4 - Tristan

40.4K 2.8K 76
                                    

Yang pendek-pendek aja~ enjoy~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang pendek-pendek aja~ enjoy~


***

Saat pertemuan kemarin, dicapai kesepakatan berupa perjanjian antara Hendrick sebagai calon ayah dan Sinta sebagai wali Ziel. Perjanjiannya adalah dalam satu bulan ke depan Ziel akan tetap tinggal di Panti asuhan, setelahnya Ziel resmi menjadi seorang Dominic dan akan tinggal di Mansion.

Dalam satu bulan ini Ziel dilarang untuk melakukan kegiatan berat termasuk mengantarkan makanan ke warung Anita. Hendrick ingin membiasakan Ziel untuk hidup enak tanpa bekerja keras, pria itu bahkan memberikan bodyguard pribadi untuk Ziel, yang bernama Tristan.

Tristan ditugaskan untuk menjaga Ziel selama 24 jam penuh. Tak hanya itu, Tristan juga diperintahkan untuk menemani Ziel berjalan-jalan, berbelanja, bermain, belajar, dan terus bersama Ziel bahkan ketika remaja manis itu tidur. Membuat laki-laki itu lebih seperti seorang babysitter daripada bodyguard.

Apakah Ziel merasa senang? Tentu tidak. Remaja manis itu merasa risih dengan kehadiran Tristan yang selalu mengikutinya seperti anak ayam. Semua yang ia lakukan tak luput dari pandangan Tristan, kecuali saat mandi.

"Heh! Om siapa sih?! Ngikutin gue mulu bjir mana mukanya datar banget lagi,"

Seminggu berlalu sejak kedatangan Hendrick ke Panti asuhan, yang berarti Tristan pun sudah satu minggu ini membuntuti Ziel.

Tristan hanya menatap datar Ziel, bocah ini manis tapi tingkahnya sungguh tidak terduga.

Seperti saat ini bodyguard dengan tinggi 190 cm itu hampir dibuat jantungan, bagaimana tidak, baru ditinggal sebentar bocah kematian itu sudah berada di atas atap Panti asuhan. Duduk bersama kucing putih yang baru ia temui.

Tadi Tristan izin sebentar untuk ke kamar mandi, Ziel tidak sengaja melihat seekor anak kucing yang duduk di atas atap, tanpa pikir panjang ia langsung menuju kesana dan naik melalui pohon mangga yang rantingnya tumbuh ke arah atap. Nekat sekali.

Saat diminta untuk turun, Ziel malah mengacungkan jari tengah dan memeletkan lidahnya ke arah Tristan.

"SSZ, suka-suka Ziel. Om mau Ziel turun? Yaudah ayo tangkap Ziel, wleeeeek pasti ga bisa kan,"

Perempatan imajiner muncul di dahi Tristan, menghela napas, Tristan memutuskan untuk masuk ke dalam dan meninggalkan Ziel. Tentunya tidak benar-benar masuk, dirinya hanya ingin mengecoh bungsu tuannya itu.

"HEH! WOI OM MAU KEMANAAA?!"

"OMMMMMMM!"

"HUWEEEEE OM JAHATTTT!!"

"OM ZIEL GA BISA TURUN! BUNTAAAAAAAA"

Teriakan Ziel yang begitu besar, mengundang perhatian semua anak-anak yang ada di Panti. Warga panti yang melihatnya hanya tertawa, terlampau hapal dengan tingkah laku anak panti tertua itu.

Ziel Alexander DominicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang