Chapter 48

22.2K 2.9K 160
                                    

Kini Jinri dan Nyonya Shin tengah duduk di ruang makan sambil menunggu Jungkook dan Tuan Shin yang tengah berbicara serius di ruang keluarga. Sudah sekitar 30 menit mereka berbicara namun belum ada tanda-tanda pembicaraan mereka selesai.

Jinri semakin khawatir, ayahnya terlihat benar-benar serius. Bagaimana jika Jungkook dimarahi oleh ayahnya atau malah diancam? Namun ia langsung menampiknya. Tidak mungkin, semarah-marah ayahnya, tidak mungkin ayahnya sampai mengancam Jungkook.

"Eomma tidak paham dengan kelakuan Appamu. Kekhawatirannya terlalu berlebihan." omel Nyonya Shin sambil bersedekap.

Jinri sedikit mendongakkan kepalanya. "Eomma, tenanglah. Jungkook pasti bisa membujuk Appa."

Entah kenapa ia yang malah menenangkan ibunya. Ibunya begitu khawatir dengan menantunya itu. Maklum saja Jungkook sudah di cap sebagai menantu kesayangan dan mungkin saja sekarang ibunya lebih menyayangi Jungkook ketimbang dirinya.

Nyonya Shin menghela napas lalu duduk kembali di kursinya. "Jika Appamu masih tidak mengizinkan kepindahanmu dan Jungkook. Biarkan Eomma yang bicara pada Appamu. Ia tidak bisa mengatur urusan rumah tangga kalian seperti itu."

"Terima kasih, Eomma. Tapi jika Appa memang bersikeras tidak mengizinkan aku ikut ke Amerika. Aku dan Jungkook akan menerima keputusan Appa." ucapnya dengan yakin.

Nyonya Shin terlihat tidak setuju dengan perkataan putrinya. Terlihat jelas dari raut wajahnya. "Jangan seperti itu. Eomma tidak ingin kau menanggung rasa sedih karena harus berpisah dengan suamimu."

Mata Jinri kembali berkaca-kaca. "Eomma..."

Nyonya Shin mengambil tangan Jinri lalu mengusapnya dengan lembut. "Tenang saja. Eomma akan selalu mendukung kalian berdua." hiburnya.

Jinri sedikit lega karena ibunya berada di pihaknya dan Jungkook. Memang dari awal ia sudah bisa menebak sikap kedua orangtuanya tapi ia tidak menyangka ayahnya langsung menolak dengan keras keputusannya tanpa babibu lagi.

"Omong-omong, bagaimana dengan rencana program kehamilanmu? Bukannya kau bilang waktu itu kalian berdua sedang berusaha juga?" tanya Nyonya Shin kembali bersuara. Nada bicaranya terdengar hati-hati namun di barengi juga dengan rasa penasaran.

Jinri tidak langsung menjawab. Kenapa ibunya bertanya masalah tentang anak disaat-saat seperti ini. Sepertinya ibunya belum mau mundur dengan keinginannya yang ingin segera mendapatkan cucu.

Ia juga bingung harus menjawab bagaimana. Apa ia harus menggunakan alasan beasiswa dan kepindahannya bersama Jungkook sebagai alasan menunda kehamilannya.

"Eomma..." Jinri mengambil jeda. "sebenarnya aku dan Jungkook sepakat menunda untuk memiliki anak." beritahunya dengan nada takut-takut.

Wajah Nyonya Shin tampak langsung kecewa. Pupus sudah harapannya untuk segera memiliki cucu. Namun, ia juga tidak bisa memaksa anaknya untuk segera hamil. Jungkook dan Jinri memiliki kehidupan sendiri dan rencana sendiri.

Nyonya Shin tidak terlalu ingin ikut campur urusan rumah tangga putrinya. Ia sebagai orangtua hanya bisa mendukung apapun yang terbaik untuk anak dan menantunya.

"Jika seperti itu Eomma tidak akan memaksa. Kalian berdua masih dalam proses menata masa depan. Eomma tahu kalian berdua memiliki cita-cita yang ingin kalian kejar terlebih dulu." kata Nyonya Shin maklum walaupun masih disertai rasa kecewa.

Kata-kata ibunya begitu menyejukkan hatinya. Ia tahu ibunya pasti kecewa dengan keputusannya dan Jungkook. Namun, sebagai seorang ibu, Nyonya Shin juga mengerti resiko apa yang akan dihadapi oleh putrinya nanti.

Married by AccidentWhere stories live. Discover now