BW21

685 77 28
                                    

Setelah Selene pergi, Nunew hanya terdiam duduk di kursi sofa dengan airmata yang masih mengalir.

Beberapa jam kemudian Nunew kaget mendengar pintu apartemennya terbuka dan berdiri disana Zee dengan pandangan yang marah.

"Apa yang kau katakan pada Selene, Nhu?" ujar Zee dan berjalan menghampiri Nunew lalu duduk di depan Nunew.

"Apa kau tahu jika Selene membatalkan pertunangan kami maka semuanya akan berantakan. Hanya dia yang dapat mengerti keadaanku." ujar Zee dan Nunew yang menunduk pun tertawa kecil.

"Jadi maksud Hia, Nhu tidak mengerti keadaan Hia?" tanya Nunew lalu menaikkan wajahnya menatap Zee.

"Bukan itu maksudku, Nhu. Tapi bisakah kau berkorban sedikit lagi demi kita?" ujar Zee lagi.

"Mengapa hanya Nhu yang harus selalu berkorban demi kita, Hia?" ujar Nunew dan membuat Zee membelalakkan matanya melihat Nunew yang menatapnya dengan mata yang marah.

"Nhu." gumam Zee.

"Apa Hia pernah mau berkorban dan melihat sedikit saja pada Nhu yang sangat menderita karena hubungan kita?" ujar Nunew dan Zee hanya terdiam menatap Nunew.

"Apa Hia bahkan mencintai Nhu? Hia melihat dengan jelas bagaimana Nunew menangis dan lelah dengan semua ini, sampai kapan Nhu harus berkorban? Bagaimana jika Nhu katakan sekarang agar Hia mau mengorbankan diri dan memutuskan pertunangan Hia dengan Phi Selene demi Nhu dan berjuang dengan Nhu agar orangtua Hia merestui kita, maukah Hia?" teriak Nunew.

"Nhu kau tidak mengerti bagaimana keluargaku? Aku sudah mencoba segalanya namun hanya ini cara yang bisa membuat mereka menyetujui hubungan kita." ujar Zee.

"Hia salah. Pasti ada jalan lain. Hia belum mencoba segalanya. Hia hanya melakukan hal yang termudah untuk kebahagiaan Hia tanpa memikirkan kebahagiaan Nhu sama sekali." ujar Nunew.

"Nhu, baiklah Hia akan memikirkan caranya, tapi Hia mohon agar Nhu mau menunggu Hia." ujar Zee dan memegang tangan Nunew.
Namun Nunew berdiri dan menepiskan tangan Zee.

"Nhu lelah Hia. Nhu ingin tidur dan istirahat. Tolong pergilah dan tinggalkan Nhu sendiri." ujar Nunew dan memalingkan wajahnya dari Zee.

Zee menaikkan kepalanya dan menghela nafas panjang.

"Baiklah. Tapi kita bicarakan lagi besok. Hia akan kembali lagi besok sepulang bekerja." ujar Zee dan memundurkan badannya namun Nunew tidak membalikkan wajahnya dan tetap tidak melihat pada Zee.

Zee lalu menundukkan kepalanya dan berbalik lalu keluar dari kamar apartemen Nunew.
Setelah Zee menutup pintu Nunew segera mengunci pintu apartemennya dan berjalan ke kamar mandi.

Sementara Zee yang mendengar suara pintu yang terkunci, menundukkan kepalanya lalu berlalu dari sana.

Nunew membuka seluruh pakaiannya lalu memutar keran dan berdiri di bawah guyuran air shower.
Nunew memegang tembok didepannya dan menundukkan kepalanya.

Hati Nunew begitu sakit melihat bagaimana Zee tidak perduli dengan perasaannya dan hanya mementingkan diri sendirinya saja.

Nunew menangis lalu menurunkan badannya dan duduk di lantai lalu menutup wajahnya dengan kedua lututnya masih di bawah guyuran air shower.

Setelah selesai mandi, Nunew keluar kamar mandi lalu memakai kemejanya kembali.
Nunew membereskan semua barang2nya dan memasukkannya ke dalam koper2 besar.

Setelah beberapa jam Nunew lalu duduk di meja dan mengeluarkan sebuah kertas lalu menulis di sana.

'Hia maafkan Nhu yang kembali pergi tanpa pamit.
Tapi Nunew merasa sudah cukup Nhu berkorban demi kita.
Nunew lelah dan tidak dapat lagi menerima sakit seperti ini.

Mungkin apa yang Phi Selene katakan benar kalau Nhu tidak mencintai Hia seperti dia mencintai Hia.
Mungkin memang benar kalau cinta Nunew egois.
Sudah Nhu bilang semenjak dahulu kalau kita tidak akan pernah bisa bersama.

Bahagialah Hia dengan Phi Selene yang bisa menerima Hia apa adanya.
Maafkan Nunew, Hia.'

Nunew melipat kertas itu lalu membawa semua koper2nya dan menaruh kertas itu di meja ruang tamu.

Nunew menatap kamar itu dengan airmata yang tidak berhenti mengalir.
Akhirnya Nunew pergi keluar kamar apartemen dan menaiki sebuah taksi.
.
.

Keesokan sorenya setelah pulang bekerja, Zee segera mengendarai mobilnya menuju apartemen Nunew.

"Nhu. Ini Hia, buka pintunya." teriak Zee sambil mengetuk pintu apartemen Nunew.
Setelah beberapa saat Zee merasa heran karena Nunew tidak juga membukakan pintu, akhirnya Zee memegang gagang pintu dan membukanya.

Pintupun terbuka dan Zee merasa heran mengapa Nunew tidak mengunci pintu itu.

"Nhu.. Nhu.. Dimana kau?" teriak Zee lalu masuk dan menutup pintu.

Zee melihat sekitar dan tidak ditemukan jejak Nunew dimanapun dan Zee merasa heran ada sesuatu yang berbeda dengan kamar apartemen itu.

Lalu Zee melihat kamar Nunew dan membuka lemari yang sudah kosong.
Jantung Zee terasa sakit melihat itu dan dengan segera Zee berlari keluar dan tanpa sengaja Zee melihat sebuah kertas di atas meja.

Perlahan Zee mengambil kertas itu dan membukanya.
Setelah Zee membaca surat itu, kaki Zee terasa lemas hingga dia pun terduduk di atas sofa dan airmata mulai mengalir dipipinya.

Zee meremas surat itu lalu memukul sofa di sampingnya.

"Nhuuuu..." teriak Zee.

Zee memejamkan matanya lalu Zee kembali memukul sofa.

"Nhuuu...." teriak Zee lagi dan airmata tidak berhenti mengalir dari matanya.

Zee meremas surainya dengan kedua tangannya yang masih menggenggam surat dari Nunew.

"Nhu.. Maafkan Hia, Nhu. Jangan pergi Nhu, maafkan Hia." isak Zee.

Zee terus menangis sampai akhirnya Zee membaringkan tubuhnya dan menatap kosong ke langit2 kamar apartemen Nunew.

Pikirannya kalut, tubuhnya lemas dan hatinya yang terasa sangat sakit.

Lalu tiba2 Zee bangkit dan mengusap airmatanya.

"Hia akan mencarimu sampai kapanpun sampai kau kutemukan kembali, Nhu. Dan Hia juga akan mengabulkan semua keinginanmu, Nhu. Tunggu Hia menjemputmu, Nhu." ujar Zee.
Lalu Zee berjalan keluar dari kamar apartemen Nunew.













Bersambung.

𝘽𝙚𝙨𝙩 𝙒𝙞𝙨𝙝𝙚𝙨 21+⛔ (ZeeNunew) (024) Where stories live. Discover now