13 | Reuni Agung (3)

15.3K 2K 310
                                    

Keempat anak itu terkejut,

"Tapi, seberapa pun dia mirip dengan Galant, penampilan dan gesturenya sangat bertolak belakang." Ucap Belva.

"Ya, dia nampak lebih memuakkan." Tukas Arvin. Sementara yang lain sudah tak berani berkomentar lagi.

Pemuda di podium kini menjentikkan jarinya ke udara. Dan secara serempak, semua pasukan berseragam terbang itu langsung mengambil tempat bertengger pada ujung-ujung dinding Colosseum yang paling dekat dengan langit.

"Tes-tes, cek, satu-dua-tiga. Oke, selamat siang semuanya! Hari ini hari yang cerah, ya?" Sebuah suara bergema melalui mikrofon. Namun tak ada seorang pun yang menjawab sapaannya. Mungkin jika ada suara jangkrik di sekitar situ, pasti bunyinya terdengar nyaring.

Pemuda itu berbicara dengan santainya, seperti tidak terjadi apa-apa. Mengacuhkan beberapa buah pedang, panah, peluru, serta sinar laser yang siap mengarah ke kepalanya kapan saja. Apakah seluruh senjata ini nampak berlebihan? Sama sekali tidak. Teroris yang satu ini benar-benar tidak terduga dan cukup berbahaya.

"Ah, saya hampir melupakan sesuatu. Sebelumnya, perkenankan saya menyapa tuan rumah Negeri Soteria, Yang Mulia King Cedric." Pria bertubuh jenjang itu memberi hormat pada pria berpakaian raja yang tengah menatapnya tajam.

"Dan kalian tentu masih mengingat saya, bukan? Pria rupawan yang dulu pernah mendeklarasikan liberalismenya dari negara busuk ini?" Ucapnya sambil merapikan rambutnya yang dipomade dengan gaya Pompadour itu penuh percaya diri.

"Nah, bisa dikatakan kami kemari untuk menjadi tamu kalian. Ya, walaupun kami cukup sakit hati karena sama sekali tidak diundang di acara ini, tapi kami tetap bersedia datang dan bermaksud untuk mengadakan reuni bersama kalian semua. Bagaimanapun kami dulunya juga seperti kalian." Kilah si Pemuda Pompadour. Jika saja dia tidak tampan dan berpostur bagus, pasti pidatonya akan sangat tidak menarik. Namun lebih dari itu, perasaan khawatir akan terjadinya sesuatu yang buruk telah menyeruak di dalam tiap pikiran individu yang mendengarnya. Beberapa dari mereka yang ingin pergi dari tempat itu segera dicegat oleh polisi supaya tidak memicu kekacauan.

"Oke, oke, sepertinya durasi tampil saya terbatas. Kita simpan dulu cuap-cuap kita untuk nanti saja, pemirsa sekalian. Yang ingin berbicara lebih lanjut, bisa menghubungi saya di nomor telepon yang tertera, hahaha." Lagi-lagi dia menertawakan hal yang tidak lucu dan, "Tentunya, setelah acara ini berakhir."

Setelah menyelesaikan kalimat yang dihiasi dengan senyum licik, pemuda itu segera melesat ke langit diikuti dengan hujan peluru yang tiba-tiba bertaburan ke segala arah. Bahkan peluru itu tidak bisa dibedakan, mana yang berasal dari dari tim pertahanan Soteria, ataupun dari tim manusia terbang.

Mendadak hingar-bingar acara itu berubah menjadi tangis tragis dan teriakan ngeri dari semua orang. Melihatnya membuat perasaan ngilu dan merinding menyebar ke sekujur tubuh. Para warga Soteria tidak bisa memastikan tubuh mereka lolos dari tumbukan peluru itu, tidak seinci pun.

Para humandroid segera berpencar ke angkasa sembari memunculkan perisai semitransparan mereka, sementara senjata mereka telah diganti dengan senjata laser yang asli. Pasukan berpakaian hitam itu pun segera mengejar manusia terbang berpakaian putih.

Sementara King Cedric dan bangsawan kerajaan lain segera diamankan oleh para pengawalnya menuju mobil polisi.

Terlihat beberapa orang berkostum badut secara diam-diam mulai membantai manusia yang ada di sekitarnya. Rupanya beberapa dari mereka ada yang menyamar menjadi badut parade.

Darah segar bercipratan membasahi kostum lucu mereka. Senyuman ramah itu mendadak menyiratkan kalimat, 'aku ingin memutus urat lehermu sekarang juga'. Bahkan jika Arvin melihat badut-badut itu, mungkin phobianya akan bertahan seumur hidup.

HEXAGON [1] | Spektrum Warna ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang