16 - Ask

20.6K 1.7K 71
                                    

aloo selamat pagi!╰( ͡° ͜ʖ ͡° )つ──☆*:・゚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

aloo selamat pagi!╰( ͡° ͜ʖ ͡° )つ──☆*:・゚

enjoy~

***

Setelah mendengar perihal Ziel yang sedang diawasi oleh seseorang, Fariz tidak ingin meninggalkan kakaknya itu barang sedetik pun. Di mana Ziel berada maka di situ ada Fariz. Ia akan mengekori Ziel kecuali saat empunya sedang bersama anggota keluarga Dominic.

Seperti sekarang, keduanya berada di ruang tengah, rebahan sambil bernyanyi ditemani lagu yang diputar melalui hp milik Ziel. Singkatnya di pagi yang cerah ini, kedua bocah kematian sedang dilanda kegabutan.

"Laper, mau makan yang manis-manis," Ujar Ziel sambil mengelus perutnya.

"Lo laper ga riz?"

"Laper kak, enaknya makan apa ya?"

"Mending kita pindah ke kamar gue aja deh, banyak camilan."

Fariz mengangguk dan mengekori Ziel menuju ke lantai atas. Tidak hanya mereka berdua, Tristan pun ikut ke atas untuk menjaga tuan kecilnya itu. Sesampainya di kamar, Ziel dan Fariz mulai mencari camilan yang dirasa cocok untuk dimakan, lalu keduanya menuju ke kasur dan duduk di sana.

Tristan sendiri langsung berjalan menuju jendela, berdiri di sana dan melihat fokus ke arah luar. Memperhatikan keadaan sekeliling Panti, waspada dan berjaga-jaga, takut ada musuh yang menyusup.

"Tantan, sini-sini! Gabung sama kita,"

Tristan menoleh dan menggeleng pelan. Menolak ajakan tuan kecilnya itu, yang membuat Ziel melayangkan protes.

"Sini Tantan! Gue mau nanya sesuatu,"

"Tanyakan saja tuan kecil, saya akan menjawab dari sini."

"Jauh amat bah." Timpal Fariz.

"Astaga, sini woi!"

Tristan masih berdiri di tempatnya, dengan mata yang menatap lurus ke arah Ziel, menunggu pertanyaan yang akan dilayangkan oleh tuan kecilnya itu.

"Sini ga?! Atau gue laporin ke daddy,"

"Baik, tuan kecil."

Bodyguard tampan itu berjalan mendekat, dan berdiri di samping tempat tidur. Ziel yang merasa gemas pun menarik tangan Tristan, membuat empunya ikut duduk di kasur.

"Nah gini kan enak, berdiri mulu, kaga cape lo?"

Tristan menggeleng membuat sudut bibir Ziel berkedut, apakah hidup bodyguard ini sekaku itu, pikirnya.

Sementara Fariz, bocah itu sudah tertawa keras hingga guling-guling, ia merasa lucu karena bocah kematian seperti kakaknya itu malah mendapatkan penjaga kaku seperti Tristan, "BWAHAHAHAHAHAHAHA!"

Ziel Alexander DominicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang