41 | Kembang Api (5)

10.8K 1.5K 94
                                    

<<<>>>

"Kau sudah gila dan aku tidak akan pernah memercayaimu, Gavan!" teriak Galant kepada layar unigetnya. Sebuah hal yang cukup jarang terjadi, namun video call itu telah membuat ia semakin jengah melihat muka kakaknya sendiri.

"Kau hanya takut mengetahui kenyataan, bukan?" Gavan nampak terbahak di layar uniget. "Aku tidak bercanda, Galant. Dan aku juga tidak punya riwayat schizophrenia[*]. Jadi percayalah padaku tentang temanmu itu-Arvin. Dia adalah seorang transducer."

Dua kali Gavan menyebutkan hal itu, masih saja meninggalkan perasaan syok pada Galant.

[*] schizophrenia: kelainan psikologis yang simplenya kita sebut gila.

"Aku ingin kau menyingkirkannya, Galantes."

"Apa yang kau inginkan sebenarnya?"

Di tempatnya duduk, Gavan terlihat menusuk potongan buah dengan garpu dan memakannya satu, sengaja membuat Galant menunggu. "Well, tentu saja, menjaga perdamaian adalah tujuan kami-Aliansi Cahaya-sebagai pihak netral tanpa embel-embel politik dari tiga negara besar. Dan transducers adalah ancaman dunia, ancaman bagi kami juga."

"Bukan," Galant menyanggah, "maksudku... apa yang kau inginkan dariku?"

Gavan tersenyum puas, "Kau penasaran, ya? Kami memang bisa mendeteksi gelombang elektromagnetik yang ditransmisikan oleh para transducer dengan mudah. Tapi tidak seru kalau aku memberitahumu secara langsung. Jadi, aku ingin kau membuktikannya sendiri. Begini, kalau di dalam pesta dansa itu Arvin sampai mengeluarkan kekuatannya, maka semua orang akan melihat, termasuk kau. Dengan begitu, ia akan menjadi buronan polisi atau singkat cerita, anak itu akan dihabisi saat itu juga. Bagaimana? Sekali dayung, dua pulau terlampaui, bukan? Kau bisa membuktikan kekuatan Arvin, sekaligus aku bisa menyingkirkannya tanpa mengotori tanganku," tutur Gavan sembari mengelap tangan dengan tissue makan.

Galant segera menutup unigetnya tanpa aba-aba. Dan bayangan kejadian beberapa hari yang lalu itu masih saja bergema di ruang pikirannya saat ini-keraguan yang sempat mendominasi hatinya. Bagaimanapun ide kakaknya itu sangat berbahaya. Ada banyak orang di pesta dansa dan Galant tak ingin kejadian di Colosseum terulang kembali. Dan ia telah memutuskan.

Dengan menarik risleting jaketnya ke atas, ia pun siap untuk beraksi. Ia ingin menebus kesalahannya yang membuat seorang gadis semakin dekat dengan sumber bahaya. Ia harus menyelamatkan Carrie.

[McValen International School]

Carrie menghentikan dansanya bersama Arvin.

"Kau tak apa?" tanya si Ungu pelan. Sama sekali tak bisa mengurangi rasa cemas Carrie terhadap kandung kemihnya yang tiba-tiba penuh dan sedikit sakit, disertai dengan keringat dingin dan rasa berdebar. Arvin sedikit panik melihat Carrie yang nampak pucat.

"A-aku harus ke belakang sekarang." Gadis itu segera berlari menyusuri pagar-pagar tubuh manusia yang masih sibuk dengan gerakan dansanya di ballroom. Setelah melewati pintu belakang aula, langkah kaki di atas sepatu hak tersebut harus dihentikan oleh sebuah tangan yang menarik bahunya dari belakang.

Tak bermaksud membuatnya jatuh, pemuda berhoodie merah menangkap tubuh Carrie yang nampak terkejut mengetahui kehadiran sosok yang tak disangka-sangka akan hadir. "G-Galant?!"

"Hai." Galant membalas Carrie datar sambil memutar pandangan matanya ke sekeliling. Carrie yang telah menegakkan tubuhnya, ikut-ikutan cemas mengamati lingkungan.

"Apa yang terjadi?" Kini mata Carrie beralih menyelidiki Galant dari segi penampilan dan perilaku yang sangat berbeda dari biasanya. Ia memakai jaket hoodie merah longgar dan celana jeans berlubang yang seolah-olah memang sengaja dipakai untuk menyembunyikan identitasnya. Selain itu, anak ini terlihat berusaha untuk tidak menarik perhatian saat mengendap-endap kemari.

HEXAGON [1] | Spektrum Warna ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang