Kaka

25 7 5
                                    

"Ka, bangun."

"Nanti telat, ayo, bangun."

Aku mengerjapkan mataku; menemukan om Jack yang entah kenapa tiba tiba disini.

"Ayo; sekolah nggak?" Ia mengucek matanya sesaat. "Pelan pelan bangunnya, nanti Luke bangun."

Aku menoleh; mendapati kak Luke yang tumben masih tidur jam segini. Biasanya, dia yang kelabakan sendiri pagi pagi; jam segini pasti ia udah mandi, aku yang masih tidur.

"Hari ini om yang nganter?" Tanyaku, yang nggak samasekali beranjak.

Om Jack mengangguk pelan.
"Ayo, cepetan. Nanti telat, gak boleh masuk."

Aku ikut mengangguk; rasanya beda, sama biasanya. Biasanya, kakak pasti... Ah, percuma dijabarin. Tetap bukan kakak yang bangunin, kali ini.

"Om..." Aku berbisik lirih. "Aku gak mau sekolah..."

"Kenapa?" Tanyanya, kali ini mendekat padaku. "Udah ayo ah, jangan bandel Ka."

Aku tetap menggeleng.

"Kenapa gak mau?" Tanya om; menggendongku perlahan dari tempat tidur kakak; memposisikanku di sofa. "Lo gak mau pinter? Masa mau bolos bolosan?"

Aku mengedikkan bahu.
"Gak tau, om."

"Karena bukan sama luke hari ini berangkatnya?"

Aku tidak mengangguk, tidak juga menggeleng. Karena itu sebagian benar; tapi aku sebenarnya juga mau sekolah hari ini, karena ada tugas kelompok. Kan nilainya lumayan, kalo ujian nilaiku jelek lagi, itu bisa nutupin, hehe.

"Jangan gitu." Om Jack berusaha menatap mataku. "Luke sedih kalo tau lo begini."

"Kenapa sedih?" Tanyaku; bukannya kak Luke harusnya marah, ya?

"Gini..." Ia duduk di meja, di hadapanku. "Gue kasihtau ini biar lo tau, ya. Karena lo berhak untuk tau."

"Jadi..." ia menghela nafas. "Gua harus mulai darimana, ya..."

"Oke." Ia menepuk bahu kananku, singkat. "Luke sekarang sakit, jadi dia gak bisa sesering itu ngurusin lo, kayak dulu. Sampe sini ngerti ya, maksudnya gimana?"

Aku mengangguk.
"Sakit apa, om?"

"Namanya kanker. Kanker otak. Pernah denger?"

Aku menggeleng.
"Kanker itu penyakit apa?"

"Jadi gini." Ia menaruh tangan kanannya di kepalaku. "Otak lo itu sehat, gak ada apa apa; kalo Luke, didalem otaknya ada monster ganas, yang bikin dia sakit."

"Monsternya itu ganasnya gak main main." Ujarnya lagi. "Susah diusirnya, dan dia udah tinggal di kepalanya Luke. Nah, monster itu bikin luke sering sakit kepala, sering pingsan, sering muntah, kemaren juga dia kejang, karena monster itu."

"Monsternya gede, nggak?" Tanyaku; yang bingung seberapa ukuran monsternya, sampe bisa masuk ke kepala kakak dan ngelakuin hal hal kayak gitu. "Om gak bisa lawan dia?"

Om Jack menggeleng, tersenyum miris setelahnya.
"Monsternya kecil banget, gua gak bisa liat. Tapi dia jahat; dan yang bisa ngelawan cuma Luke. Makanya, dia harus sering istirahat, terus minum obat. Jadi dia gak bisa ngurusin lo sesering dulu. Dia juga gak bisa terus terusan diajak main."

"Mulai sekarang lo belajar mandiri, ya?" Sahut om Jack lagi. "Tidur malem sama Luke gak apa apa, tapi dari pagi sampe sore, lebih baik lo main sendiri dulu."

"Oke?" Ia mengadahkan tangan. "Ngerti ya? Tos dulu."

Aku menepuk tangannya; dalam hati masih mengutuk diri sendiri, karena jangan jangan monsternya dari aku?

Kakak • lrhHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin