17 - Mine

24.7K 1.9K 137
                                    

aloo, selamat pagi ╰( ͡° ͜ʖ ͡° )つ──☆*:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

aloo, selamat pagi ╰( ͡° ͜ʖ ͡° )つ──☆*:

ch ini maniezz semaniezz diriku, enjoy~

***

Ziel saat ini sedang berbaring pada sofa yang ada di ruang depan, dengan posisi terbalik, kepala di bawah dan kaki di atas. Waktu menunjukkan pukul 10.15, yang berarti ia harus menunggu kedatangan sang daddy selama 45 menit lagi.

Remaja manis itu bolak-balik membuka aplikasi wa dan tt, membuang rasa bosan. Ia juga sedang bertukar pesan dengan kakak keempatnya yaitu Zergan. Entah apa yang Zergan bicarakan, Ziel hanya membalas seadanya saja. Setelah melihat kakaknya yang hanya centang satu, Ziel memutuskan untuk membuka tt.

Sedari tadi fypnya hanya diisi oleh cromboloni saja membuat Ziel meneguk saliva, merasa ngiler.

"Tuan kecil."

"Heum? Apa Tan?" Jawab Ziel dengan mata yang masih fokus melihat layar hp.

"Lebih baik anda duduk tuan kecil, posisi seperti itu akan membuat anda menjadi pusing."

"Enak begini, ga bikin pusing kok,"

Ziel menghiraukan saran Tristan, membuat bodyguard tampan itu menghela napas dan memilih untuk berjalan lebih dekat ke arah Ziel, jika tuan kecilnya itu tiba-tiba jatuh, dia bisa langsung menahannya.

"Tuan kecil, anda sudah terlalu lama bermain ponsel." Tegur Tristan lagi.

Ziel merengut dan menatap jengkel Tristan, "Tantan lo banyak omong banget bjir, udah kek emak-emak, Bunta aja ga secerewet lo."

Sudut bibir Tristan berkedut, perkataan Ziel membuat Tristan memilih untuk diam, tak ingin lagi disembur oleh kalimat pedas yang berasal dari mulut tuan kecilnya itu.

Tepat pukul 11.00 mobil mewah memasuki halaman Panti, tidak hanya satu tapi 5 mobil. Hendrick memutuskan mengajak serta keempat putranya untuk makan siang bersama Ziel di Panti.

tin

tin!

Mendengar suara klakson mobil, Ziel yang sedang rebahan di sofa dengan cepat menuju pintu dan membukanya. Begitu terbuka, remaja manis itu dapat melihat sang daddy dan keempat kakaknya sedang berjalan menuju kemari.

"Daddy, kakak, abang!"

"Adek," Zergan yang tadi berjalan pelan, mempercepat langkahnya dan memeluk erat sang adik. Sudah sangat rindu dengan empunya.

"Kakak ih jangan kuat-kuat peluknya, nanti badan adek remuk!" Protes Ziel sambil memukul punggung Zergan. Bagaimana tidak, pelukan itu sangat erat, membuat Ziel merasa sesak.

"Maaf, salahmu kenapa sangat menggemaskan." Zergan melepaskan pelukan itu lalu mencubit pipi Ziel.

"Lembut sekali seperti mochi." Ujar Zergan dengan wajah datar, namun tangannya bergerak mengunyel kedua pipi chubby milik sang adik.

Ziel Alexander DominicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang