Kaka

30 10 6
                                    

Brak!

Aku terdiam kaku, melihat kak Luke yang jatuh begitu aja, sesaat setelah kuberikan bunga serta suratnya.

"K-Kak?" Panggilku, berlutut dihadapannya, mengguncang tubuhnya. "K-Kakak? Kakak... Kakak kenapa?"

Hening. Bahkan nggak ada tanda tanda bahwa kakak mendengar suaraku.

"Kak?" Panggilku lirih, kali ini mataku panas.

Aku takut kakak kenapa kenapa...

"Kakak, bangun..." Lagi, aku mengguncang kakak, yang hasilnya sia sia, namun membuat mama Ashton ikut bergerak kali ini, juga para orangtua yang lain.

"Kakak, bangun!" Tangisku, yang nggak tau harus gimana lagi. "Kakak!"

"Telfon ambulans, sekarang!" Seru mama Ashton, membuatku kaget sekaligus makin panik. "Kaka, tunggu sini ya. Kakakmu bakalan baik baik aja, kok. Ya?"

Ambulans?

"Kakak kenapa, tante?" Tanyaku, yang nggak percaya kalau kakak baik baik aja. "Kakak kenapa pingsan?"

"Tante nggak tau, Ka." Senyum mama Ashton miris, membuatku tau persis kalau sekarang kak Luke pasti jauh dari kata 'baik baik aja'. "Berdoa biar kakak nggak kenapa kenapa, ya?"

"Kakak kenapa?" Lirihku, memperhatikan wajah kak Luke yang sekarang pucat pasi. "Kakak sakit, ya?"

"Udah didepan!" Seru salah satu orangtua, menunjuk pintu keluar. "Dibawa sekarang, ya?"

Mama Ashton mengangguk, lantas disusul oleh beberapa paramedis yang keluar dari ambulans membawa kakak keluar, menuju ambulans.

Kakak kenapa?

"Kakak!" Seruku, yang nggak mau kakak dibawa begitu aja. Aku mau ikut kakak!

"Aku mau ikut kakak, tante!" Seruku, yang tanpa menunggu persetujuannya, langsung berlari masuk ke dalam ambulans dimana kakak ditempatkan, nggak peduli dengan ocehan para suster didalam yang menyuruhku keluar.

"Ini bukan tempat untuk anak kecil, dek." Ujar salah satu suster, yang nggak kupedulikan, karena yang ada dalam perhatianku hanya suster lain yang sedang memakaikan kakak masker oksigen, membuatku sukses makin kacau.

"Iya, tau!" Seruku, kali ini masa bodo dengan suara serak habis nangis, yang penting, aku bisa sama kakak. "Tapi itu kakakku!"

"Nanti ya, ketemu kakaknya di rumah sakit lagi." Jawab suster tersebut, membuatku makin emosi.

"Enggak mau!" Gelengku kasar, sembari menyeruduk masuk ke dalam. Aku nggak mau kakak dibawa begini aja! Pokoknya aku harus ikut!

"Dek, ini bukan buat anak anak!" Kali ini, suster yang sedang menyambungkan lengan kakak dengan alat aneh angkat bicara.

"Aku tau!" Kesalku, yang merasa nggak berguna karena cuma bisa nangis sekarang. "Semua orang tau ini bukan tempat anak anak! Tapi ini kakakku! Kalau ini kakakmu juga kamu bakal begini, kan?!"

Sesaat setelah aku meneriakkan kata itu, kedua suster di hadapanku terdiam.

"Ya sudah, tapi yang tenang, ya." Angguk salah satu dari mereka, yang akhirnya mengiyakan permintaanku. Dengan mantap, aku menganggguk.

Aku sekarang cuma mau kakak baik baik aja...

Aku duduk terdiam, memandang kakak yang kali ini bersebelahan dengan monitor, entah untuk apa.

Kakak kasihan...

Aku kembali terisak, namun nggak menangis keras keras seperti tadi. Aku nggak mau kakak begini...

Kakak • lrhHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin