28 | Membuka Jubah (7)

11.5K 1.8K 130
                                    

Dua jam ekstra pun berakhir, Sora tampak berjalan-walaupun lebih cocok disebut melompat berjingkat-bersama kawanan Arvin.

"Juli tinggal berumur dua hari. Aku tidak sabar ingin bulan Agustus," ungkapnya dengan suara khas yang mengingatkan Arvin pada Nolly-boneka Galant yang aneh itu.

"Pasti dies natalies, bukan?" tanya Belva yang berjalan di sampingnya.

"Iya. Pertunjukan panggung, pesta kembang api, dansa ... la-la-la-la." Ia terpekik dan heboh sendiri. Menari-nari sambil bersenandung seperti kurcaci di film fantasi yang kesulitan berjalan dengan kaki pendek mereka.

"Dan festival makanan. Don't forget about food festival!" Siapa lagi kalau bukan Arvin yang protes akan hal itu.

Sora berhenti sejenak dan melambaikan tangan, "Oke, kita berpisah disini ya, daaaah!" teriaknya langsung menghambur ke auttaxi yang sudah bertengger di terminal.

Sementara Rei tanpa sadar mengulum senyum yang nampak bodoh di mata Arvin. "Well, aku bisa melihat ada bintik-bintik cinta yang mulai beterbangan dari sini," seloroh Arvin membuat Rei seketika merasa terledek.

"Cepat sekali kesimpulanmu?! Aku hanya geli melihat tingkah anak remaja yang seperti kodok loncat itu. Memangnya kau tidak?"

"Aduh, pakai denial segala," gumam Arvin mendecak remeh.

"Teman-teman." Suara Galant menyapu bersih kesenangan mereka akan 'kodok loncat'-nya Rei. Keempat anak itu kini menoleh padanya, tak lagi mengindahkan Sora yang sudah melayang pergi.

"Kapan kita membahas lagi tentang skandal Tuan Kendrick?" tandas Galant serius.

"Oh, ayolah, tidak bisakah kita membicarakannya kapan-kapan? Aku sudah lelah dan ingin tidur sekarang," keluh Arvin membuat Galant semakin bermuka masam.

"Bagaimana kalau kita membuat grup di sosial media saja?" Rei menawarkan solusi, "jadi kita bisa tetap berkomunikasi membahasnya nanti malam-atau kapan pun kita mau."

Raut muka Carrie, Arvin, dan Belva sudah menampilkan kata setuju, namun entah bagaimana mereka langsung serempak menoleh pada Galant dengan tatapan tak terdefinisikan. Antara memohon, dan tak yakin akan dikabulkan.

Galant mendengus pelan, "Aku akan buat akun sosmed. Demi kalian. Masalah selesai."

<<<>>>

Di dalam kamarnya, Galant dengan sedikit ragu mengecek uniget. Seperti yang ia duga, layarnya langsung penuh dengan notifikasi. Walaupun ia masih belajar menggunakan sosial media untuk pertama kali, tapi ia sudah langsung paham bahwa itu adalah anak-anak McValen-kebanyakan perempuan-yang mencoba menyapanya (sok) akrab.

Setengah malas, ia mencampakkan unigetnya ke kasur dan tidak berniat membalas mereka. Bukan karena sombong atau apa, namun lebih karena daun telinganya menangkap percakapan di luar kamar. Cukup menarik perhatian, pikirnya.

Galant melirik jam, sudah hampir tengah malam. Tapi mengapa masih ada dua orang pria yang mengusik ketenangan jam tidur?

Mereka nampak bercakap-cakap dengan volume rendah yang disembunyikan di bawah kegelapan di luar sana. Galant harus memasang telinga lebar-lebar dari balik jendela kamarnya, namun Nolly malah beterbangan mengganggunya. Dasar robot. Kadang memang tidak berguna sama sekali.

Tunggu! Anak itu langsung mendapat ide brilian. Dengan cekatan, dipasangnya uniget pada tubuh Nolly. Uniget itu dibuatnya melakukan panggilan ke uniget lain yang ada di tangan Galant.

Dan Nolly kini sudah siap menjadi perpanjangan telinga Galant. Ia akhirnya dilepas terbang ke luar kamar melewati jendela, tanpa menimbulkan bunyi. Di balik semak-semak yang cukup dekat, perangkat nirkabel di tubuh Nolly tersebut menangkap suara percakapan itu dan menyalurkannya ke Galant. Tentunya ia sudah siap dengan tombol perekam panggilan. Ia berharap ini akan memberinya sedikit petunjuk.

HEXAGON [1] | Spektrum Warna ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang