau menikahinya kau harus menikahi Selene terlebih dulu. Ingat di mata semua orang dan keluarga kita hanya Selene menantu di Mae." ujar Mae sambil berdiri dan berjalan menuju pintu dan keluar dari kantor itu.

Setelah melihat Mae keluar Zee langsung melihat pada Nunew.
Nunew menundukkan kepalanya dan Zee juga melihat beberapa tetes airmata jatuh dari wajah Nunew.

"Nhu." ujar Zee dan menghampiri Nunew lalu memegang bahunya.

Namun Nunew memundurkan badannya, menolak sentuhan Zee.
Nunew lalu menatap wajah Zee yang terlihat bingung dan sedih.

"Maafkan Nunew, Hia. Tapi... Nhu tidak sanggup, Nhu tidak kuat. Maafkan Nunew, Hia, jika cinta Nunew pada Hia tidak sebesar cinta Selene untuk Hia yang mau berkorban banyak untuk Hia. Nunew sadar kalau Nunew lemah, tapi maaf Hia, Nunew tidak sanggup meneruskan hubungan kita." ujar Nunew sambil menangis lebih keras dan kembali menundukkan kepalanya.

Zee melihat bahu Nunew yang bergetar hebat dengan isakkan yang kencang.
Zee pun meneteskan airmatanya.

"Apa kau tidak bisa menungguku, Nhu? Bagaimana aku akan meneruskan hidupku jika tidak ada lagi semangatku untuk berjuang? Aku menerima semua keputusan orangtuaku hanya untukmu. Apakah tidak bisa kau bertahan demi aku, Nhu?" isak Zee dan terus menatap Nunew.

"Sampai kapan Hia? Sampai kapan Nunew harus menunggu dan menahan sakit hati Nhu? Apa yang harus Nhu lakukan sekarang? Jika Nhu terus bersama Hia maka hati Nhu yang akan terus terluka dan jika Nhu meninggalkan Hia maka hati Hia yang akan sakit. Nhu harus bagaimana?" tanya Nunew dengan tangis yang semakin keras.

Kaki dan badan Nunew sangat lemas dan Nunew pun tak dapat menahannya lagi.
Akhirnya Nunew pun berjongkok dan menutup wajahnya dengan lututnya.

Zee menatap Nunew yang terlihat begitu menderita namun Zee juga tidak bisa melepaskan Nunew.
Zee tahu kalau Zee egois namun Zee sungguh tidak mau kehilangan pria yang ada didepannya itu.
















Bersambung.

𝘽𝙚𝙨𝙩 𝙒𝙞𝙨𝙝𝙚𝙨 21+⛔ (ZeeNunew) (024) Where stories live. Discover now