6 - Shiro

32K 2.4K 25
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


enjoy~~ (づ ̄ ³ ̄)づ


***

Bukan Ziel namanya jika tidak berulah, setiap hari ada saja keributan yang ia buat.

Seperti sekarang, waktu sudah menunjukkan jam makan siang, Ziel enggan makan bersama yang lain karena ada Hendrick disana. Masih kesal karena perlakuan Hendrick tadi pagi.

Ziel bersama Shiro bersembunyi di rumah pohon. Masih ingat dengan pohon yang digunakan Ziel untuk naik ke atap? Iya, itu adalah pohon yang sama.

Remaja manis ini sangat suka berdiam diri di rumah pohon, ditambah dengan rumah pohon itu ikut direnovasi membuat Ziel semakin betah dan tidak mau turun. Saat ini semua orang dibuat kelimpungan karena mencari dirinya. Empunya malah asik merebahkan diri sambil memakan camilan yang sengaja diletakkan di sana.

Tidak kunjung menemukan Ziel di halaman depan dan dalam Panti, jadilah Tristan dan beberapa bodyguard berjalan ke halaman belakang, Tristan yakin jika tuan kecilnya tidak akan kabur jauh karena tau kemageran Ziel itu sudah tidak tertolong lagi.

Salah satu bodyguard melihat sepasang sepatu putih yang tergeletak di tanah dekat tangga rumah pohon. Mereka mendekat dan dari rumah pohon itu mereka melihat ada kaki terjuntai yang sedang diayun-ayunkan, pasti Ziel.

Saat akan memejamkan mata, Ziel mendengar seseorang memanggil dirinya.

"Tuan kecil?" Panggil Tristan.

"Tuan kecil, saatnya makan siang, semua orang sudah menunggu anda."

Tak mendapatkan sahutan, Tristan mengulangi kembali perkataannya, "Tuan kecil, turun atau Shir-"

"ANCAM TEROS! Ambil aja Shironya, gue ga peduli," teriak Ziel yang masih dalam posisi rebahan. Demi apapun dia sekarang sangat mengantuk, yang ia butuhkan sekarang adalah tidur bukan makan.

"Tuan kecil bukan begitu, maksud say-"

Ziel bangkit dan melihat ke arah bawah, dengan raut kesal, remaja manis itu mengacungkan jari tengah, "Bacot! Lo bisa diem ga?! Mending lo dan om-om yang lain pergi deh, gue ngantuk mau tidur, BYEEEEEEEE!"

blam

Pintu rumah pohon itu ditutup kencang, membuat Tristan menghela napas. Jika bisa memilih, ia lebih memilih untuk mengurus musuh keluarga Dominic dan menyiksa mereka. Bermain darah lebih mudah daripada mengurus Ziel yang terkadang tantrum, sangat merepotkan untuk dirinya yang tidak berpengalaman.

Tristan menghubungi Leo melalui earpiece, memberitahu jika tuan kecilnya sudah ditemukan. Tak berselang lama, terdengar langkah kaki mendekat yaitu Hendrick dan Leo.

"Dimana?"

"Di rumah pohon ini Tuan, Tuan kecil bilang jika dirinya mengantuk dan ingin tidur,"

Hendrick melirik jam tangannya, waktu menunjukkan pukul 12 kurang 10 menit.

"Kalian tetap berjaga disini, biarkan bungsuku tidur, jam 13.00 bangunkan dia dan siapkan makan siang untuknya."

Ziel Alexander DominicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang