51 - Vengeance 2

11.5K 1.5K 328
                                    

Selamat siang╰( ͡° ͜ʖ ͡° )つ──☆*:・

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat siang╰( ͡° ͜ʖ ͡° )つ──☆*:・

🏴ch ini mengandung kata kasar, adegan sadis dan dewasa, kalau ga kuat bisa di skip🏴

enjoy~

***

Pukul 04.00 pagi Theine memasuki sel yang di tempati oleh Jinny dan Sienna, terlihat kedua remaja itu di biarkan menggantung dengan tangan dan kaki yang terikat oleh rantai. Theine duduk di sebuah kursi menatap Jinny dan Sienna yang saat ini bergetar ketakutan, jari tangannya mengetuk-ngetuk pegangan kursi. Setelah cukup lama mengamati, Theine berdiri dan berjalan menuju meja, memasang sarung tangan serta mengambil sebuah tang lalu mendekati Sienna.

"Kaki atau tangan?" Tanya Theine sambil memainkan tang di tangannya.

"JAWAB!"

Sienna yang merasa takut namun tak mengerti langsung menjawab asal, "T-tangan!"

"Baiklah, kita mulai dari tangan."

Theine memegang jari-jarinya Sienna lalu dengan cepat mematahkan jari itu membuat Sienna berteriak histeris.

KRAK!

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

Belum reda rasa sakit yang tadi, Theine kembali mematahkan jari yang lain membuat Sienna hanya mampu berteriak dan Jinny yang sedari melihat membelalakkan mata, air matanya kembali mengalir deras, siapa pun tolong selamatkan mereka.

Sepuluh jari tangan sudah dipatahkan membuat Theine tersenyum, merasa puas dengan permainan pertamanya. Lelaki itu melihat ke arah Jinny yang saat ini sudah pucat pasi, perempuan itu merasa sangat lemas, pasti setelah ini adalah bagian dirinya.

tap

tap

Theine berjongkok dan menyentuh jari kaki Jinny menggunakan ujung tang, "Ini akan sedikit menyakitkan."

Sulung Hendrick itu mulai mencabut kuku kaki Jinny membuat empunya meronta-ronta merasakan sakit yang luar biasa, Theine yang merasa terganggu langsung mengambil palu dan memukul kuat kedua kaki Jinny.

"Diam atau ku potong kakimu."

Jinny berhenti bergerak namun mulutnya tak berhenti mengeluarkan isakan lirih yang membuat Theine semakin bersemangat, ah dia suka suara putus asa itu.

Darah segar mengalir dari setiap jari-jari kaki Jinny, Theine menarik paksa kepala remaja itu untuk menunduk melihat kuku kakinya yang berceceran di lantai.

"Ini menyenangkan, bagaimana jika kita lanjutkan?"

Setelah mengatakan itu Theine kembali mencabut kuku tangan Jinny membuat keadaan perempuan itu semakin lama semakin melemah, tenaganya terkuras habis digunakan untuk berteriak dan menangis menahan rasa sakit.

Ziel Alexander DominicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang