41 - Obsession

15K 1.6K 542
                                    

Selamat malam ╰( ͡° ͜ʖ ͡° )つ──☆*:・

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat malam ╰( ͡° ͜ʖ ͡° )つ──☆*:・

A little bit ehem kalau kalian ngerasa too much jangan dibaca yaa, skip aja ogheey

enjoy~


***


"Tuan muda."

Theine mengabaikan para bodyguard yang terkejut akan kehadiran dirinya, dengan langkah lebar lelaki itu masuk ke Panti tentu saja mencari keberadaan sang adik untuk membawanya pulang, kebetulan sekali di saat yang bersamaan Fariz yang ingin ke dapur melihat kedatangan Theine.

"Loh itu kan anaknya om Hendrick?"

Fariz mendekat dan menegur Theine.

"Tuan muda?"

Theine menoleh dan menatap datar Fariz, suasana hatinya sedang jauh dari kata baik jadi tidak perlu berbasa-basi.

"Ziel." Ucapnya singkat.

Fariz mengangguk dan mengajak Theine menuju lantai dua, ke kamar Ziel.

"Kak El ada di dalem."

"Hm, kau boleh pergi, terima kasih."

Tanpa menunggu jawaban dari Fariz, Theine langsung masuk ke kamar Ziel dan tak lupa mengunci pintu tersebut dari dalam. Fariz mengerjapkan mata lalu mengedikkan bahu, tak lagi merasa heran dengan sifat posesif keluarga Dominic kepada kakak favoritnya. Sangat di luar nurul, awalnya Fariz merasa bingung kenapa keluarga konglomerat itu sangat menjaga sang kakak dan memperlakukan empunya selayaknya permata. Lambat laun Fariz pun mengerti anak manis, pintar dan unik seperti sang kakak, siapa yang tidak menyukainya? Remaja tantrum dengan segala tingkahnya yang menghibur, siapa pun pasti ingin memilikinya.

Ceklek

"Loh Fariz cepet banget-"

Perkataan Ziel terhenti saat melihat yang masuk ke dalam bukanlah Fariz melainkan sang kakak, Theine. Ziel seketika membulatkan mata setelah melihat empunya, si kecil baru sadar jika yang sedari tadi ia lupakan adalah meminta izin pada kakak sulungnya ini.

Theine mendekat membuat Ziel yang merasakan aura tak mengenakkan seketika berdiri dan ikut memundurkan tubuhnya hingga menabrak dinding.

Mampus mau lari kemana lo El?! Batin Ziel.

Theine terus berjalan hingga saat berdiri tepat di hadapan Ziel, lelaki itu mengukung sang adik dan membatasi ruang geraknya agar tak kabur, melarikan diri.

"Pergi dan tak memberi kabar, apa kakak tak sepenting itu bagimu Zainka?"

Ziel menunduk, tak menjawab pertanyaan yang membuatnya seketika menjadi bodoh karena tak mampu menemukan jawaban yang tepat.

Ziel Alexander DominicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang