BW22

647 71 10
                                    

Keesokannya, pagi2 Zee menghubungi Selene agar bertemu dengannya di rumah orang tuanya.
Setelah itu Zee pun segera berangkat ke rumah orangtuanya.

"Zee, ada apa kemari pagi2 begini? Apa kau tidak bekerja?" tanya Mae setelah melihat Zee memasuki rumah mereka.

"Sawadikhap Mae. Tidak Mae, Zee tidak bekerja ada sesuatu yang lebih penting untuk Zee bicarakan dengan kalian." ujar Zee dan Mae serta Pho mengernyitkan dahinya.

"Ada apa, Zee?" ujar Pho.

"Nanti akan Zee bicarakan setelah Selene datang." ujar Zee lalu duduk di ruang keluarga dan disusul oleh kedua orangtuanya.

"Ada apa ini? kau membuat Mae bingung, Zee." ujar Mae lagi dan melihat wajah Zee yang terlihat begitu serius.

"Apa masalah ini sangat penting, Zee?" ujar Pho dengan nada pelan.

"Khap Pho. Masalah ini sangat penting untuk hidup Zee." ujar Zee.

"Sawadikha Pho, Mae, Phi Zee." ujar Selene yang berjalan menghampiri mereka sambil tersenyum dan memberi wai.

"Ahh. Selene duduklah nak." ujar Mae dan berdiri lalu mempersilahkan Selene duduk di kursi samping kursi Zee.

"Sekarang Selene sudah datang, ada apa ini sebenarnya, Zee?" ujar Pho.

"Pho, Mae, Selene, Nunew pergi." ujar Zee dan membuat mereka semua membelalakkan matanya.

Namun tak lama, Mae tersenyum.

"Berarti ini berita bagus untuk kita. Apa kalian sudah putus?" tanya Mae.

Namun raut wajah Zee terlihat marah dan Selene dan Pho menyadari itu, hingga Selene menundukkan kepalanya.

"Apakah karena aku Phi?" ujar Selene dan Zee menatap Selene.

"Bukan, bukan karena kalian semua tapi karena aku." ujar Zee yang menahan airmatanya dan mengeraskan rahangnya.

"Lalu, apa urusannya dengan kami, Zee?" tanya Pho.

"Aku akan mengejar Nunew, Pho. Kemana pun sampai aku bisa menemukannya." ujar Zee.

"Mae masih tidak mengerti apa urusannya dengan kami?" ujar Mae bingung.

"Jika kau ingin mencarinya, carilah. Lalu kenapa kami harus tahu? Dulupun kau selalu menunggunya dan kami tidak masalah." ujar Mae.

"Masalahnya sekarang, jika Zee mau menemukannya, Zee harus melepaskan semuanya, Mae. Termasuk Selene." ujar Zee dan Mae juga Selene membelalakkan matanya dan Mae berdiri dan menatap Zee.

"Apa kau bilang? Sudah Mae bilang, kami tidak perduli kau mau bersama siapa selama Selene tetap menjadi pasangan sahmu." teriak Mae.

"Sampai akhir Phi tetap memilih dia." ujar Selene pelan sambil menangis.

Dan Mae lalu mendekati Selene dan memeluk bahunya.

"Tenanglah sayang, Mae akan selalu mempertahankanmu, sayang." ujar Mae dan Zee pun tersenyum kecil.

"Nunew menuntut pada Zee agar sesekali Zee yang berkorban demi hubungan kami. Zee baru sadar sekarang kalau selama Zee bersama Nunew, Zee belum pernah sekali pun berjuang dan berkorban untuk dia Mae. Yang Zee lakukan padanya hanya mementingkan diri Zee sendiri tanpa memikirkan bagaimana perasaan Nunew." ujar Zee sambil tersenyum namun setetes airmata jatuh di pipinya.

"Sekarang waktunya untuk Zee berjuang dan mencari Nunew demi kebahagiaan Zee dan terutama kebahagiaan Nunew. Maafkan Phi, Sel. Tapi sekarang Phi membatalkan pertunangan kita." ujar Zee.

"Zee." teriak Mae.

"Jika kau membatalkan pertunangan kalian, jangan harap aku akan menerima pria miskin itu masuk ke dalam keluarga kita." kembali Mae berteriak.

Sementara Selene hanya menunduk dan menangis dan Pho menghela nafas panjang dan menunduk.

"Itulah alasan Zee memanggil kalian hari ini. Karena Zee tahu kalau Zee memutuskan pertunangan Zee, Mae tidak akan pernah menerima Nunew masuk kedalam keluarga ini." ujar Zee lalu Zee berdiri dan menghampiri Pho dan Mae lalu bersujud pada mereka.

"Hari ini Zee memohon maaf sebesar2nya pada Pho dan Mae. Karena Nunew tidak bisa masuk ke dalam keluarga ini maka hari ini Zee yang keluar dari keluarga ini." ujar Zee dan membungkukkan badannya bersujud.

"Zee. Demi dia kau melepaskan semua yang berharga untukmu, apa kau sudah gila?" teriak Mae dan akhirnya Mae pun menangis.

"Maafkan Zee, Mae. Tapi Zee tidak bisa tidak ada Nunew di samping Zee, Zee tersiksa tanpa Nunew. Zee hanya ingin Nunew ada di samping Zee, Mae. Maafkan Zee yang tidak bisa berbakti pada kalian. Zee mohon maafkan Zee." ujar Zee.

"Dengarkan aku, Zee. Jika kau melangkahkan kakimu keluar dari sini, jangan berharap kau bisa kembali." ujar Mae dan memelototkan matanya pada Zee.

Zee yang bersimpuh di depan Mae dan Pho dengan airmata yang mengalir deras pun berdiri dengan gontai, lalu menghampiri Pho dan memberikan wai lalu Zee berjalan mendekati Mae yang memalingkan wajahnya dari Zee lalu memberikan Mae wai.

"Maafkan Zee." ujar Zee lalu Zee berjalan kembali dan menatap Selene.

"Maafkan Phi, Sel." ujar Zee dan kembali mengatupkan kedua tangannya.

"Zee permisi." ujar Zee dan berjalan dengan gontai ke arah pintu depan.

Mae segera membalikkan wajahnya dan melihat pada Zee lalu kembali menangis melihat anak laki2nya itu.
Pho pun berdiri dan menatap Zee sambil menggeleng2kan kepalanya.

Zee akhirnya keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobilnya lalu menyandarkan punggungnya dan mendengakkan kepalanya ke sandaran kursi dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Maafkan Zee, Mae, Pho." gumam Zee pelan lalu menangis kembali dengan keras.

Setelah beberapa saat Zee mengusap airmatanya dan mengatur nafas dan jantungnya agar sedikit menenang.

"Nhu, sayang. Tunggu Hia. Hia akan mengorbankan apapun untukmu, jadi Hia mohon, Nhu tunggulah Hia datang menjemputmu." gumam Zee lalu menyalakan mobilnya dan berlalu dari rumah itu.
.
.
.















Bersambung.

𝘽𝙚𝙨𝙩 𝙒𝙞𝙨𝙝𝙚𝙨 21+⛔ (ZeeNunew) (024) Where stories live. Discover now