42 - With You

13.6K 1.5K 163
                                    

Selamat malam ╰( ͡° ͜ʖ ͡° )つ──☆*:・

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat malam ╰( ͡° ͜ʖ ͡° )つ──☆*:・

Spesial 800k♡♡

enjoy~


***


tap

tap

Theine memasuki ruang makan bersama Ziel yang berada dalam gendongan koalanya, bungsu Dominic itu masih memakai piyama tadi Theine sudah memintanya untuk mandi namun Ziel menolak dengan alasan sudah lapar.

Pagi ini si kecil tak memberi sapaan seperti biasa karena tadi Theine mengatakan kalau keluarganya sudah mengetahui mengenai perutnya yang semalam sakit karena memakan mi. Jika menyapa ia takut akan dicueki dan berakhir canggung sendiri.

Lain Ziel lain pula keluarganya, mereka memang marah tapi tak sampai semarah hingga mengabaikan si kecil. Diamnya si bungsu membuat semuanya merasa heran.

"Adek?" Panggil Zergan.

"Heum?" Ziel menoleh, memiringkan kepalanya dengan ragu-ragu.

"Kenapa, hm?" Ujar Hendrick sambil berdiri dan merentangkan tangan, bermaksud untuk menggendong bungsunya.

Theine mendekat dan menyerahkan Ziel pada sang daddy, bungsu Dominic itu diam saja lalu ikut merentangkan tangan dan berpindah ke dalam gendongan daddynya.

"Daddy ga marah?"

Pertanyaan singkat itu membuat mereka paham, diamnya si kecil karena mengira jika anggota keluarga sedang marah pada dirinya.

"Tidak, kenapa bertanya seperti itu?"

Ziel mengerjapkan mata jadi keluarganya tau atau tidak, ia menatap Theine penuh tanya yang dibalas dengan tatapan intens membuat Ziel jadi tidak kuat sendiri.

"Ehem engga kok dad, hehehe tadi adek ngelantur aja." Balas Ziel sambil tersenyum lebar memperlihatkan gigi putih dan rapi miliknya.

cup

Hendrick mencium pipi mochi bungsunya dan duduk untuk memulai sarapan.

"Waktunya sarapan."

Ziel melihat menu di hadapannya yang sedikit berbeda dari biasanya, semangkuk bubur dan secangkir teh chamomile, tidak ada susu.

"Bubur?" Gumamnya.

"Iya sayang, mami memasaknya khusus untuk baby, di habiskan ya." Ujar Stevanya sambil mengelus lembut surai Ziel.

"Oki doki mami." Walau merasa bingung Ziel mengangguk saja, saat akan memegang sendok tiba-tiba tangan lain sudah lebih dulu meraihnya.

Si kecil mendongak melihat pelaku yang ternyata adalah sang daddy.

Ziel Alexander DominicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang