BW38 (end)

1K 67 26
                                    

Hari itu Zee meminta ijin pada Nunew untuk pergi ke rumah orangtuanya dan meninggalkan dia sendirian dirumah.

"Maee.." teriak Zee setelah dia masuk ke dalam rumah orangtuanya.

"Kenapa berteriak, Zee. Berisik." teriak Mae yang berjalan turun dari tangga.

"Mae." ujar Zee lalu berjalan cepat dan memeluk Mae.

"Ada apa kau kemari malam2 begini? Mana Nunew?" tanya Mae.

"Nunew tidak ikut Mae. Zee sengaja kesini tanpa dia." ujar Zee dan menemani Mae berjalan ke sofa ruang keluarga.

"Mana Pho?" tanya Zee dan menatap ke lantai atas rumah Mae.

"Pho sebentar lagi akan turun." ujar Mae.

"Ada apa kau kemari, Zee? Apa ada yang penting?" tanya Mae lagi.

"Khap Mae. Mae.. Zee akan menikahi Nunew dan kalau Mae memperbolehkan Zee ingin mengadakan pesta nikahan Zee, Mae." ujar Zee dan Mae pun tersenyum lebar dan berdiri lalu memeluk Zee.

"Tentu saja Mae perbolehkan, Zee. Kapan kau akan mengadakan pesta itu? Dan dimana?" tanya Mae dan menatap Zee yang masih terduduk merangkul pinggang Mae.

"Itulah alasan Zee datang kemari sekarang, Mae. Zee ingin meminta saran Mae dan Pho dimana kira2 pesta itu akan diadakan." ujar Zee, Mae pun kembali ke sofanya dan duduk sambil termenung.

"Mae ingin pesta ini terlaksana dengan meriah dan mewah Zee. Mae merasa bersalah pada Nunew.. Dan sekarang waktunya kita bahagiakan dia. Dia anak yang baik dan Mae tidak menyangka kalau sekarang Mae akan merindukan anak itu. Sekarang Mae mengerti mengapa kau begitu tergila2 padanya." ujar Mae sambil tersenyum dan Zee pun ikut tersenyum.

"Nunew memang pribadi yang luar biasa Mae. Dia bisa membuat kita merasa nyaman didekatnya." ujar Zee.

"Hmm." gumam Mae.

Akhirnya malam itu Zee dan kedua orangtuanya berdebat tentang dimana dan bagaimana pesta itu akan diadakan.

Sementara di tempat lain Nunew duduk dan sesekali melihat jam dinding di atas kepalanya.

"Jam 12 malam, kenapa Hia belum pulang juga?" gumam Nunew pelan dan membuka gorden yang menutupi jendela ruang tamu Zee.

Nunew melihat kanan kiri jalan namun sosok Zee dan mobilnya masih juga belum terlihat.

Tak lama kemudian Nunew mendengar pintu gerbang terbuka dan mobil Zee memasuki pekarangan rumah mereka.

Nunew pun segera berdiri sambil tersenyum.
Nunew menatap pintu menunggu kedatangan Zee.

Tak lama pintu pun terbuka dan Nunew tersenyum lebar melihat Zee.
Zee tersenyum dengan mengernyitkan dahinya.

"Kenapa kau ada disini, sayang? Kenapa kau tidak tidur saja duluan?" ujar Zee dan berjalan menghampiri Nunew.

"Nhu khawatir Hia." ujar Nunew.

Zee mendekati Nunew lalu memeluk pinggangnya dan mencium pipi Nunew lalu menaruh dagunya di bahu Nunew dan memejamkan matanya.

Nunew pun membalas pelukan Zee dan mendengakkan kepalanya lalu menaruh dagunya di bahu Zee dan memejamkan matanya.

"Hmm.. Sayangku yang narak." gumam Zee di telinga Nunew dan Nunew pun tersenyum.

"Hia berbicara panjang lebar dengan Mae dan Pho, Nhu." ujar Zee dan menarik kepalanya lalu menatap wajah Nunew.

"Nhu, ada yang Hia ingin bicarakan sekarang dengan Nunew." ujar Zee.

"Apa Hia?" tanya Nunew dengan raut wajah yang bingung.

"Ayo kita ke kamar, akan Hia katakan di sana." ujar Zee dan melepaskan pelukannya dan menggenggam tangan Nunew lalu membawanya berjalan ke kamar.

Setelah sampai di dalam kamar, Nunew berdiri di dekat tempat tidur sementara Zee melepaskan jasnya dan menaruhnya di atas kursi.

Zee tersenyum dan menghampiri Nunew.
Zee lalu menggenggam kedua tangan Nunew sambil melihat pada kedua tangan Nunew.
Nunew pun menatap tangannya yang di genggam oleh Zee.

Zee lalu menatap mata Nunew dan begitupun sebaliknya, Nunew pun menatap mata Zee.

"Nhu, Hia sangat mencintai Nunew, dan Hia merasa sudah cukup cobaan2 yang kita lalui untuk membuktikan cinta kita berdua. Dan sekarang waktunya Hia meminta Nunew untuk menemani Hia seumur hidup Nunew. Ini waktunya untuk Hia membahagiakan Nunew sayangnya Hia. Nhu menikahlah dengan Hia, na?" ujar Zee.

Nunew membelalakkan matanya dan matanya mengikuti gerakan Zee.
Zee melepaskan satu genggaman tangannya dan melihat ke saku celananya lalu mengambil sebuah kotak cincin dari dalam saku celananya itu.

Zee dan Nunew kembali saling menatap, lalu tiba2 Zee bersujud dan membuka kotak cincin itu.
Tanpa sadar Nunew meneteskan airmatanya.

"Nunew Chawarin maukah kau menjadi pendamping hidupku seumur hidupmu dan menjadi milikku selamanya?" ujar Zee dengan senyuman terindah yang pernah Nunew lihat.

"Hia.." gumam Nunew pelan.

Nunew menatap mata Zee lalu melihat ke kotak cincin itu dan Nunew mengulurkan tangan kirinya pada Zee.

Zee pun tersenyum lebar dan mengeluarkan cincin dari kotaknya lalu memakaikannya ke jari manis Nunew.

Setelah cincin itu terpasang dengan sempurna Zee menarik tangan itu dan menciumnya.
Zee lalu berdiri dan memeluk bahu Nunew dan Nunew pun memeluk pinggang Zee.

"Terima kasih sayang. Hia cinta Nunew." ujar Zee dan berkali2 menciumi rambut Nunew.

"Hmm. Nunew juga cinta Hia." gumam Nunew pelan dengan airmata kebahagiaan dari mata Nunew.

Zee melepaskan pelukannya lalu menatap mata Nunew dan menurunkan kepalanya lalu mencium bibir Nunew dengan sangat lembut dan Nunew pun membalasnya dengan sama lembutnya.

Setelah itu Zee melepaskan ciumannya dan mengusap pipi Nunew lalu mencium kening Nunew sambil memejamkan matanya.

"Nunew Chawarin sayangnya Hia, cintanya Hia, kebahagiaannya Hia." ujar Zee sambil memeluk Nunew dengan erat dan mengoyang2kan badan Nunew hingga Nunew pun tertawa kecil.

Setelah beberapa saat mereka pun duduk di pinggir tempat tidur dan membicarakan apa yang Zee dan orangtuanya rencanakan untuk pesta pernikahan Zee dan Nunew.















End.







Terima kasih yang sudah mau bersabar menunggu setiap chapternya.
Semoga cerita kali ini bisa disukai dan tidak banyak kekurangannya.

Mohon dimengerti kalau ada beberapa kesalahan kata atau kalimat.

Terima kasih.

Ditunggu yah guys cerita2 selanjutnya.

Lope lope ❤❤❤❤❤

𝘽𝙚𝙨𝙩 𝙒𝙞𝙨𝙝𝙚𝙨 21+⛔ (ZeeNunew) (024) Where stories live. Discover now