Chapter 8

88.8K 7.6K 705
                                    

Yerin tersenyum menang. “Ternyata aku benar. Kau menyukai Jeon Jungkook, Jinri-ya. Kau tidak bisa berbohong maupun mengelak jika denganku.” ucapnya.

“Plak!”

Jinri tiba-tiba memukul kepala Yerin dengan majalah yang sejak tadi tergeletak disampingnya tersebut.  Yerin langsung meringis kesakitan karena serangan tiba-tiba sahabatnya yang kadang-kadang memang bisa bersikap bar-bar seperti itu.

Yerin mengusap kepalanya. “Ah, Appo. Kenapa kau memukul kepalaku, Jinri-ya?” tanya Yerin. Gadis itu meringis kesakitan.

Jinri melayangkan tatapan tajamnya. “Itu karena mulut besarmu, Lee Yerin. Jangan membuat kesimpulan yang aneh-aneh. Ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan si brengsek itu. Kau bisa membuat orang-orang salah paham dengan perkataanmu itu, Yerin-ah,” ucapnya.

Yerin mengerucutkan bibirnya. “Ya! Tidak menutup kemungkinan jika sebenarnya kau itu menyukai Jeon Jungkook. Kau hanya belum menyadari perasaanmu saja,” sahut Yerin.

Jinri kembali melayangkan tatapan tajamnya itu kepada Yerin. “Dengar Lee Yerin, apa yang kau katakan itu tidak akan pernah terjadi. Tidak akan pernah.” Ucap Jinri dengan penekanan di kata-katanya.

-00-

Jinri membuka pintu apartemen dengan wajah yang sangat lelah. Hari ini ia banyak menghabiskan waktu di perpustakaan dengan Yerin sahabatnya tersebut. Beberapa hari ini ia memang tengah sibuk mempersiapkan diri untuk ujian akhir semesternya. Jinri benar-benar pusing jika mengingat sebentar lagi ia harus mengikuti ujian akhir semester. Jinri melepas sepatunya dengan malas lalu menyimpan sepatunya di rak sepatu berbahan kayu tersebut. Ia melihat sepatu Jungkook yang biasa dipakai laki-laki tersebut sudah terletak dengan rapi disebelah sepatunya. Jinri bisa menebak laki-laki itu sudah lebih dulu pulang. Ia menghela napas, teringat dengan kejadian pagi tadi yang berhasil membuatnya tidak karuan seharian ini. Apa ia bersikap berlebihan? Mungkin saja Jungkook memang hanya bercanda, bukankah ia juga tau jika Jungkook memang suka mengganggunya bahkan mengejeknya dengan segala kata-kata ejekan yang mengerikan. Ada apa dengan dirinya sekarang? Kenapa ia begitu sensitif jika menyangkut masalah dengan Jungkook?

Jinri berjalan dengan terseok-seok menuju kamarnya, ia mulai merasakan pusing dan mual yang kembali menyerangnya. Memang sudah sekitar dua hari ini ia merasakan pusing dan mual menyerangnya namun ia mengabaikannya. Sekarang, rasa pusing dan mual tersebut kembali dan rasanya semakin parah.

“Shin Jinri, kau dari mana saja? Kau pulang melewati jam makan malam,” suara Jungkook mengejutkan Jinri yang ingin membuka pintu kamar tersebut.

Jinri membalikkan tubuhnya. Sekarang, Jungkook sedang melipat tangannya sambil menatapnya menuntut jawaban. “Aku baru saja selesai belajar bersama Yerin. Aku pulang melewati jam makan malam atau tidak, itu bukan urusanmu, Jeon Jungkook,” sahut Jinri dengan dingin.

Jungkook mengangkat alisnya bingung. Ia menatap wajah Jinri yang tampak pucat dengan keringat yang membanjiri kening gadis tersebut. “Shin Jinri, apa kau baik-baik saja? Wajahmu terlihat pucat,” tanyanya. Jungkook mengabaikan perkataan Jinri yang sempat dingin padanya, ia lebih mengkhawatirkan keadaan Jinri yang terlihat sedang tidak baik-baik saja tersebut.

Jinri berbalik lalu membuka pintu kamar. “Aku baik-baik saja.”ucapnya. Jinri langsung masuk kedalam kamar tanpa memandang Jungkook. Gadis itu menutup pintu dengan cukup keras. Jungkook mengangkat kedua bahunya. Mungkin Jinri sedang tidak ingin diganggu.

“Bruk!”

Jungkook hendak berbalik namun ia terkejut saat mendengar suara berdebuk dari arah kamarnya dan Jinri tersebut. Ia langsung berlari membuka pintu dan betapa terkejutnya Jungkook saat melihat Jinri sudah tergeletak tidak sadarkan diri dilantai kamar mereka.

Married by AccidentWhere stories live. Discover now