Kaka

30 9 0
                                    

Karantina gak jelek jelek amat.

Pagi buta tadi, akhirnya aku ikut seleksi. Yang ikut banyak banget, parah! Stadion sampe kayak semut kalo dilihat dari atas, soalnya pada ngumpul semua.

Tapi untung, akhirnya aku keterima.

Dan, yang lebih keren lagi, aku jadi bintang iklan! Aku masuk TV nanti!

Kak Luke bakal liat aku, gak, ya?

"Eh, ada artis."

Aku menoleh; yaelah.

Iya, itu veronica cs; musuhku disini. Aku gak mulai duluan, ya. Mereka duluan tadi nabrak pundakku, waktu aku selesai shooting iklan. Biasa, iri sama orang cantik.

Tapi mereka lebih cantik, sih. Tinggi, putih, dewasa. Kalo disandingin, berasa ngebandingin keset welcome sama kain mahal.

Cuma, yaelah, belom apa apa udah dapet musuh. Heran banget.

"Eh, ada fans." Sarkasku balik. Emang kamu doang, yang bisa ngomong gitu?

"Eh, pendek, lo ngga usah macem macem, ya." Tuding veronica; pandangannya lurus kebawah, menatapku sinis. "Sadar diri, lo jadi artis bukan karena lo cakep, semuanya cuma gara gara lari lo kayak orang kebawa angin! Paham lo?!"

"Lah, harusnya lu yang sadar." Aku mengerutkan dahi, bingung. Sirik banget jadi orang, ampun. "Kita disini bukan mau ngartis, mau lomba!"

"Lu mau ngartis, jangan disini." Sambungku. "Ke agensi artis aja! Mau ngartis kesini... Lucu."

Ia mendorongku spontan; hampir aku jatuh, kalo belakangku kosong.
"Jaga mulut lo, ya!"

"Lo yang jaga sikap!" Aku balik mendorongnya. "Ngga usah sirik! Sadar diri, orang iklan ngga milih lo, soalnya lo sombong bukan main! Orang juga males ngomong sama orang sombong!"

Ngga sih, sebenernya aku gak tau sih alesan mereka ngga milih veronica apa. Cuma, aku ngomong gitu aja, biar keliatan keren.

"Bacot lo, pendek!" Seru mereka, hampir menjambak rambutku, kalo aja aku ngga menjambak rambutnya duluan.

"Lo sadar diri! Udah pendek, ngga usah banyak tingkah!"

"Lo yang sadar diri! Masuk sini buat ngartis... Gila lo, ya?!"

"Woy, kenapa lu pada? Ribut aja daritadi."

Kami menoleh; mendapati Ashton yang kini menatap kami curiga. Oh ya, aku lupa bilang, Ashton lolos seleksi juga, cuma dia yang renang, bukan lari. Latihan pertama baru dimulai besok pagi, jadi malam ini kita bisa istirahat dan tidur cepat. Cuma, handphone kita udah disita, jadi kita bener bener gak bisa main handphone. Cuma kabar baiknya, kita bisa nelfon anggota keluarga pake telfon sini.

Dan iya, dibatasi tentu saja. Gak lebih dari sejam.

"Lo apaan sih, ngapain ngumpul disini?" Ashton mendekat; membaur dengan veronica cs. "Awas, tempat gua tadi ini!"

Aku melongo, wow, ini beneran Ashton? Kok jadi galak banget?

"Lo mending diem!" Sinis mereka, namun akhirnya meninggalkanku sendiri.

"Ka?" Tanya Ashton, kali ini menghampiriku. "Kenapa? Mereka ngapain kamu?"

"Nggak, biasalah." Aku menggeleng acuh. "Namanya juga orang sirik."

"Mm hmm." Angguknya. "Kalo, uh..."

"Kalo..."

Mulai deh, lama.

"Kalo apa?" Tanyaku, kali ini duduk di sofa ruang TV; apartemen kami luar biasa kerennya. Ada PS4, bahkan ada gameboy jaman dulu. "Kelamaan ah, kebiasaan."

Kakak • lrhWhere stories live. Discover now