Kaka

25 10 2
                                    

"You're gonna be alright, baby. They find the cure, you'll be fine, i promise you. Bisa jadi, karena diagnosamu keluar lebih cepet dari perkiraan, ini salah. Ya kan?"

Aku mengerjapkan mata; ruangan kak Luke jadi banyak orang. Ada kak Cal, om Jack, bahkan ada kak Mali.

Kenapa, nih?

"Kak?" Sahutku; yang kaget bukan main melihat wajah kak Luke yang penuh dengan airmata.

Kakak kenapa?

"Kakak kenapa—"

"Ka, sama kak Cal dulu, ya?" Tukas kak Mali sembari mengusap kedua matanya, yang sebelumnya juga berkaca.

Aku mengangkat sebelah alis. Kak Luke kenapa nangis? Berantem sama kak Cal, ya? Terus yang menang kak Cal?

"Ayo." Tukas kak Cal, yang langsung menarik tanganku kasar. Ah, aku nggak mau sama kak Cal!

"Cal, jangan ditarik." lirih Kak Luke, menggeleng pelan; setelahnya kembali bersandar pada bantal di belakangnya. "Just... Please be gentle."

"You heard him." Sinis kak Cal, menatapku tajam—entah kenapa. "Ayo, jangan rewel."

"Kak—"

"Kaka, ayo!" Bentak kak Cal, membuatku kemudian tersentak. "Jangan rewel!"

Aku menatap kak Luke sesaat; setelah akhirnya ia hanya tersenyum tipis menatapku, masih dengan airmata di wajahnya.

Kakak... Kakak kenapa?

Kak Luke ada masalah apa?

"Kak," aku menghentakkan tangan berkali kali, berusaha melepaskan diri dari cengkraman kak Cal. "Kak, sakit..."

Ia tidak menggubris perkataanku barusan; kali ini, ia membawaku turun menggunakan lift, dan menarikku ke luar rumah sakit— jauh, sangat jauh dari rumah sakit. Kami di pinggir jalan yang sepi sekarang. Matahari pagi sudah bersinar sejak tadi, harusnya aku ada di sekolah sekarang.

"Denger, ya." Ia menudingku, matanya makin tajam menatapku. "Semua, ini semuanya, itu gara gara lo!"

Aku terdiam, nggak bisa gerak samasekali setelah mendengar teriakan kak Cal barusan.

"Luke sakit, mama ayah bangkrut, semuanya gara gara lo!" Serunya, tepat didepan wajahku. "Seharusnya lo emang ngga usah ada, Ka! Harusnya pas mama hamil lo, gue ngelakuin sesuatu!"

"—biar lo ngga usah lahir!" Teriaknya, kemudian mendorongku sekeras mungkin; membuatku tersungkur jatuh membentur dinding toko.

Kak Luke!

Mau sama kakak...

Kak Cal main tangan lagi, kak... Aku mau sama kak Luke...

"Bangun! Ngga usah manja!" Sergahnya, kali ini menarikku berdiri; kembali mencengkram kedua tanganku.

Tercekat, kali ini mataku panas. Jangan nangis, Ka...

"Puas lo gangguin idup gue?!" Serunya lagi. "Udah puas bikin mama ayah bangkrut, karena harus menuhin semua kebutuhan lo?! Puas lo udah bikin Luke sakit?! Lo mau apalagi abis ini?!"

Setetes, dua tetes airmata kemudian jatuh dari mataku.

"Maaf, kak..." aku nggak berani menatap kak Cal, samasekali.

"Maaf?!" Ia kembali berseru, kali ini ia mencengkram kedua bahuku erat erat. "Maaf lo ngga bisa ngembaliin keadaan, dongo!"

"I'm done with you." Gelengnya, berjalan menjauh dariku. "And your stupid shit! You're a threat to everyone! Lo tau, kan?!"

Kakak • lrhWhere stories live. Discover now