Jack

25 7 0
                                    

"Kaka! Dengerin gua!"

"Kaka!" Panggil gue lagi, menyusulnya masuk ke dalam rumah.

Dia berlari berkilo kilo meter untuk pulang ke rumah, dan untung gue bisa mengejarnya dengan mobil.

Gila juga nih anak.

"Kaka!" Bentak gue, yang gak mempan, karena dia gak kunjung menengok. "Siapa yang ngajarin lo jadi gila kayak gini, sih?!"

"Woy, apaan sih?!"

Gue kenal suara itu; Calum pasti sedang di rumah sekarang, cuma entah ia ada dimana.

"Panggil adek lo, gua mau ngomong!" Seru gue emosi. "Elhamka! Sini lo!"

"Lo mau apa sama Kaka?" Desis Cal, berdiri di depan Kaka, yang kini sedang menulis sesuatu. "Eh, jawab gua, ngga usah ngeliatin dia."

"Dia kabur dari rumah sakit, dan dia gak bisa dibilangin!" Seru gue lagi. "Dia minta luke biar gak mati; gua bilang gua ngga tau dia bisa idup sampe kapan!"

"Obat luke itu mahal, Ka!" Seru gue lagi. "Dan lo tau, kalo gua dipecat! Kita cuma bisa pasrah sekarang! Lo ngerti gak, pasrah itu artinya apa?! Serahin semuanya!"

"Kalo akhirnya luke harus pergi, itu karena dia udah gak bisa lagi!" Sambung gue. "Dan lo gak bisa maksa dia tetep disini! Gua juga ngga mau dia pergi, tapi kalo dia udah ngga kuat dan lo maksa dia untuk tetep tinggal disini, lo egois!"

"Pelan pelan, tot!" Calum mendorong bahu gue keras keras. "Bentak dia sekali lagi, abis lo sama gua!"

"Ngaca! Dulu lo lebih gila dari gua!" Gue mendorongnya balik. "Goblok!"

Kaka berlari begitu aja melewati kami; keluar rumah, pergi entah kemana.

"Kejer, goblok!" Desis calum, lantas menyambar kunci motornya. "Ngapain diem?!"

Tapi terlambat; ia sudah menghilang entah kemana, ketika kami keluar dengan kendaraan masing masing.

"Lu kesana, gua arah sana." Perintah calum. "Buru!"

Dan baru kali ini, gue lihat calum panik setengah mati.

Gue mengikuti perintah calum; menyusuri jalan sepi yang entah akan berakhir dimana gue nanti; apa gue bakal ketemu Kaka, atau sebaliknya, gue juga gak bisa ngira.

Semoga aja dia ketemu. Kalo nggak, dan sampe dia kenapa napa, lewi pasti marah besar.

Dan gue juga gak bakal bisa maafin diri sendiri.

***

"Ketemu?"

Gue menggeleng pasrah.
"I'm sorry..."

"Dengerin gua, ya." Desis Calum; gue bisa membayangkan wajahnya ketika bicara dengan gue sekarang. "Sampe dia kenapa napa, awas lo."

"Maaf..." lirih gue, terduduk pasrah di sofa. "Gue bakal tanggung jawab, gimanapun caranya."

Tapi Calum nampaknya ngga mendengarkan, karena sambungan langsung diputus begitu aja.

"Jack?"

Gue menoleh, mendapati papa yang kini setengah bangun di tempat tidur lewi.

Gue mengangkat alis, isyarat 'ada apa?'

"Kaka mana?" Tanya papa, merapatkan selimut Lewi yang masih tidur sekarang.

"Kabur." Desah gue, pasrah. "Aku gak bisa nemuin dia."

"Kabur kemana?"

"Ya, kalo aku tau juga aku kejer, pa." Geleng gue. "Nanti siang aku cari lagi."

Kakak • lrhHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin