Kaka

68 12 0
                                    

"Ka, bangun. Mau ikut gue, nggak?"

Aku mengangguk pelan, membiarkan kak Luke mengelus kepalaku. Niatnya jelas mau bangunin, tapi nggak tau kenapa malah bikin tambah ngantuk.

"Kaka, gue itung sampe tiga, nggak bangun gue tinggal, ya." Tegurnya, tapi nggak berhenti mengelus kepalaku. Ya gimana aku mau bangun? Kucing aja diginiin bangun kagak yang ada makin tidur, apalagi aku?

"Bentar, kak..." Erangku. "Lima menit lagi..."

"Nggak, nggak ada lima menit. Kalo mau ikut, bangun sekarang. Kalo nggak, terserah lo mau ngapain."

Siklus hidup macem apa bangun jam segini, anjir...

"Masih pagi, kak..." Gumamku malas, tapi ujungnya bangun juga. "Kakak beneran berangkat sekarang?"

"Abis lo mandi sama sarapan, iya." Angguknya. "Udah gih buruan mandi sana, ntar gue telat!"

Berjalan gontai, akhirnya aku menuruti kemauannya untuk segera mandi. Dengan keadaan mata yang lengket parah, aku bersyukur kamar mandinya dalem kamar. Coba di lantai bawah, bisa gelinding kemana tau.

-

"Sekolah lo gimana? Nggak nanyain kenapa lo nggak masuk hari ini?" Tanya kak Luke, sembari memutar kemudinya ke kiri, mematuhi dengan benar tiap rambu lalu lintas. Pasti nih orang sekali ujian sim lulus. Coba aku, tujuh tahun test baru dapet sim, kali. Itu juga kalo pemerintah udah nyerah sama aku, hehe.

"Nggak tau." Aku mengedikkan bahu, udah nggak peduli lagi sama yang namanya sekolah, jujur aja. "Paling aku di alfa-in."

"Punya nomor telfon guru kelas lo, nggak?" Tanyanya, masih memfokuskan pandangan pada jalan raya di depan, tapi perkataannya lantas membuatku bingung.

Wuanjir, mau ngapain nih orang minta minta nomer guru?

"Mau buat apa, kak?" Tanyaku balik, berusaha nggak terdengar curiga.

"Mau gue izinin, nggak? Biar lo nggak kena alfa." Jawabnya santai, yang segera kuangguki. Mantap, tumbenan ada yang mau ngizinin, biasanya cepu semua bilang aku cabut.

"Mau kak, mau!" Anggukku mantap.

"Tapi sekali ini aja, ya. Besok besok sekolah lo." Ujarnya, "Nih, ketik buruan"

"Nama gurunya siapa?" Tanyanya, "Biar gue nggak keki nanti waktu nelfon."

"Reynolds." Jawabku singkat, meneruskan ngetik.

Dengan sigap, aku mengetik nomor deadpool maskot kelas, aka sir Reynolds, guru kelasku. Dan tanpa menunggu juga, kak Luke langsung mengapit telfonnya diantara bahu dan telinga, sementara pandangannya masih berfokus ke jalan raya.

"Halo?" Sapanya, "Pagi, dengan sir Reynolds, benar?"

"Iya, ini saya kakaknya. Hari ini Elhamka izin nggak masuk ya, nggak enak badan." Tukasnya, yang sukses membuat bola mataku membulat sempurna.

Elhamka, katanya?

Mantap, masih inget namaku dia...

"Iya, besok kalau ada tugas atau PR tolong dikasih, ya." Ujarnya lagi, "Iya, makasih, hahaha."

"Nanti saya bilang ke anaknya, ya. Makasih banyak, sir." Senyum kak Luke, sambil memutus sambungan, kembali menaruh handphonenya di bawah radio.

Kakak • lrhWhere stories live. Discover now