Chapter 36

90.2K 6.7K 1.3K
                                    

Lelah berjalan mondar-mandir di ruang depan, akhirnya Jinri melangkahkan kakinya menuju dapur. Langkahnya tampak tenang namun tidak dengan hatinya. Sejak tadi ia menyimpan kegelisahan didalam pikirannya. Jungkook sejak 30 menit yang lalu belum juga kembali. Entah apa yang ingin dibicarakan oleh Kwon Yuri.

Apa wanita itu meminta Jungkook untuk kembali lagi padanya?

Pikiran itu sempat terbesit dipikirannya. Ia tahu, Yuri belum menyerah walaupun wanita berparas cantik namun dingin itu lama tidak mengunjungi Jungkook lagi. Seperti yang selalu ia gumamkan di dalam hatinya, yang dapat ia lakukan sekarang hanya mempercayai Jungkook.

Jungkook tidak mungkin meninggalkannya. Jungkook mencintainya, bukan?

Jinri mencoba tersenyum untuk menguatkan hatinya. Tidak ada yang perlu ia risaukan. Ia yakin Jungkook dapat menjaga hatinya.

Wanita itu menghidupkan kompor untuk merebus air. Ia akan menunggu Jungkook sambil merebus air. Jika laki-laki itu kembali, ia akan membuat teh atau coklat hangat kesukaan Jungkook.

Selain khawatir karena Jungkook pergi dengan Yuri, Jinri juga khawatir dengan Jungkook yang keluar hanya menggunakan sweater yang tak terlalu tebal dan jaket yang tak mungkin bisa banyak menghalau dinginnya cuaca bulan November.

Selagi menunggu air mendidih, Jinri membawa bokongnya untuk duduk di kursi mini bar yang menjadi satu dengan dapur. Ia menopang dagunya dengan tangannya sambil menatap ceret di atas kompor.

"Apa yang dilakukannya sampai selama ini? Udara diluar dingin. Ia bisa saja sakit." gumamnya dengan gurat kekhawatiran yang jelas.

Jam sudah mendekati pukul 10. Air yang Jinri rebus juga sudah mendidih sejak tadi. Namun, tidak ada tanda-tanda Jungkook pulang.

Jinri akhirnya bangkit dari tempat duduknya, ia mengusap kedua tangannya kedinginan. Ia tidak menyalakan penghangat pantas saja ia merasa semakin lama duduk di dapur semakin dingin. Mungkin ia menunggu Jungkook di kamar saja pikirnya. Jika begini, ujung-ujungnya ia yang akan sakit. Ia memang agak sensitif terhadap udara dingin, tidak seperti Jungkook yang selalu terlihat santai-santai saja walaupun pendingin ruangan full.

Baru tiga langkah ia melangkah, Jinri mendengar suara pintu terbuka lalu tidak lama kemudian terdengar suara derap langkah. Itu suara langkah Jungkook. Jinri mengenalnya walaupun si Jeon itu tidak bersuara sekalipun.

Terlihat helaan lega dari Jinri. Ia ingin melangkahkan kakinya kembali untuk menghampiri Jungkook namun Jungkook lebih dulu melangkah ke dapur untuk menghampirinya.

"Jungkook-ah, kau ke⎯"

Perkataan Jinri terhenti ketika tiba-tiba Jungkook langsung memeluknya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ada apa dengan Jungkook pikirnya. Tidak seperti biasanya, laki-laki itu memeluknya dengan gusar. Jinri dapat merasakan hembusan napas hangat Jungkook diceruk lehernya.

Mencoba menyingkirkan kebingungan dan pikiran buruk yang tidak jelas. Jinri membalas pelukan Jungkook dan mengusap punggung laki-laki itu dengan lembut.

"Ada apa, Jungkook-ah? Kenapa kau tiba-tiba seperti ini?" tanya nya setenang mungkin.

Terdengar tarikan napas berat dari laki-laki itu ketika Jinri bertanya. Jungkook melepas pelukannya.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Jungkook dengan wajah yang terlihat was-was.

Jinri semakin mengerutkan keningnya bingung. "Sebenarnya, aku yang bertanya seperti itu. Kau terlihat aneh setelah kembali," sahutnya sedikit memundurkan tubuhnya dari Jungkook di depannya.

Jungkook memegang kedua tangan Jinri tanpa menghilangkan ekspresi was-wasnya. "Aku tidak aneh. Aku hanya khawatir kau marah dan..." Jungkook tampak ragu melanjutkan perkataannya.

Married by AccidentWhere stories live. Discover now